Chereads / Cinta Arrogant Sang Editor / Chapter 27 - 27. PEMUJA DAN PEMBENCI WANITA

Chapter 27 - 27. PEMUJA DAN PEMBENCI WANITA

"Gadis-gadis desa ini tidak mengenal informasi apa pun. Kami semua tunduk pada perintah Ganda. Jika kami terlalu banyak protes, maka dia akan mempersulit kami juga. Uang menjadi hal yang sangat penting bagi kami, Wuri."

Wuri mencoba mengerti semua yang ibu Mira katakan. Memang benar, uang menjadi alasan seseorang untuk menjadi tidak logis. Bahkan tidak peduli pada dirinya sendiri.

Ingatan tentang pertama kali dia datang ke desa ini pun menghilang ketika Sander yang duduk mengemudia di sebelahnya mulai berbicara.

"Jangan terlalu khawatir, penduduk desa ini akan baik-baik saja meski desa wisata mereka dihapuskan. Selain uang, tidak ada hal baik yang bisa di dapat dari bisnis seperti ini."

Wuri melihat ke arah jendela, pada barisan padi yang mulai menguning. Beberapa wanita setengah baya tampak sedang sibuk membersihkan rumput yang mulai tinggi. Dia percaya, dengan selesainya praktek 'wisata' di desa ini pasti akan membawa penduduk desa untuk lebih berusaha mencari penghidupan dengan jalan lain.

Terlebih jika apa yang Sander katakan tentanng membuka akses jalan itu, benar adanya. Melihat wajah datar Wuri yang sama sekali tidak memberi reaksi, muncul gemas di hati Sander.

"Baru kali ini ada seorang wanita yang memperlakukan aku seperti seorang sopir." Sander berkata ketus.

Wajah Wuri memerah mendengar perkataan Sander. Namun dia berusaha untuk tetap telihat tenang.

"Apa menurutmu, akses jalan dari desa ini untuk terhubung ke kota bisa segera di wujudkan. Bukankah dengan prosedur pemerintah semua tidak akan mudah?"

Sander memamerkan senyum sinisnya.

"Memang, tapi kau belum tahu kekuatanku, Nona. Aku akan membuat semua yang tidak mungkin menjadi mungkin," ucap Sander penuh kesombongan.

"Wuri mengamati pria yang duduk di sampingnya dengan seksama. Memang tampan, terlihat cerdas, berani namun selalu tampil arogan."

Senyum muncul di wajah Sander, menyadari bahwa Wuri sedang memperhatikannya.

"Kau mulai jatuh cinta padaku?"

Wuri pun melengos kesah sambil mendengus.

"Bolehkah kita menjadi teman?" tanya Sander tulus kepada Wuri.

Nada rendah dalam suara Sander justru menyentuh hati Wuri. Sejak pertama kali melihat Sander, Wuri memang sudah mengobarkan api permusuhan tanpa alasan. Namun sekarang pria ini bersedia membantu mewujudkan harapan Wuri tentang desa Welasti.

Tidak ada lagi alasan Wuri untuk membencinya. Sekilas senyum muncul di wajah Wuri. Dia tidak lagi memalingkan wajah ke samping, melainkan melihat ke arah depan.

"Kita memang bukan musuh," jawab Wuri tenang.

Sander pun tergelak. Dia menyadari bahwa Wuri sedang mencoba mengimbangi arogansinya.

"Apa keluargamu tidak keberatan kau tinggal di desa itu?"

"Aku … aku tidak punya keluarga."

"Maksdumu?"

"Aku besar di panti asuhan. Tidak ada orang yang akan melarang atau menyuruhku melakukan apa pun di sana."

"Kenapa kau bisa ada di sana?" tanya Sander lirih nyaris tidak terdengar.

Wuri mendengus, air mulai menggenang di matanya. Namun dia tidak ingin lagi menangisi takdirnya. Bagi Wuri, hal yang paling nyata adalah jalannya hari ini.

"Sudahlah, aku tidak akan memaksamu bercerita. Kita bicara tentang desa Welasti. Aku harap malam ini berita tentang desa itu bisa naik sebagai Headline utama di semua lini Media Terkini."

"Apakah mereka akan menangkap para gadis juga?"

"Hmm … mungkin mereka akan meminta beberapa keterangan tapi tidak akan menahan mereka."

