Chereads / Cinta Arrogant Sang Editor / Chapter 9 - 9. Harga Sebuah Nyawa

Chapter 9 - 9. Harga Sebuah Nyawa

Sinar matahari pagi yang masuk dari celah jendela membangunkan Sander dari tidurnya. Rumah masih terasa sepi, sambil mengerjap dia melihat sekeliling dan ingat keberadaannya di sofa.

Perlahan dia bangkit lalu membuka jendela kamar, pandangan di luar jendela memperlihatkan pria Eropa yang tinggal di depan rumah sedang duduk di teras bersama dua wanita. Seingat Sander, mereka adalah wanita yang hari itu dia lihat masuk ke dalam rumah. Satu wanita duduk di pangkuan pria itu dan satu lainnya sedang memijat kakinya.

Sander mendengus dan berpaling menuju kamarnya. Dia membuka pintu kamar yang tidak terkunci. Ratna masih bergelung di kasur Sander. Sander mengamati gadis itu. Wajahnya tampak pucat dan tubuhnya menggigil.

Dia mendekat dan menyentuh kening Ratna. Panas! Ratna demam!

Tangan Sander menangkup pipi Ratna dan menyentuh tangan serta kakinya. Tangan dan kaki terasa dingin namun suhu badan Ratna memang panas. Bergegas Sander keluar dengan langkah panjang dan cepat menuju rumah Ganda.

Setelah beberapa ketukan, seorang wanita paruh baya membuka pintu rumah.

"Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong, segera panggil dokter. Ratna menggigil dan demam di kamarku."

"Dokter? Tidak ada dokter di desa ini, Tuan."

"Tidak ada dokter katamu? Minta Pak Ganda siapkan mobil untuk membawa Ratna ke dokter terdekat dari desa ini."

"Sebentar,"

Wanita itu kembali menutup pintu dan masuk ke dalam. Sekilas Sander melirik pada pria Eropa yang tertawa bersama dua wanita lain. Mereka terihat sangat bahagia. Meski Sander hampir bisa menebak apa yang terjadi di desa ini, tapi dia butuh banyak bukti untuk memastikan semuanya.

Pintu rumah Ganda kembali terbuka, kali ini Ganda yang keluar dari dalam.

"Tuan Sander, kami akan memanggil bidan Wuri untuk memeriksa Ratna. Anda jangan khawatir, kami akan membawa Ratna ke rumahnya dan mengirim gadis lain untuk anda."

"Tunggu! Kalian tidak perlu membawa Ratna pulang. Biarkan dia tinggal sampai keadaannya membaik."

"Tapi Tuan,…."

"Aku ingin Ratna tetap tinggal. Dia melakukan pekerjaan dengan sangat baik. Suruh bidan itu segera datang. Katakan padanya bahwa Ratna menderita demam."

Sander menunjukkan sikap dominan, dia tidak ingin Ganda melawannya. 'Waktunya menggunakan kekuatan uang untuk mengendalikan semua orang.' Begitu pikir Sander.

Dengan sangat terpaksa Ganda menunduk dan membiarkan Sander melewatinya untuk kembali ke rumah. Saat dia melihat ke arah pria Eropa yang sedang tertawa bersama dua gadis desa yang bersamanya, Ganda mengangguk tersenyum puas.

Lalu dia mengangkat ponsel untuk menghubungi Darmin,

"Min, bawa Wuri ke sini sekarang! Ratna sakit, Tuan Sander tidak mengijikan kita menukar Ratna dengan yang lain. Akhirnya ada juga yang puas dengan pelayanan Ratna."

Sepuluh menit kemudian pria bernama Darmin itu datang dengan sepeda motor berboncengan dengan seorang gadis muda berusia dua puluh lima tahunan. Dengan celana panjang hitam, kaos abu-abu dan cardigan putih, rambut dikuncir seadanya, gadis itu segera turun dari motor Darmin.

"Wuri, cepatlah!" Ganda dengan nada memerintah menyambut Wuri sambil berjalan menuju rumah yang Sander tempati.

Dengan pandangan sengit Wuri bergegas mengikuti langkah Ganda. Setelah beberapa kali mengetuk, Sander membuka pintu.

"Tuan, saya membawa bidan Wuri untuk memeriksa Ratna."

Tatapan Sander bertemu dengan mata Wuri yang tajam. Terlihat jelas kebencian dan kekesalan di raut wajah Wuri sebelum gadis itu melangkah ke dalam.

"Silahkan," Sander meminta Wuri untuk masuk dan memeriksa Ratna.

