Samsul pun melangkah keluar sambil tangannya dengan sengaja membuat sebuah bangku di hadapan Sander jatuh terguling menimbulkan suara keras. Tatapan sengit dia layangkan, tapi Sander tahu pasti, dibalik itu semua Samsul sedang menelan kekalahan. Dua bodyguard yang semula berdiri tenang segera menyusul langkah Sang Tuan.
Senyum sinis Sander mengiring kepergian Samsul. Tanpa melihat ke arah Sang Menteri, Sander mengangkat ponsel di tangannya dan menghubungi sebuah nomor.
"Sambungkan dengan ruang perawatan VVIP kamar Nona Ratna."
Sejenak Sander menunggu, hingga suara seorang perempuan menyahut di ponselnya.
"Halo," suara seorang wanita yang begitu lembut.
"Kenapa kau belum mengirimkan nomormu?"
"Sander?!" nada terkejut jelas terdengar di suara itu.
"Kenapa kau belum juga mengirimkan nomormu ke ponselku?" tanya Sander dingin.
"Ke-kenapa aku harus mengirimkan nomorku? Dan siapa kau berani-berani memerintah aku!" Meski jelas gugup tapi suara wanita di sambungan telepon itu mencoba untuk berani melawan dominasi Sander Brandt.
"Jadi kau ingin aku ke sana dan menemuimu?"
"A-aku tidak bilang begitu. Aku hanya bertanya kenapa aku harus menjalankan semua perintahmu."
Dengan wajah dan mata merah karena amarah, Sander menurunkan ponsel dari telinganya dan menekan tombol 'akhiri panggilan'. Selama ini uang selalu berhasil menjadi senjata Sander untuk meminta seseorang melakukan sesuatu. Terakhir kali, dia berhasil memaksa Ganda dengan seratus juta yang dia berikan.
Namun gadis yang satu ini sungguh berbeda. Sikapnya memusuhi Sander dan semua pria yang ada di desa Welasti. Sementara Dalu yang duduk di sebelahnya memandang heran pada ekspresi Sander.
"Siapa? Kenapa wajahmu menjadi keruh? Bukankah seharusnya kamu bahagia karena berhasil mengalahkan Samsul?"
Sambil memutar-mutar ponsel di tangannya, mata Sander menatap lurus ke depan. Pada sebuah dinding kosong, sambil menyipit.
"Urusan dengan Samsul selesai. Setidaknya sampai Calista dapat menemukan bukti nyata sebelum kita menjungkalkan kursi menteri yang di dudukinya."
Dalu mengangguk tanda setuju.
"Atur keberangkatanku ke desa Welasti, aku akan terlebih dahulu menuju rumah sakit Ciawi dan membawa Ratna pulang ke desanya."
"Kau akan kembali ke sana? Apakah ada sesuatu yang bisa kami tuliskan sebagai awal berita tentang desa itu?"
"Tidak, kita akan menyimpan rapat berita tentang desa itu. Sampai … semua jelas terbukti. Kali ini kita harus berhasil membuat berita tentang desa itu menjadi headline utama secara tuntas. Sehingga tidak ada celah bagi media lain untuk mendapatkan informasi baru."
"Ratna … adalah gadis yang berbicara denganmu di telepon?"
"Bukan, dia adalah salah satu yang aku yakini sebagai korban prakter gelap di desa itu."
"Lalu, siapa gadis itu? Kau tampak sangat marah saat berbicara dengannya."
"Namanya Wuri, seorang gadis pemberani. Dia satu-satunya gadis muda tanpa make up tebal di desa itu. Anehnya dengan semua keberanian yang dia miliki tidak ada satu pun yang berani menyentuhnya termasuk Ganda."
Sebuah senyum muncul di wajah Sander saat mengingat Wuri dan beberapa kali melihatnya menampakkan keberanian. Senyum yang muncul di wajah Sander setahun sekali. Dalu yang melihatnya pun turut tersenyum, tampaknya kali ini Sander bertemu lawan yang seimbang.
"Aku yakin gadis itu akan bisa mengalahkanmu."
Sander tertawa mendengar perkataan Dalu.
"Mengalahkan dalam hal apa? Aku bahkan tidak tahu apa dan siapa gadis itu. Dia tidak menarik sangat jauh berbeda dengan gadis-gadis yang biasa menghempaskan diri di ranjang tidurku."
