"Anda memanggil saya, Tuan?" tanya Lia yang mencodongkan kepalanya ke dalam ruangan Sander.
"Masuklah, Lia!" peritah Sander dingin.
Wajah pria itu telah membeku. Begitu pula hati dan perasaannya menjadi kacau karena Dalu menyebutkan nama Arinda. Sial! Sahabatnya itu harusnya tahu, ketika nama itu disebut perasaan Sander akan memburuk.
Pagi hari yang telah dia awali dengan sapaan manis bersama Wuri, habis tak bersisa. Kini yang tertinggal hanya rasa benci dan juga dendam membara.
'Wanita! Wanita! Wanita! Kenapa kalian harus ada di muka bumi ini!' Sander begitu marah pada masa lalunya.
Waktunya melampiaskan dengan cara yang sama.
Lia masuk ke ruangan Sander dengan langkah gemulai seperti biasa. Bagi Lia dan Sander, hubungan mereka adalah sesuatu yang saling menguntungkan satu sama lain. Mereka tidak perlu komitmen dan kesetiaan tapi, mereka bisa mendapatkan banyak keuntungan dari hubungan itu.
Kapan pun Sander perlu bersama dan menenangkan harinya, Lia akan selalu tersedia untuk Sander. Sander tampan, kaya dan memiliki kekuasaan di Media Terikini. Tidak akan ada yang bisa menolak Sander.
Baru beberapa langkah Lia masuk ke ruangan Sander, sebuah perintah lain muncul.
"Kunci pintunya!" perintah Sander tanpa menoleh ke arah Lia.
Mata Sander berkabut dan berkilatan. Hatinya panas dan mendendam.
'Arinda meninggalkanku demi pria konyol yang dianggapnya lebih bisa membuatnya bahagia. Maka, ini adalah pembuktian bahwa semua wanita sama sekali tidak berharga!'
"Sebelum kita memulai 'kegiatan' pagi ini, jawab pertanyaanku. Apa yang membuatmu selalu tunduk padaku?" tanya Sander dengan nada penuh kemarahan. Lia adalah sasaran yang menyenangkan untuk menjadi pelampiasan setiap rasa marah yang Sander rasakan.
"Kau selalu menanyakan hal yang sama. Bisakah kita mulai 'pagi' kita dengan segera?"
"Jawab saja!"
"Kau tampan, kaya dan berkuasa. Satu hal lagi, kau tidak pernah bisa membuatku menolak. Kau dengan pesona yang lengkap magnet utama bagiku."
Jawaban yang sangat membuat Sander merasa puas. Seperti sebuah pengakuan betapa sempurnanya seorang Sander Arinda yang terlalu bodoh dan meninggalkan dirinya. Bagitu batin Sander.
"Ah … Lia, kau selalu bisa membuatku senang. Katakan padaku, apa yang membuat seorang wanita tidak setia?"
Lia mengerutkan dahi dan melihat Sander lebih intens. Diskusi mereka kali ini tampaknya akan lebih serius dari hari-hari sebelumnya.
"Banyak hal. Salah satunya adalah faktor perasaan. Wanita adalah makhluk yang lebih banyak menggunakan hati daripada pikiran mereka, bukan?
"Apakah itu artinya kalian tidak cukup realistis untuk melihat apa yang ada di hadapan kalian?"
"Tentu saja tidak. Namun realita itu hanya akan menjadi pendukung perasaan. Tidak berperan banyak untuk membuat seorang wanita bertahan."
"Sungguh? Bahkan jika kau mendapatkan seorang pria dengan kualitas di bawah pria yang sekarang kau miliki?"
Lia terdiam. Sepertinya Sander sedang menguji kecerdasan Lia. Walau Sander tahu Lia bukan pekerja yang cukup pitar, tapi dari sisi wanita, Lia selalu bisa memberikan Sander view baru.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah seseorang mengkhianatimu?"
"Kenapa kau balik bertanya?"
"Karena aku merasa kau memiliki kualitas yag sangat baik sebagai pria. Tapi, di balik semua itu kau memiliki sisi gelap yang tidak bisa diterima oleh semua wanita."
Sander memikirkan kata-kata Lia dan coba mengkorelasikan dengan keadaannya sekarang.
