Chereads / Cinta Arrogant Sang Editor / Chapter 29 - 29. TAMU ISTIMEWA

Chapter 29 - 29. TAMU ISTIMEWA

"Tuan Sander adalah orang yang hangat. Dia punya banyak teman. Namun pribadi sebenarnya, Tuan adalah orang yang sangat pendiam. Terutama sejak lima tahun lalu."

Wuri menatap Yati heran. Lima tahun, lima tahun, itu yang sejak tadi diulang oleh pembantu Sander. Tampaknya lima tahun lalu ada sebuah peristiwa besar. Peristiwa yang mengubah kepribadian Sander. Pasti sangat mempengaruhi hidupnya.

'Ah! Ngapain juga aku mikirin dia. Setelah dia mengantarku ke rumah, kami tidak akan pernah bertemu lagi.'

Wuri dan Yati pun tiba di depan sebuah kamar. Terlihat ada dua pintu berjajar. Tampaknya Sander menyiapkan dua kamar tamu di rumahnya. Kamar itu memang ada di bagian belakang. Namun tepat di depan sebuah taman yang terhubung dengan kolam renang.

Yati membuka pintu kamar dan mempersilahkan Wuri untuk masuk.

"Silahkan Non."

Barang-barang Wuri rupanya sudah lebih dulu tiba di dalam kamar. Gadis itu masuk dan langsung terpesona. Kamarnya luas, indah dan bersih. Sebuah ranjang king size, meja rias, sebuah sofa dan televisi ada di dalamnya. Semua dominan warna putih dan coklat. Lebih mirip kamar hotel.

"Non Wuri, bisa beristirahat ya. Nanti kalau perlu apa-apa tekan saja tombol yang ada di sebelah tempat tidur."

Woah! Sungguh pelayanan yang diberikan pun seperti bintang lima. Wuri tersenyum pada Yati dan mengangguk.

"Bi, eh Bu di mana kamar mandinya? Rumah ini sangat luas, saya bisa tersesat nanti."

"Kamar mandinya ada di dalam kamar Non Wuri. Itu Non, di pintu yang itu." Yati menunjuk sebuah pintu kaca.

Yati yang baru saja akan meninggalkan kamar, kembali masuk ke dalam. Dia menggeser pintu kamar mandi. Memperlihatkan Wuri cara membuka dan menutupnya.

"Oh … maaf ya Bu. Jadi merepotkan."

"Ah, tidak apa Non. Saya senang akhirnya Tuan Sander memiliki teman wanita. Sudah terlalu lama beliau itu sendiri dan kesepian. Saya sedih kalau lihat Tuan."

"Eh, Bu Yati Salah! Saya tidak punya hubungan apa pun dengan Sander. Saya hanya numpang istirahat. Besok Sander akan mengantar saya pulang. Kami tidak akan bertemu lagi."

Mendengar kata-kata Wuri, Yati justru tersenyum. Tampaknya Yati yakin, sesuatu yang istimewa akan terjadi antara Sander dan Wuri. Namun demi membuat Wuri merasa nyaman, Yati hanya mengangguk. Wanita setengah baya itu pun meninggalkan Wuri.

Gadis itu masuk ke kamarnya. Bergegas dia mengunci pintu. Lalu dia mencoba membukanya. Wuri memastikan bahwa pintu terkunci sempurna. Bagaimana pun dia di rumah Sander sekarang.

Bagi Wuri pria itu berbahaya. Sebetulnya bukan hanya Sander, tapi semua pria. Di mata Wuri, semua pria berbahaya. Terutama Sander sekarang. Wuri ingat ketika Sander menciumya di lift rumah sakit. Itu memperlihatkan bahwa Sander bisa saja berbuat tidak baik padanya.

Wuri merasa sangat lelah. Dia ingin segera mandi dan tidur. Dia membuka pintu kamar mandi seperti yang dicontohkan Yati. Lalu perlahan masuk ke dalamnya. Kamar mandi terindah yang pernah Wuri lihat.

Rasanya kamar mandi ini bahkan lebih bagus dari rumah Wuri. Sander benar-benar kaya. Pantas saja dia begitu sombong dan merasa berkuasa. Wuri kembali ke arah pintu kamar. Sekali lagi dia memastikan pintu terkunci. Baik kunci dengan anak kunci juga kunci dengan slot perak di bagian atas.

