Chereads / Abangku Seorang Bad Boy / Chapter 20 - 20 Ulang tahun kapten basket

Chapter 20 - 20 Ulang tahun kapten basket

"Nita??!! Sejak kapan kamu disitu?" tanya bang Riko yang tampak panik.

Aku tak memperdulikan bang Riko dan segera berlari ke kamar. Ku kunci pintu kamarku agar bang Riko tidak bisa masuk menggangguku. Dan benar saja, dalam hitungan detik bang Riko sudah mencoba membuka pintu kamarku.

"Buka pintunya Nita!!" kata bang Riko.

"Pergi!! Aku nggak mau bicara lagi sama Abang!!"

"Aku akan jelasin semuanya!! Keluarlah.." kata bang Riko membujukku karena aku malah menangis tersedu-sedu.

"Aku janji akan menceritakan semuanya tanpa terkecuali, tapi aku minta kamu keluar sekarang.." kata bang Riko lagi.

Dengan langkah perlahan aku pun membuka pintu kamar dan membiarkan bang Riko masuk. Bang Riko menatapku iba dan menghapus air mataku. Sungguh itu adalah perlakuan yang terasa sangat lembut buatku. Aku merasa seperti benar-benar memiliki kakak laki-laki yang sayang padaku.

"Jadi, apa yang ingin kamu tahu sekarang? Tentang kenapa aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan Dimas?" tanya bang Riko yang ku jawab dengan anggukan.

"Aku kenal Dimas dan Leon sejak kecil. Kami dulunya sangat dekat meskipun usiaku di atas mereka. Sewaktu SMP, kami pernah terlibat masalah karena seorang gadis…"

Dalam hati aku sudah bisa menebak, pasti yang dimaksud Abang adalah Tyas, nama yang sempat ku dengar tadi.

"Leon dan Dimas sama-sama menyukai gadis bernama Tyas itu. Awalnya mereka bersaing secara sehat, hingga suatu ketika Dimas melakukan sebuah kesalahan besar, karena mengetahui Tyas dan Leon sudah jadian. "

Sampai disitu aku melihat wajah bang Riko menahan kesedihan. Sesekali bang Riko melihat ke langit-langit kamarku dan menghela nafas panjang.

"Demi mendapatkan simpati dari Tyas, Dimas mengatakan jika dia mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit. Entah bagaimana awalnya, tapi yang jelas Tyas yang memang tipe orang care dengan temannya, langsung menuju ke rumah sakit. Dan dalam perjalanan itu, Tyas mengalami kecelakaan… dan… meninggal.."

Hatiku terasa nyeri saat mendengar penjelasan bang Riko. Jadi alasan itulah yang membuatnya tidak suka dengan kak Dimas. Tapi ternyata nggak cukup sampai disitu saja.

"Dan sejak saat itu Leon tak pernah sedikitpun dekat dengan gadis manapun. Sepertinya kejadian itu meninggalkan luka mendalam buatnya. Dia baru saja jadian dengan Tyas, tapi akhirnya dipisahkan oleh keadaan."

"Tapi Bang, pasti hal itu juga nggak direncanakan sama kak Dimas kan? Nggak mungkin ada sedikitpun niat jahat darinya," tuturku.

"Kami tau itu Nita… kami tau dengan jelas kalau umur itu memang nggak ada yang tau, tapi bukannya manusiawi jika kami kecewa? Apalagi sampai sekarang Dimas nggak ada sedikitpun niat baik untuk menjelaskan masalah itu."

Aku sedikit ragu saat bang Riko mengatakan kalau kak Dimas tak ada niat baik sama sekali. Tapi aku pun tak bisa begitu saja membela kak Dimas di depan Abang. Aku pun belum terlalu mengenal mereka, termasuk abangku sendiri.

"Jadi mau sampai kapan aku yang nggak tau apa-apa ini terseret masalah kalian?" tanyaku.

"Aku cuma ingin menjaga kamu Nita.."

"Tapi nggak kayak gitu juga caranya kan Bang?? Apa harus sampai mengatur lingkaran pertemanan aku?"

Bang Riko menghela nafas panjang sebelum mengatakan sesuatu yang berhasil membuatku tersenyum.

"Baiklah, aku izinkan kamu ke acara ulang tahunnya besok."