Memiliki hubungan dengan seorang Sander adalah sebuah kebanggan bagi Lia. Bagaimana tidak, Sander adalah pemilik kekuasaan tertinggi di Media Terkini. Lia tahu, banyak gadis yang datang dan pergi dalam hidup Sander. Tapi, selama beberapa tahun terakhir Lia yang selalu ada dan bertahan untuk Sander. Bukankah itu artinya Lia memuaskan untuk Bosnya tersebut?
'Kegiatan' pagi yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Membuat Sander sedikit bisa meringankn beban hatinya. Semakin hari, dia semakin merasa bahwa apa yang dirasakannya tentang Arinda adalah kebenaran.
Bukan Sander yang salah dalam hancurnya hubungan mereka. Tapi, Arinda yang terlalu bodoh tidak menyadari betapa berharga dirinya. Begitu yang Sander yakini dan ingin buktikan.
Setelah keduanya membersihkan diri, Lia keluar dari ruangan Sander. Editor kehormatan Media Terkini itu pun bersiap untuk menghadiri meeting yang sudah disiapkan Calista dan Dalu. Ketika dia masuk ke ruangan besar, para jurnalis dan karyawan yang terlibat dalam penerbitan berita tentang Welasti sudah bersiap di dalam.
"Baiklah, ini adalah hari kedua misi kita tentang Welasti. Kita hari ini akan mengekspose tentang pihak yang memberikan solusi untuk warga Welasti yang sebenarnya adalah sebuah jebakan baru. Kepala desa dan orang-orang kepercayaannya."
Semua orang yang ada di meja meeting serius mencatat apa yang Sander katakan. Mereka semua tahu, Sander adalah orang yang terlalu sempurna dalam melakukan pekerjaan. Tidak ingin kesalahan sekecil apa pun terjadi.
"Kepala desa itu bernama Ganda. Tapi, aku tidak ingin kalian menyebutkan nama dalam artikel. Dia adalah orang yang memiliki akses terbesar untuk masuk dn keluar desa Welasti. Dengan iming-iming uang, dan kedok desa hiburan, dia telah menawarkan para gadis muda untuk menjadi teman malam para pria hidung belang."
Wajah-wajah yang duduk di meja meeting mulai merasa tidak nyaman. Sebuah praktek kotor yag dilakukan oleh orang yng seharusnya menjadi pelindung bagi sebuah desa dengan masyarakat di dalamnya.
"Pak, apa buktinya jika Ganda adalah orang di balik praktek kotor yang dilakukan?"
"Pertanyaan cerdas sekaligus bodoh!" Jawaban Sander membuat salah satu jurnalis yang bertanya menundukkan kepala dengan senyum dalam.
"Aku tentu tidak akan memerintahkan kalian menayangkan sebuah berita tanpa membawa fakta dan juga bukti. Semua rekaman kesaksian mereka yang terlibat dalam praktek ini. Tapi, ini hanya akan kita munculkan di hari ketiga. Aku akan bagikan kepada kalian rekaman itu di hari ketiga."
Pandangan Sander mengelilingi setiap orang yang ada di ruangan.
"Hari ini kita akan mengekspose berita tentang pihak yang terlibat. Aku ingin orang yang bertanggung jawab tentang keadaan Welasti merasa tidak nyaman. Ini akan mempermudahku masuk ke tahapan selanjutnya."
Ruang meeting itu hening. Mereka tahu, bahwa berita yang sedang mereka susun bukan hanya berita. Sander memiliki tujuan besar di balik berita itu. Walah mereka sendiri tidak mengerti untuk apa Sander melibatkan diri dalam urusan seperti itu.
Menyelamatkan sebuah desa dan gadis-gadis di dalamnya. Merek tidak pernah tahu bahwa perjuangan Wuri sebenarnya adalah alasan utama Sander ingin memberi pertolongan untuk gadis-gadis di desa Welasti
Gadis-gadis polos yang hanya tahu mereka bisa mendapatkan uang. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa risiko dari tindakan itu adalah keselamatan nyawa mereka sendiri. Ketidak tahuan yang dengan jahat telah dimanfaatkan oleh orang yang ingin mengeruk keuntungan dari mereka.
Keberanian Wuri adalah alasan Sander melibatkan dirinya terlalu dalam.