"Pagi Bang!" sapaku ketika tiba di meja makan.
"Pagi!! Mata kamu kenapa sampai kayak gitu??" tanya bang Riko yang terkejut melihat mataku membengkak.
Aku hanya tersenyum sambil menunjukkan deretan gigiku.
"Ya udah makan dulu nanti aku anterin ke sekolah," kata bang Riko.
Aku hanya mengangguk dan menyantap nasi goreng yang sudah tersaji di meja makan. Baru juga aku makan beberapa sendok nasi goreng, aku tersedak karena melihat notifikasi di handphone milikku.
"Uhuk...uhuk…!!"
"Kamu pelan-pelan dong makannya!! Nggak bakal ada yang minta juga!!" omel bang Riko seraya menepuk punggungku sementara satu tangannya lagi menyodorkan segelas air putih.
Aku segera meneguk air putih itu tapi mataku terus saja memandang layar handphone tak percaya. Baru saja aku ingin membalas chat dari Kayla, bang Riko merebut handphoneku dan dimasukkan ke dalam saku bajunya.
"Abang, balikin handphone aku!" rengek ku.
"Lanjutin sarapan dulu baru aku balikin handphone kamu!!" tegas bang Riko.
"Tap.. iya deh iya," aku tak bisa membantah melihat tatapan tajam bang Riko. Ya, aku takut bang Riko marah, karena kalau sampai dia marah, bisa-bisa uang jajanku dipotong semaunya.
"Handphone aku mana??" tanyaku begitu menghabiskan nasi goreng di piring.
"Nih!!" kata bang Riko melempar handphone milikku. Untungnya aku cepat tanggap sehingga handphoneku tidak sampai terjatuh.
"Abang apaan sih!! Untung nggak jatuh handphone aku!!" omelku.
"Udah buruan berangkat yuk tar telat!!" ajak bang Riko yang sudah membawa kunci motor gedhe miliknya.
"Iya..iya .." jawabku tanpa sempat membalas chat dari Kayla.
Aku segera membonceng motor bang Riko dan menuju ke sekolah. Dengan kecepatan tinggi, tak butuh waktu lama buatku sampai di sekolah. Sebuah sekolah elite yang sebagian besar muridnya berasal dari kalangan berada.
"Nanti pulangnya aku jemput!!" kata bang Riko saat aku turun dari motornya.
"Tapi nanti pulangnya aku harus kerja kelompok Bang…" ucapku berbohong.
"Aku udah lihat chat dari Kayla tadi, kamu nggak usah bohong atau cari-cari alasan!!" kata bang Riko yang sukses membuatku kesal.
"Tauk ah!!"
Aku segera masuk ke sekolah tanpa mempedulikan bang Riko lagi. Bisa-bisanya bang Riko membaca privasiku. Aku jadi bingung harus bagaimana menjelaskan pada Kayla nanti.
"Nita!!! Akhirnya kamu sampai juga! Dari tadi aku udah nungguin tau!!" kata Kayla bersemangat begitu melihatku masuk ke kelas.
"Kamu kok tumben agak siang sih ke sekolahnya??" tanya Kayla lagi.
Aku melirik sekilas ke arah jam dinding yang ada di depan kelas. Ku pegang dahi Kay untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja. Dan nyatanya suhu badannya normal. Aku pun bergegas menuju meja meletakkan tas sekolahku dan duduk di kursi.
"Suhu badan kamu normal kok, tapi rasanya ada yang aneh sama kamu deh Kay," kataku.
"Ihhh...apaan sih Nit!! Aku tuh sehat tauk!! Sembarangan aja!! Dikira aku lagi demam apa ya??" protes Kay.
"Ya secara aku nyampe sini aja di jam biasanya, bisa ya kamu ngatain aku kesiangan?? Ada juga kamu tuh tumben masih jam segini udah masuk kelas…" kataku jengah diikuti seringaian Kayla.
"Ya habisnya aku udah nggak sabar dengerin cerita kamu tentang semalem…" kata Kayla.
"Stop!! Sebelum itu aku perlu bilang sama kamu, kalau nanti pulang sekolah aku nggak bisa pergi sama kamu," terangku.
"Lah?? Emangnya kenapa?? Kita kan mau pergi buat persiapan ke pesta ulang tahunnya kak Dimas.." tanya Kayla.
"Tunggu dulu deh!! Emangnya kamu yakin banget bakal diundang ke ulang tahunnya kak Dimas??" tanyaku.
"Yakin kok. Orang undangannya buat semua murid disini yang bisa datang.." jawab Kayla senang.