***

Aku memakai dress selutut berwarna peach dengan make up simple. Tak lupa aku membawa tas kecil untuk membawa handphone dan beberapa barang keperluan pribadi. Kalau kado untuk kak Dimas sudah diurus sama Kay.

Rasanya aku masih tak percaya Abang mengizinkan aku datang ke acara ulang tahun kak Dimas. Tidak sia-sia aku mengajukan protes kemarin. Usaha memang tak menghianati hasil.

Aku segera turun ke lantai bawah karena sudah hampir pukul tujuh malam. Acara ulang tahun kak Dimas akan dimulai pukul delapan. Aku tak mau telat hadir ke sana sehingga bersiap-siap lebih awal. Takutnya jalanan macet karena kebetulan ini adalah malam Minggu.

"Kamu udah siap?" Aku menatap tak percaya pada dua laki-laki yang ada di depanku.

"Kok??"

"Kalau udah siap sana buruan berangkat.." kata bang Riko.

"Yuk.." ajak kak Leon tanpa merasa berdosa sedikitpun.

"Maksudnya apa sih ini Bang?" tanyaku karena perasaanku mulai tak enak.

"Ya kamu berangkat sama Leon. Aku ada perlu sama Tante Lia abis ini soalnya, jadi nggak bisa anterin kamu," jawab Bang Riko santai.

"Bukannya Abang udah izinin aku buat ke acara kak Dimas?"

"Ya emang aku izinin kan? Ya udah sana berangkat.."

"Tapi kenapa sama dia?" tanyaku sambil menunjuk kak Leon yang tersenyum mengejekku.

"Aku emang izinin kamu dateng, tapi kamu harus datang sama Leon."

"Tapi kan-"

"Nggak ada tapi-tapian Nita!!" tegas bang Riko tak mau dibantah.

Aku menghentakkan kakiku saking kesalnya dengan peraturan dari bang Riko. Mau tak mau aku harus menuruti perkataan bang Riko dari pada harus batal.

"Nggak usah pasang wajah cemberut gitu, tar make upnya luntur," kata kak Leon menggodaku.

"Nggak lucu!!"

"Aku kan emang nggak niat buat ngelucu," jawab kak Leon seraya membukakan pintu mobil berwarna silver yang sudah terparkir di halaman rumah.

"Kenapa?" tanya kak Leon karena aku tak segera masuk ke mobil dan malah diam saja.

"Hei!!! Ayo masuk kok malah bengong sih.." kata kak Leon lagi.

"Iya.." jawabku gugup dan segera masuk ke samping kemudi mobil.

"Nanti disana aku nggak akan ganggu kamu kok, tenang aja.." kata kak Leon setelah masuk ke dalam kemudi mobil.

"Bisa nyetir mobil kak?"

"Jadi itu yang bikin kamu tadi bengong?"

"Ya aku kan takut…"

"Tenang aja… kalau ada apa-apa kita berdua kok ."

"Jawaban macam apa itu?? Aku masih muda, masih mau hidup.."

"Hahahaha…. Ya habisnya kamu nggak kira-kira. Kalau aku nggak bisa nyetir nggak bakal sampai rumah kamu!!" kata kak Leon sambil melajukan mobilnya.

Awalnya aku benar-benar merasa takut, sampai akhirnya hilang perlahan karena kak Leon mengemudi dengan nyaman. Aku bisa bernafas lega dan duduk dengan tenang.

"Ngapain sih ngeliatin aku terus dari tadi?" gerutuku karena menyadari kak Leon curi-curi pandang padaku sambil tersenyum.

"Kamu lucu.."

Aku terdiam untuk sesaat. Berusaha mencerna kalimat yang keluar dari mulut kak Leon. Apakah dia sedang memujiku? Atau sedang mempermainkan aku?

Setelah perkataan kak Leon, aku memilih diam meskipun kak Leon masih saja melirikku berkali-kali. Aku berusaha menormalkan wajahku agar tidak terlihat malu.

"Sudah sampai. Kamu masuk aja dulu, aku tunggu di luar.."

"Kenapa nggak ikut masuk aja sih Kak?" tanyaku bingung.

"Ya udah kalau kamu maksa .." jawab kak Leon yang kemudian berjalan mendahuluiku.

"Hah???" Aku menganga tak percaya kak Leon bisa berkata dengan tak tau malu begitu.