Wuri begitu kahwatir. Bisa saja Sander memiliki kunci cadangan dan diam-diam masuk ke dalam kamarnya. Setelah yakin semua aman, dia pun masuk ke kamar mandi. Wuri melihat sebuah bak mandi di ujung ruangan. Namun dia tidak yakin bisa menggunakan itu.

Akhirnya Wuri pun memilih untuk mandi dengan berdiri di bawah semburan air shower. Terasa sangat dingin. Terlebih lagi Wuri sedang dalam keadaan lapar. Air kamar mandi berhasil membuatnya menggigil.

Segera Wuri mengeringkan tubuh dan bergegas kembali ke kamar. Dengan cepat dia mengenakan pakaian. Lalu gadis itu membuka pintu kamar dan beranjak keluar. Ruangan kamar ber-Acmembuatnya semakin kedinginan.

Dia berharap sinar matahari bisa membuatnya lebih hangat. Dari depan pintu kamar, dia melihat Yati sedang sibuk di dapur. Wuri pun berjalan menghampiri.

"Bu Yati, boleh saya minta segelas teh panas?" tanya Wuri.

"Eh, Non Wuri. Kan tadi Bibi sudah bilang, tekan saja tombolnya. Nanti Bibi datang."

"Ah, nggak apalah Bu. Saya ini nggak seperti Sander yang apa pun minta dilayani. Santai sajalah, saya bukan tamu special kok."

Yati mengerutkan kening. Tampaknya banyak kesalah pahaman antara Sander dan Wuri. Namun Yati memilih diam.

"Kok Non Wuri bisa kedinginan?"

"Airnya dingin banget, Bu."

Yati membelalakkan mata, "Memangnya tidak pakai air hangat?"

"Hangatin air dulu ke dapur gitu?"

Pertanyaan Wuri berhasil membuat Yati menelan ludah. Entah dari mana gadis yang dibawa Sander ini. Meski pun tampak pintar namun dalam banyak hal tidak bisa dimengerti.

"Non, di dalam kamar mandi itu ada tombol air hangat. Non tinggal aktifkan saja."

"Ohh … begitu ya. He … he … he. Ya sudahlah, boleh minta teh panas?"

Yati pun sontak terkejut. Dia terlalu sibuk menilai Wuri. Juga memikirkan hubungan Wuri dan Sander. Sampai dia lupa bahwa gadis di hadapannya ini membutuhkan teh panas segera.

Bergegas yati menuangkan segelas air panas ke dalam sebuah cangkir berwarna putih. Lalu menyodorkan ke hadapan Wuri. Bersamaan dengan sebuah kotak kaca berisi aneka macam teh. Dia juga memberikan Wuri sebuah keranjang berisi beberapa tabung kaca kecil. Maisng-masing berisi aneka jenis gula.

'Hah?! Untuk segelas the pun harus selengkap ini? Sungguh pelayanan hotel bintang lima.' Pikir Wuri.

"Bu, memang Sander tidak punya keluarga lain?"

"Punya Non. Tuan Sander itu punya seorang ibu. Tapi, ibunya memilih untuk tinggal di tempat lain. Kadang Nyonya datang dan tinggal beberapa hari."

"Apa nggak kesepian tuh Sander. Tinggal di rumah sebesar ini sendirian?"

"Rumah ini dibelinya enam tahun lalu. Saat itu Tuan sedang mempersiapkan sebuah pernikahan. Namun, akhirnya Tuan malah tinggal sendiri di rumah ini."

"Pernikahan? Artinya Sander batal menikah?" Wuri bertanya dengan antusias sekaligus heran.

"Eh, sudah ah Non. Nggak boleh menceritakan hidup majikan. Pamali Non. Saya ini salah satu kepercayaan Tuan Sander. Saya bahkan telah membantu di rumah ibu Tuan Sander dari dia SMP."

"Iya juga ya Bu. Ya sudahlah, nggak penting juga saya tahu tentang kehidupan Sander."

"Non Wuri nggak tertarik sama Tuan Sander memangnya?"

"Hah?! Tertarik pada pria sombong dan angkuh seperti itu? Nggaklah Bu. Yang ramah dan baik saja belum tentu saya suka. Apalagi yang sombong sepert Sander. Dia itu menyebalkan."

Bu Yati terkikik. Karena dia melihat Sander sedang berdiri di belakang Wuri sambil melipat kedua tangan di dada.