"Ya Tuhan!! Aku harus gimana ini??" Batinku seolah ingin berteriak sekencang-kencangnya.
"Kamu!! Maju ke depan!!" kata pak Bagas yang merupakan guru matematika. Beliau adalah sosok guru yang terkenal killer, dan sialnya aku harus berhadapan dengannya saat ini.
"Ma ..maaf Pak!! Saya nggak bermaksud untuk meledek bapak kok, beneran!!" kataku setelah berdiri di sampingnya.
"Jelas-jelas saya tadi lihat kamu sedang meledek saya!!" tegasnya.
"Beneran Pak!! Saya tadi sedang bercanda dengan si Kay, Pak!!" terangku sambil menunjuk ke arah Kayla.
Pak Bagas melihat Kayla seolah meminta jawaban, dan untungnya Kayla cepat tanggap dan mengiyakan ucapanku.
"Ya sudah kamu boleh duduk lagi tapi silahkan kerjakan dulu halaman tujuh belas nomor lima di papan tulis," kata pak Bagas sambil memberikan sebuah buku.
"Baik Pak!" aku mengambil buku tersebut dan segera mengerjakan sesuai perintah.
"Silahkan kembali duduk!!" perintah pak Bagas begitu aku selesai mengerjakan soal yang diminta.
"Sekarang semuanya kerjakan halaman dua puluh lima, dan saya beri waktu lima belas menit. Kumpulkan ke meja saya!!" perintah pak Bagas.
Tak ada yang berani bersuara meskipun aku yakin semua teman sekelas pasti mengeluh. Pak Bagas seringkali tiba-tiba mengadakan ulangan tanpa memberitahu lebih dulu. Pernah ada yang mengeluh dengan caranya, tapi yang didapat malah berkurangnya waktu untuk mengerjakan. Alhasil tak ada lagi yang berani membantah.
***
"Yesi kemana Kay??" tanyaku pada Kayla ketika tiba jam istirahat. Yesi adalah teman sebangku Kayla yang kadang ikut nimbrung.
"Oh ..tadi dia bilang mau ke ruang BK dulu. Kita suruh duluan ke kantin," jawab Kayla sambil merangkul bahuku.
"Ya udah kalau gitu, yuk…"ajakku.
"Kamu mau makan apa??" tanya Kayla dalam perjalanan menuju kantin.
"Aku mau bakso aja deh, biar seger...kamu sendiri??" tanyaku balik.
"Samain aja deh, Yesi tadi juga minta dipesenin bakso.." jawab Kayla.
"Wahhh… penuh banget nih, tumben-tumbenan," kataku begitu tiba di kantin.
"Iya… oh.. itu di pojok masih ada bangku kosong, kesana aja yuk…" ajak Kayla menunjuk sebuah meja.
"Ya udah kamu ke sana dulu aja, biar aku yang pesan dulu…" jawabku.
"Siap!!!"
"Bu Ning, bakso tiga ya.. sama jus jeruk tiga…" kataku pada ibu kantin.
"Siap Mbak…" jawabnya.
Aku pun segera menyusul Kayla yang sudah lebih dulu mencari tempat duduk. Namun saat aku hampir sampai, kakiku seperti menendang sesuatu sehingga aku oleng dan terjatuh tepat di depan seorang murid perempuan yang sedang duduk menyantap makanannya. Tapi bukannya membantuku untuk berdiri, dia malah memandangku seperti melihat seorang pencuri. Dia adalah Varisa, kakak kelasku yang terkenal arogan.
"Kamu nggak apa-apa Nit??" tanya Kayla yang buru-buru menghampiriku dan menolongku berdiri.
"Nggak apa-apa kok Kay, makasih ya.." jawabku.
"Hey kamu!!! Sengaja ya??!!" tanya Kayla pada seorang murid yang ada di sampingku dengan setengah berteriak.
"Maksud kamu apa??" tanya orang itu balik emosi.
"Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri!! Kamu sengaja kan buat Nita terjatuh?? Kalau enggak, ngapain kaki kamu ada di jalan??" tanya Kayla tak kalah emosi.
"Napa malah nyolot sih?? Temen kamu aja yang nggak lihat jalan!!" katanya tak mau kalah.
"Oohhhh!! kamu ngajak ribut??? Ayo sini!!!" Tantang Kayla.
"Ayo!!! Maju sini kalau berani!!"
Aku menarik tangan Kayla agar tidak terpancing emosi. Pada dasarnya aku juga tak mau ada masalah di sekolah. Aku bisa dihukum bang Riko kalau sampai itu terjadi.