"Tapi sayangnya nggak boleh pergi sama Abang. Nanti pulang sekolah aja aku bakal dijemput sama Abang.." kataku menyesal.
"Kan bisa pakai alasan kerja kelompok kayak biasanya Nit!!" kata Kayla masih berharap.
"Iya... tapi masalahnya bang Riko terlanjur baca chat dari kamu tadi pagi Kay! Untungnya kamu cuma bilang mau cari kado buat si kapten, jadinya aku masih bisa berdalih buat kapten cheers," terangku.
"Yahhh, terus gimana dong??" tanya Kayla penuh sesal.
"Udah, kamu sendiri aja deh yang nyari. Aku lain kali aja, nyari kesempatan yang baik. Nunggu mood bang Riko membaik," kataku.
"Emangnya bang Riko lagi ada masalah Nit?" tanya Kayla.
"Bukan!! Bang Riko masih kesal sama aku karena semalam pulang larut.." jawabku.
"Bukannya kamu pulang dari party baru jam delapan ya??" tanya Kayla penuh selidik. Aku hanya menggaruk tengkukku salah tingkah.
"Memangnya kamu sampai rumah jam berapa??" tanya Kay penuh curiga.
"Aku... aku... emmmm.. " belum juga aku menjelaskan tentang semalam, tiba-tiba saja di atas mejaku ada sekotak coklat dengan hiasan pita merah di ujungnya dan sebuah undangan berbentuk lingkaran seperti bola berwarna biru.
"Kak Dimas??" tanyaku tak percaya begitu mengangkat wajahku dan melihat sosok kapten tim basket yang sedang tersenyum padaku.
"Pagi…" sapanya lembut.
"Pagi kak…" balasku sambil menggaruk tengkukku salah tingkah.
"Ciiieeee….."
Ku dengar sorakan teman-teman di kelasku yang membuatku makin salah tingkah. Apalagi saat kak Dimas malah dengan sengaja duduk di sampingku dengan satu tangan menopang kepalanya melihat ke arahku.
"Kamu jangan sampai nggak datang ke ulang tahunku akhir bulan nanti ya.." katanya tanpa menghilangkan senyum di wajah tampannya.
"Iya.. aku usahain datang kak.." jawabku sambil tersipu.
"Kamu sakit??" tanyanya sambil memegang dahiku.
"Wajah kamu kok merah gitu?? Atau kamu demam??" imbuhnya.
"Ya Tuhan!!! Bagaimana aku bisa mengontrol diriku sendiri kalau sikap kak Dimas seperti ini??" batinku.
"Haii!! Nita?? Mau ku anterin ke UKS?" tanyanya lagi.
"Awww…" aku meringis kesakitan saat Kayla menginjak kakiku dengan sedikit kencang.
"Apaan sih Kay…" omelku kesal karena merasa diganggu.
Kayla hanya mengerjapkan matanya berulangkali sambil melihat ke arah kak Dimas. Tentu saja hal itu menyadarkanku situasi yang masih harus ku hadapi.
"Oh... enggak usah kak. Aku baik-baik aja kok…" jawabku.
"Yakin??" tanyanya meyakinkan.
"Iya… " jawabku sambil mengangguk.
"Muka Nita merah karena malu aja tuh kak…" celetuk seorang teman sekelasku yang spontan saja mendapat cubitan dari Kayla.
"Bisa gitu ya??" tanya kak Dimas bingung.
"Itu... itu... ah... aku.."
Ding!!! Dong!!! Ding!!! Dong!!!
Seketika aku merasa bisa bernafas lega mendengar bel sekolah berbunyi. Aku tak harus menjelaskan apapun kepada kak Dimas, setidaknya untuk saat ini.
"Udah bel, aku ke kelas dulu ya, jangan lupa datang," ucap kak Dimas sambil melambaikan tangannya.
"Iya kak," jawabku sambil membalas lambaian tangannya.
"Hufhhttt …."
Aku membuang nafas lega setelah melihat kak Dimas keluar dari kelasku. Aku pun tersenyum geli karena Kayla memasang muka cemberut karena gagal mendapatkan cerita yang mereka mau, secara guru kami sudah tiba di kelas beberapa saat setelah kak Dimas pergi.
"Wekkk!!!" aku meledeknya dengan menjulurkan lidah dan tersenyum penuh kemenangan.
"Kamu yang di sana!! Siapa nama kamu?? Kenapa malah meledek saya??"
Deg!!
Jantungku berdetak kencang karena guru killer itu melihat ke arahku.