"Maaf Nit, aku nggak bermaksud apa-apa. Nggak usah kamu jawab," kak Dimas langsung mengkoreksi omongannya sendiri begitu melihatku menatapnya.
Sebuah panggilan masuk di handphoneku membuat perhatianku teralih. Ada nomor baru yang menghubungiku entah siapa. Tapi siapapun itu aku akan sangat berterima kasih padanya karena menyelamatkan aku dari situasi yang membuatku tak nyaman.
"Halo.. siapa?"
"Temui aku sekarang juga di kelas kamu!!"
"Siapa sih ini??" Tanyaku kesal karena bukannya menjawab pertanyaan tapi malah menyuruhku menemuinya.
"Kamu yakin nggak kenal suara aku?"
Beberapa saat aku berpikir untuk mengingat pemilik suara itu. Dan aku memilih segera menemuinya begitu tau siapa itu. Ternyata dia benar-benar memiliki nomor handphone ku.
"Kamu mau kemana Nit?" Cegah kak Dimas.
"Biarin aja sih Dim. Kan udah ada aku disini.." kata Varisa.
"Kamu ngapain sih?"
Aku melihat kak Dimas seperti risih ketika Varisa bergelayut manja di lengannya. Kak Dimas dengan cepat menghempaskan tangan Varisa. Aku tak mau ambil pusing lagi dengan drama yang mereka mainkan. Tak ku pedulikan panggilan kak Dimas yang mengikutiku.
Aku berhenti sejenak di pintu kelas ketika ku lihat beberapa teman cewek yang mengitari seorang lelaki. Siapa lagi kalau bukan kak Leon.
"Kenapa Kak?"
"Kita bicara di luar aja," jawab kak Leon sembari menarik tanganku.
Aku tak tau apa yang sebenarnya akan dikatakan oleh kak Leon, tapi aku menurut saja daripada harus jadi tontonan di kelas.
"Emangnya kalau di sekolah harus jadi semisterius itu ya??" Tanyaku karena kak Leon memakai jumper ditambah topi sekolah yang seharusnya hanya digunakan saat upacara. Entah kemana perginya jaket kulit yang tadi pagi dipakainya.
"Penting banget untuk dijawab??"
"Tauk ah!! So… ada apa?" Tanyaku penasaran.
"Nanti pulang sekolah kamu ikut aku ke Mall Ciputra. Aku mau beliin Rico sesuatu."
"Kenapa harus sama aku sih?"
"Ya kan kamu adiknya!!"
"Ya terus kalau aku adiknya emang kenapa? Aku bahkan nggak tau kesukaannya apa.."
"Nanti kan kamu harus ke rumah sakit juga kan? Jadi sekalian aja.."
"Tapi aku nggak bisa. Aku udah ada janji sama Kay pergi bareng. Dan nanti Kay yang akan nganterin aku ke rumah sakit," tolakku.
"Jadi bener nggak mau nih?"
"Ya bukan nggak mau juga. Tapi kalau dipikir-pikir Abang kan juga nggak ulang tahun dalam waktu dekat ini. Buat apa coba kasih sesuatu sama dia?"
"Ohhh… jangan-jangan kamu mau pergi dalam rangka mencari sesuatu untuk ulang tahun seseorang ya?"
"Ehh… ya nggak gitu juga. Aku cuma nemenin Kay doang," aku berusaha membuat kak Leon agar tidak curiga. Bisa berabe kalau dia laporan ke Abang.
"Ohh.. ya udah kalau gitu. Aku sendiri aja, toh memang biasanya aku sendiri nggak ada yang mau nemenin," ucap kak Leon sambil berlalu.
Entah kenapa melihat wajah kecewanya membuatku tak tega. Dan gara-gara hal itu sepanjang pelajaran aku tak bisa fokus. Aku terus memikirkan kak Leon.
***
"Kay…" aku mendekati Kay setelah selesai berkemas.
"Jadi kan?? Yuk…" Kay tampak antusias mengajakku pergi mencari kado untuk kak Dimas.
"Tunggu dulu Kay…"
"Kenapa?"
"Maaf nih… tapi kalau.. kalau..emmm…"
"Kamu mau ngomong apaan sih Nit??" Tanya Kay kesal karena aku tak kunjung bicara.
"Kalau kak Leon ikut sama kita gimana??"
"Hah??? Kamu yakin??"
"Ya… yakin. Tapi itu juga kalau kamu nggak keberatan.."
"Duhh… gimana ya?? Lagian kenapa sekarang kamu jadi kayak nggak bisa jauh dari dia sih?? Bukannya kamu tuh sukanya sama kak Dimas ya??"
