Chereads / PERNIKAHAN KELAM / Chapter 17 - 17. BERSIAP MENGIKUTI VINO

Chapter 17 - 17. BERSIAP MENGIKUTI VINO

BAB 17

Aku langsung saja menutup ponselku dengan cepat. Ya Allah hati ini benar benar merasa sangat sakit sekali. Aku duduk di sisi kasur sambil kedua tanganku meremas keras seprei. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhku. Bagaimana mungkin telfon milik mas vino di angkat oleh seorang perempuan. Aku tidak bisa membiarkan ini dengan diam saja. Pokoknya aku akan menanyakan ini pada mas vino.

Beberapa jam sampai jam sembilan malam mas vino baru saja pulang. Bahkan aku sudah tidak berselera untuk memakan eskrim lagi. Mas vino diam dengan menatap eskrim yang dia beli sementara aku mencoba untuk diam. Aku ingin tahu dia mengerti atau tidak kesalahannya.

"Maafin aku Mecca. Aku benar benar lupa," seru Mas vino dengan menyentuh tanganku lembut.

Aku membuang wajah.

"Nggak mungkin mas kamu lupa. Cuma beliin aku eskrim aja kamu lupa," ucapku dengan kesal.

"Ya Maaf Mecca. Aku benar benar minta maaf," suara mas vino benar benar memelas di depanku.

"Coba kamu jelasin mas, siapa yang mengangkat telfon kamu itu Hem?" tanyaku yang kini melihat jelas kedua mata mas vino. Aku ingin mencari cari kejujuran di dalamnya.

"Ya tadi itu aku ke jalan pake motor buat beli eskrim. Terus tiba tiba ada kecelakaan dan ternyata itu adalah karyawan aku Mecca. Aku langsung aja tolongin dia. Kasihan banget dia Mecca. Yang angkat telfon aku itu ya karyawan perempuan aku. Udah gitu aja. Mecca. Aku serius nggak bohong," jelas mas vino dengan wajah berusaha memelas.

Sungguh perasaan aku masih setengah setengah. Aku masih heran dengan apa yang di jelaskan mas vino. Tapi di sisi lain aku juga bisa melihat sedikit kejujuran mas vino.

"Tapi kenapa mas kamu pulangnya sampe jam sembilan kaya gini?" tanyaku dengan wajah cemberut di depan mas vino.

Kini mas vino dengan tangannya menyentuh pipiku dengan lembut. Jempolnya mengelus elus pipi dengan pelan.

"Sayang, tadi itu aku ke rumah sakit. Aku tolongin karyawan itu sampai selesai. sampai benar benar keluarga dia dateng ke rumah sakit," jelas Mas vino dengan wajah serius. Dia pandai sekali meyakinkan aku. Pantas saja gelarnya di kantor sangat di perlukan untuk menggaet para klien yang ingin bekerjasama di kantornya.

"Ya sudah kalau kamu sudah menjelaskan seperti itu. Ya aku mau bagaimana lagi," ucapku seadanya. Jujur saja aku sudah kebal dengan alasan mas vino ini. Mungkin suatu saat aku harus menyelidiki kegiatan mas vino.

"Kamu jangan gitu dong sayang. Kamu harus percaya sama aku. Kita ini udah berumah tangga sudah lama loh, masa mau curiga curigaan kaya gini sih. Kamu juga udah hamil sekarang. Nggak mungkin aku macam macam sama kamu lah Mecca," wajah mas vino tersenyum manis lalu memelukku yang mematung.

"Ya sudah aku percaya sama kamu mas," ucapku di sela sela pelukan hangat ini.

Malam ini aku dan mas vino mesra sekali hingga kami bercinta di malam yang dingin dengan hujan yang mengguyur kota Jakarta.

***

"Sayang katanya kamu mau ngajak aku ke Bandung?" tanya Lidiya dengan manja di telfon siang itu

Hari Minggu ini vino di rumah saja menikmati suasana keluarga . Namun Mecca malah di cuekin. Vino telfonan di taman rumah yang ada di depan.