"Anda bisa tunggu di luar, Pak Ganda." Sander menatap penuh instruksi pada Ganda. Membuat pria itu tidak berani menolak kata-katanya.

Meski penuh kekesalan namun Ganda memilih menjauh dan kembali ke teras rumahnya. Sander menyusul Wuri ke dalam kamar yang ditempati oleh ratna.

"Bagaimana keadaannya?"

"Berikan aku air dan handuk kecil untuk mengompres!" Wuri memerintah Sander tanpa menoleh ke wajahnya.

Sambil menggosok kepalanya, tanpa bertanya langsung menuju dapur dan mengambil apa yang Wuri minta. Gadis itu dengan cekatan mulai mengompres Ratna. Beberapa kantong kecil berisi obat di siapkan.

"Berikan ini pada Ratna sesuai dengan apa yang aku tuliskan di kemasan." Wuri mengatakan saat dia sudah berdiri di pintu kamar Sander dan bersiap untuk pergi.

"Apa yang terjadi dengan Ratna?" tanya Sander.

"Tidak perlu banyak bertanya, setelah kau pergi dari desa ini kau bahkan tidak akan ingat namanya. Namun apa yang kalian tinggalkan telah merusak para gadis di desa ini!" Wuri mengucapkan dengan nada ketus.

Sander mulai kehabisan kesabaran menghadapi Wuri. Sikapnya yang seolah selalu membenci telah dia tampakkan bahkan sejak mereka beradu pandang di hari pertama kedatangan Sander. Dia mencengkeram lengan Wuri dengan erat. Membuat gadis itu sedikit meringis. Mata Sander tajam dan menatap lurus di wajah Wuri. Hidung Sander yang tinggi nyaris menyentuh wajah Wuri.

Gadis itu terlihat sangat marah dengan tindakan Sander.

"Dengar! Kita tidak pernah mengenal sebelumnya, tapi kau selalu melihatku dengan permusuhan! Aku bertanya dengan cara baik kepadamu, bukan?" suara Sander pelan dan dalam. Lebih mirip dengan geraman.

Alih-alih takut, Wuri malah memasang wajah menantang.

"Kau memang tidak mengenalku, tapi aku mengenal baik pria macam apa kalian."

"Apa maksudmu?" Sander menurunkan nada suara dengan wajah berkerut bingung.

"Gadis-gadis kecil seperti Ratna belum siap secara apa pun untuk menemani pria-pria pemuja nafsu seperti kalian. Namun kalian terus dan terus datang. Mendewakan uang untuk mendapatkan kesenangan. Ini bukan pertama kali Ratna mengalami hal yang sama."

"Dengar! Berhenti menyamakan aku dengan pria lain. Aku tidak tahu pria mana yang kau maksud, aku hanya ingin mendengar, apa yang terjadi dengan Ratna."

"Dia menderita infeksi bagian kewanitaan. Seharusnya Ratna berhenti melakukan aktivitas ini sampai dia sembuh total dan cukup umur. Tapi kedatanganmu membuat dia harus melakukan kebiadaban ini, lagi dan lagi."

Wuri dengan kasar menepiskan tangan Sander. Membuat cengkeraman pria itu terlepas. Sander menatap Wuri penuh kebingungan.

"Kita perlu membawa Ratna ke rumah sakit untuk berobat?"

"Kau pikir Ganda akan mudah saja mengijinkan Ratna keluar dari desa ini? Dia akan lebih senang jika Ratna mati."

"Aku akan membuat Ganda menyetujui jika memang itu diperlukan."

Tatapan arogan dan menantang Wuri perlahan melunak, mendengar ucapan Sander.

"Ratna perlu dokter spesialis kandungan dan kelamin sekaligus."

"Tunggu di sini, kita akan ke rumah sakit sekarang!"

Tanpa menunggu jawaban Wuri, Sander bergegas menuju rumah Ganda. Pria itu langsung menyongsong Sander.

"Bagaimana Tuan?"

"Aku perlu Jeep untuk membawa Ratna ke rumah sakit."

"Tidak! Tidak ada yang boleh keluar dari desa ini!"

"Kami tidak keluar, kami hanya perlu membawa Ratna ke rumah sakit dan kembali setelah dia sembuh."

"Tapi,…."

"Seratus juta! Pinjamkan aku Jeepmu untuk membawa Ratna, Wuri juga akan ikut denganku!" Meski dengan nada pelan tapi tekanan terasa jelas di suara Sander.

Ganda menelan ludah mendengarnya.