"Jangan buat keributan Kay!! Aku juga nggak apa-apa kok!! Udah sih, ayo duduk aja!!" ajakku setengah menyeret Kayla.
"Tapi Nit, dia yang mulai duluan…"
"Sshhhhhh!!! Udah deh... nggak usah diperpanjang!!" tegasku sambil menarik Kayla.
Aku melihat orang yang tadi sedang mengacungkan jempolnya ke bawah, dengan segera aku menutup mata Kayla agar tak tersulut emosi.
"Kamu ngapain sih cari masalah?? Biarin aja kenapa?? Toh aku juga nggak apa-apa.." kataku menenangkan Kay.
"Aku nggak takut sama mereka meskipun kakak kelas!!" kata Kay masih emosi.
"Iya, aku tahu. Tapi bukankah lebih baik kita nggak usah memperpanjang masalah ya?? Lagian aku juga nggak mau gara-gara hal sepele kayak gini, kita kena skors. Bisa abis aku nanti sama Abang!!" kataku bergidik ngeri membayangkannya.
"Awas aja nanti kalau mereka cari masalah lagi!!"
Aku menghela nafas panjang karena Kay masih saja belum bisa mengontrol emosinya.
"Dimas!!" panggil Varisa sambil berdiri dan melambaikan tangannya.
"Ciieee… pangerannya datang!!" goda perempuan yang hampir saja ribut dengan Kay tadi.
"Cih!! Geng cewek-cewek nggak jelas!!" batinku kesal melihat empat cewek yang mendadak berubah genit begitu melihat kak Dimas dan kawan-kawannya.
Aku menundukkan kepala agar kak Dimas tidak melihat. Tak lupa aku mengisyaratkan Kayla agar diam. Aku sungguh tak mau cari masalah dengan kakak kelas, bukan karena aku takut, aku hanya ingin kehidupan masa sekolahku tak ternoda hal-hal yang nggak perlu. Bisa ku pastikan kalau geng cewek-cewek itu mengidolakan kak Dimas. Beruntung kak Dimas tak melihatku dan segera duduk di sebelah cewek-cewek tadi.
"Varisa… kamu makin cantik aja.." kata Raka, salah satu anggota tim basket.
"Makasih… Dimas mau makan apa??" Tanya Varisa mengabaikan Raka.
"Aku udah pesan bakso tadi!" Jawab kak Dimas dengan posisi bersandar pada kursi. Sementara jarinya diketuk-ketuk ke meja dan matanya mengelilingi seisi kantin seolah mencari keberadaan seseorang.
"Kamu nyariin siapa sih Dim??", tanya Raka penasaran.
"Nita!!" jawabnya singkat yang spontan saja membuatku senang sekaligus was-was.
Aku mengisyaratkan lagi pada Kay untuk diam dengan menempelkan telunjuk di hidungku. Aku hanya berharap kak Dimas tak menyadari keberadaanku yang sebenarnya hanya berjarak satu meja di belakangnya.
Mendadak aku merasa ada hawa panas menjalar di seluruh tubuhku, dan benar saja. Aku melihat Varisa sedang memandangku penuh emosi.
"Nita siapa sih Dim?? Adik kelas yang sering diantar cowoknya pakai motor gedhe itu??" tanya Varisa dengan seringaian khasnya.
"Tau darimana kamu kalau itu cowoknya??" tanya Raka penasaran tapi tak digubris oleh Varisa.
"Itu kakak laki-lakinya.." terang kak Dimas datar.
"Ini mbak pesanannya…" kata Bu Ning sambil membawa tiga mangkok bakso dan tiga jus jeruk.
"Makasih ya Bu…" kata Kayla.
Setelah itu, kulihat Bu Ning penjaga kantin mengantarkan pesanan pada kak Dimas dan kawan-kawannya. Mereka pun segera menyantap makanannya tanpa basa-basi lagi, mungkin saking laparnya karena habis latihan basket.
"Yesi mana sih kok lama banget…" tanyaku lirih agar suaraku tak terdengar kak Dimas.
"Tauk tuh orang.." sahut Kay.
"Ya udah kita makan duluan aja yuk…" ajakku diikuti anggukan Kay.
Baru juga makan beberapa sendok, aku dikejutkan dengan suara Yesi yang mengacaukan segalanya.
"Nita!! Kayla!!" panggil Yesi dengan berteriak lantang dan melambaikan tangan ke arah kami.
"Oh my God!!!" batinku sambil memalingkan wajahku menghindari kak Dimas yang langsung menoleh ke arahku.