"Mas, ini cemilannya udah jadi. Ini enak banget loh mas," ucap Mecca sambil menaruh cemilan pisang goreng di meja.

"Oke oke, bentar bentar aku ada telfon nih. Nanti aku makan ya," kata vino dengan buru buru.

Mecca berwajah pasrah. Ia kembali melihat layar tv yang menampilkan yoga hamil.

Sementara vino terus berjalan menghindar jaraknya dengan sang istri. Karena ia tidak ingin obrolannya dengan Lidiya terdengar.

"Halo Lidiya tadi kamu ngomong apa? Ke Bandung?" tanya vino memperjelas.

"Ih, iya dong mas. Kamu kan mau ngajak aku ke Bandung katanya. Mumpung ini hari Minggu loh! Mas. Yuk nanti malam pasti suasana enak banget. Kita nginap di hotel ya mas!" seru Lidiya sangat tidak sabar sekali. Ia benar benar sangat ingin pergi ke Bandung bersama sang kekasih tampannya.

Vino menggaruk keningnya. Ada rasa ragu di dalam benaknya. Ia ingin sekali pergi bersama Lidiya menikmati malamnya Bandung. Tapi apa mungkin sang istri akan percaya dengan kebohongannya yang beberapa kali ini sering terucap .

"Yah, yaudah kalau kamu nggak mau," kata Lidiya dengan manja. Ia terdiam seketika di telfon itu.

"Ya Tuhan! Jangan ngambek gitu dong sayang. Oke oke. Aku mau ke Bandung sama kamu. Siang ini juga. Udah ya kamu jangan ngambek dong," seru vino dengan yakin. Ia tidak peduli dengan sang istri. Urusan itu gampang di atur. Yang paling penting ia bisa menghabiskan waktu malam bersama kekasihnya di Bandung. Pasti sangat menyenangkan sekali.

Setelah vino berjanji kepada Lidiya. Ia langsung mengecup telfon itu dan menutupnya dengan cepat. Ia harus memutar otak untuk kesekian kalinya berbohong kepada wanita yang kini telah hamil.

"Kenapa mas? Urusan kantor?" tanya Mecca dengan serius melihat suaminya yang menampilkan wajah sedikit panik.

Vino mengrpalkan tangannya lalu di giginya.

"Dduh gimana ya. Ini proyek besar. Kalau aku sampai gagal. Nanti sayang banget. Karena uangnya juga banyak. Aku ingin mempersiapkan persalinan kamu dengan sangat baik Mecca," ucap vino dengan wajah serius dan seolah memohon kepada Mecca untuk pergi.

Mecca gadis baik hati ini menghembuskan nafasnya. Ia benar benar telah bersabar sebaik mungkin. Ia tidak mau stress hanya gara gara suaminya. Ia ingin bayinya bisa sehat.

"Ya udah nggak papa kok mas. Kalau masalah pekerjaan. Kamu fokus aja. Nanti uangnya kan juga buat aku dan bayi ini," ucap Mecca dengan memegang perutnya.

Vino mengelus kepala Mecca. Ia benar benar telah berhasil membuat sang istri luluh.

"Ya sayang, makasih banyak ya. Kamu benar benar istri yang sangat baik. Aku sayang banget sama kamu Mecca," ucap vino lalu mencium kening istrinya dengan lembut. Kecupan itu sedikit membuat Mecca merasa tenang. Setidaknya sang suami masih mencintai dirinya. Meski ia tidak benar benar percaya seratus persen .

"kalau gitu , aku pergi dulu ya sayang. Nanti malem pasti aku pulang. I love sayang," kata vino lalu Mecca segera mencium punggung tangan suaminya.

Vino menyiapkan diri. Berpura pura mengambil berkas berkas dan memakai jas yang rapi dan wewangian. Kini Mecca mengantar vino sampai di depan mobil. Lambaian tangan vino kini terlihat dan vino pergi dengan mobilnya.

"Aku harus mengikuti mas vino kali ini. Aku geram sekali dengan kata katanya