Wuri terlihat bernafas lega. Gadis-gadis itu bagi Wuri tidak bersalah. Mereka hanya terperangkap dalam tipu daya uang.

"Apakah kau, sangat berkuasa?" tanya Wuri lagi.

"Mungkin kau heran dengan apa yang aku katakan. Seolah semua ada di tanganku. Media Terkini memang bukan milikku. Aku di sana sebagai editor kehormatan yang mewakili pemilik perusahaan. Aku pengambil keputusan tertinggi di perusahaan itu."

"Lalu siapa pemilik perusahaan itu?" Wuri mengejar Sander dengan pertanyaan. Tampaknya hubungan mereka mulai membaik.

"Kami bahkan tidak pernah bertemu. Kau dengar dia adalah salah seorang terkaya di Indonesia namun sekarang bermukim di luar negeri."

"Aneh! Seseorang mendirikan perusahaan dan meninggalkannya begitu saja di tangan orang yang tidak dikenal?"

Penjelasan sander tak ayal membuat kening Wuri mengernyit. Selama ini Wuri selalu dikelilingi kesederhanaan. Memikirkan sesuatu yang besar dengan rangkaian cerita tidak masuk akal, sangat sulit diterima oleh logikanya.

"Aku mungkin tidak kenal dia, tapi dia pasti mengenalku. Reputasiku di bidang Media sangat diakui."

"Lalu bagaimana dia tahu kau orang yang jujur? Perusahaan kan tentang bisnis dan uang."

"Ha … ha … ha …! Kau memang lugu, Wuri. Seorang dengan uang milyaran dolar seperti dia, pasti menyelidiki aku dan reputasiku sebelum memberikan kewenangan dan kepercayaan. Apa menurutmu orang dengan uang sebanyak itu adalah orang biasa yang bodoh?

"Tapi, kau bilang tidak pernah bertemu dengannya." Wuri masih belum mengerti ke mana arah pembicaraan Sander.

"Memang, namun dengan uang dan kekuasaan orang bisa mendapatkan apa pun bahkan tanpa turun dari ranjang di kamarnya. Dia pasti punya banyak mata-mata dan kamera yang menyelidikiku. Sampai dia berani memberikan sebuah perusahaan besar seperi Media Terkini kepadaku."

Meski belum mengerti, namun Wuri tidak bertanya lagi. Dia tidak ingin terlihat bodoh di depan Sander. Yang ada di benak Wuri adalah seorang milyader dengan pengawal-pengawal banyak seperti dalam film detektif yang pernah ditontonya.

"Aku mungkin bukan orang yang suci. Tapi aku tidak pernah melakukan praktek kotor. Semua berita yang aku buat selalu berdasarkan fakta. Aku hanya menerima pesanan berita untuk menaikkan pamor seorang artis tanpa merugikan orang lain. Karena mereka menggunakan itu untuk medapatkan penghidupan. Namun untuk berita lain, aku tidak pernah melakukan kebohongan."

"Hmm … tampaknya kau orang yang cukup baik dan bisa dipercaya."

Sander terbahak dengan penyataan sekaligus pujian dari Wuri. Dia teringat bagaimana gadis itu selalu bersikap sinis dan memusuhinya.

"Keculi urusan wanita. Kau harus berhati-hati saat di dekatku. Wanita adalah sosok yang selalu aku puja dan benci sekaligus."

Wajah Wuri yang mulai santai seketika kembali tegang.

"Benci? Kenapa?"

"Semua orang punya cerita kehidupan. Tidak hanya kau, aku pun sama. Sudahlah kita lupakan saja pembahasan tentang hal ini."

Wajah Sander mendadak panas. Setelah lima tahun dan dia berusaha melupakan Arinda dengan berbagai cara, namun bayangan wanita itu seolah menjadi kegelapan abadi di hati Sander.

Arinda! Nama yang akan jadi luka seumur hidup Sander. Nama yang akan Sander ingat sebagai awal sebuah perubahan dan kehancuran dalam dirinya.

Deru kebencian kembali muncul di hati Sander. Namun dia tidak bisa berbuat apa pun. Heningnya Sander membawa rasa takut di hati Wuri.

Jika Sander membenci wanita, lalu kenapa Sander ada di dalam misi ini bersamanya? Apakah Sander punya tujuan lain yang tidak Wuri ketahui?