"Hissshhh…. Apaan sih kamu!! Siapa bilang??"
"Lah terus kalau nggak suka apa dong namanya?? Yang tiap disamperin mukanya merah, grogi.. malu-malu…"
"Ya...itu kan...itu… ah udahlah!! Jadi gimana?? Boleh nggak??"
"Hemmm…. Ya udah deh!! Boleh!!" Sahut Kay menyerah.
Aku menelepon kak Leon dan memintanya untuk bertemu di parkiran. Selama kami berjalan menuju parkiran, beberapa kali kami berpapasan dengan teman yang menyapa ramah. Namun ketika kami bertemu dengan kak Dimas, seketika mood ku berubah.
"Nita!!"
"Eehhh… ada kak Dimas.." kata Kay genit.
"Oh… halo Kay. Kalian mau pulang bareng?" Tanya kak Dimas karena aku tak menyahut ketika dipanggil.
"Enggak.. ini kita ma.. awwww!! Sakit!!" Kay langsung berhenti bicara ketika merasakan sakit di kakinya yang ku injak kencang.
"Kamu kenapa??" Kak Dimas tampak cemas melihat perubahan Kay.
"Ohh .. nggak apa-apa kok Kak. Iya, ini kita mau pulang," terang Kay.
"Duluan ya Kak," kataku seraya menarik tangan Kay.
"Kamu kenapa tumben ngehindar dari kak Dimas sih??" Tanya Kay tanpa memprotes tindakanku.
"Aku lagi sebel aja sama dia yang percaya gitu aja sama Varisa!! Nuduh aku ada hubungan sama kak Leon!!" Kataku kesal.
"Owhh… jadi ceritanya ada yang lagi cemburu nih??"
"Ya nggak gitu juga kali Kay!!?"
"Trus apa dong kalau bukan cemburu?? Owhh aku tau!! Lagi tarik ulur ya sama gebetan?? Jiiiaaahhhh…" goda Kay seperti tanpa dosa.
"Kayla!!! Apaan sih!! Udah buruan jalan!!" Kataku seraya berjalan mendahuluinya.
"Ciieee…. Malu nih.." Kayla masih saja terus menggodaku sampai tempat parkir.
"Kak Leon mana?" Gumamku sambil melihat sekeliling parkiran.
"Aku disini," bisik kak Leon yang tiba-tiba saja ada di sampingku.
"Apaan sih Kak!! Bikin kaget aja," omelku.
"Hahahaha…" kak Leon malah tertawa dan berjalan menuju motornya.
Sementara Kay memperhatikan kak Leon dengan terheran-heran. Mungkin ini kali pertama baginya melihat tawa dari si ketua OSIS yang terkenal disiplin itu.
"Kay!! Ayo berangkat malah bengong!!"
"Iya.. iya!!"
Kami pun berangkat menuju Mall Ciputra dengan aku membonceng Kay. Jalanan yang cukup ramai lumayan menghambat perjalanan kami sehingga butuh waktu lebih dari setengah jam kami baru sampai.
Kami langsung menuju ke lantai atas dimana merupakan bagian fashion. Dan begitu terkejutnya aku ketika melihat kak Dimas juga ada di sana bersama seorang wanita sekitar empat puluhan tahun. Aku segera mengajak Kayla menghindar. Beruntung kak Leon sudah sedari awal memisahkan diri dari kami.
"Nita!!"
Tubuhku mendadak terasa kaku, mendengar suara orang yang memanggilku. Karena aku yakin itu adalah suara kak Dimas. Tak lama kemudian dia benar-benar menghampiriku bersama wanita tadi yang ternyata adalah mamanya.
"Hai!! Kamu disini juga?? Tau gitu tadi bareng sekalian," kata kak Dimas.
"Oh... i-iya tadi mendadak kesini sana Kay," jawabku gugup.
"Ma… kenalin ini Nita, dan itu temannya.."
"Kayla Tante…" Kay langsung menyela omongan kak Dimas yang sepertinya lupa namanya.
"Ohh… ya.. saya Mamanya Dimas, panggil aja Tante Ayu," katanya ramah sembari menyalami tangan kami bergantian.
"Ini loh Ma… orang yang aku bilang tadi."
Perasaanku mendadak terasa tidak enak ketika mendengar penuturan kak Dimas. Apalagi raut wajah Tante Ayu tiba-tiba saja tampak antusias dan tersenyum penuh arti.
"Jadi ini toh cewek yang mau kamu jadiin pendamping di acara ulang tahun nanti," goda Tante Ayu.
"Pendamping??" Tanya Kay terkejut.