Senyum meledek Dalu membuat Sander menghentikan kata-katanya. Dia memicing ke arah sahabatnya itu.
"Semua kata-katamu justru mencerminkan betapa penasarannya kau dengan gadis itu."
"Ha … ha … ha …! Dalu, jika aku mau gadis itu bisa dengan mudah aku dapatkan. Tapi aku tidak berminat dengan gadis kampungan semacam itu." Terlihat geli, Sander menggelengkan kepalanya dan menutupi dengan tawa.
Meski sebenarnya hati Sander meng-iyakan apa yang Dalu katakan. Dia memang penasaran dengan Wuri tapi sama sekali tidak tertarik dengannya. Keinginan Sander tentang Wuri saat ini hanya satu, Wuri dan Ratna akan menjadi kunci keberhasilan beritanya.
Beep! Beep! Beep!
Kedap kedip cahaya muncul dai ponsel Sander yang berdering. Sebuah panggilan masuk. Dia mengangkat ponsel itu dan menatap layarnya dengan pandangan kemenangan.
"Ini baru seleraku, gadis manis. Selalu tahu kapan harus muncul menyenangkan hatiku," ujar Sander sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Dalu. Nama 'Retha' tertera di sana.
Seorang wanita yang selalu ingin berada di sekitar Sander karena keuntungan dengan munculnya berita di kolom entartainment tentang pencitraan baik dirinya. Untuk berita artis dan selebritis, Sander tidak pernah peduli dengan bukti dan kenyataan. Semua akan dia terbitkan selama itu bisa menguntungkan perusahaan. Berbeda dengan berita politik dan sosial, Sander akan memilih sesuai dengan bukti nyata.
Dia menggeser kursi dan bangkit dari duduknya.
"Dalu, tetap pegang kendali perusahaan bersama Calista. Jangan biarkan Calista terpeleset lagi dalam emosi. Aku akan tinggal di desa itu untuk satu minggu lagi. Kali ini aku akan membawa mobil jeep sendiri. Kau siapkan mobil itu dan semua keperluanku."
"Ganda tidak mengijinkan seorang tamu membawa mobil sendiri masuk ke dalam desa."
"Dengar Dalu, seratus juta yang aku berikan pada Ganda bukan semata untuk Ratna. Tapi untuk melicinkan jalanku selanjutnya. Setelah seratus juta itu, semua yang aku bawa akan bisa memasuki desa!" pandangan Sander tajam berkilatan saat melihat Dalu.
Sahabatnya itu hanya mengangkat bahu, "Baiklah, sesuai keinginanmu."
Sambil berjalan keluar ruangan VVIP restoran, Sander menepuk bahu Dalu dan menjawab panggilan masuk di ponselnya.
"Retha! Aku menuju ke apartemenmu, Sayang,…."
Sander pun menghilang di balik pintu kaca. Sementara Dalu melihat kepergian sahabatnya itu sambil menggaruk kepala. Dalam banyak hal, Sander memang bisa diandalkan. Dalu pun sangat mengagumi kecerdasan dan keberanian seorang Sander. Meski begitu, sisi gelap Sander nyaris tidak tersentuh selain oleh wanita.
Sialnya semua wanita itu hanya menjadi pelampiasan kemarahan Sander. Mereka bahkan tidak tahu menahu bahwa Sander menyimpan luka dalam.
Seperti ketika malam itu Sander melajukan mobil mewahnya menuju apartemen Retha. Bisa dia pastikan bahwa Retha akan bermain dengan buas bersamanya malam ini. Meraih kepuasan bersama wanita, tapi sejatinya Sander menyetuh mereka penuh rasa jijik.
Ingatan akan kesakitan yang pernah dia dapat dari seorang wanita telah membawa Sander pada kenyataan bahwa dia tidak lagi percaya cinta. Satu-satunya yang bisa Sander percaya saat ini hanyalah uang dan jabatan. Dua hal yang membuat Sander bisa mendapatkan apapun yang dia mau.
Sander membawa laju mobilnya lebih kencang. Jalanan Jakarta tampak lenggang. Beberapa lampu temaran dengan para tuna wisma di bawahnya membuat Jakarta terlihat sebagai kota yang penuh kesedihan.
Penampakan kupu-kupu malam yang menjadi penghias sang gelap menuju pagi. Sander tersenyum sinis melihat mereka, wanita!