Chereads / PERNIKAHAN KELAM / Chapter 22 - 22. DI PECAT DARI KANTOR

Chapter 22 - 22. DI PECAT DARI KANTOR

Aku hanya bisa berjalan dengan rasa sakit di hati. Mas Vino sudah sangat membuat aku benar benar remuk. Cinta yang tertanam sejak awal pernikahan bahkan sebelum itu kini telah hilang seolah rubuh dalam satu sentakan. Hanya gara gara gadis centil bernama Lydia itu. Gadis cantik dengan badan sexy dan pasti semua mata lelaki menyukai itu. Sementara aku yang bersabar membalut auratku untuk tidak terlihat kini malah di sakiti oleh laki laki seperti mas vino. Ya Tuhan padahal aku sedang hamil sepeti ini tapi dia tidak mempunyai rasa sayang sedikit saja padaku. Mas vino kenapa kau melakukan itu padaku?" tanyaku dalam hati dengan tangis yang kini telah hancur lebur.

Aku akan menemui mama sekarang juga. Dia pasti akan sangat kaget jika mendengar bahwa mas vino selingkuh dari aku. Aku berjalan memasuki rumah yang sudah aku tempati selama bersama mas vino. Sulit rasanya untuk tahu bahwa takdir kali ini sangat membuat aku sakit hati.

"Ma?" panggilku dengan langsung memegang lengan mama. Dia sedang memasak tempe goreng.

Aku manangis sejadinya. Sangat sulit aku berhenti untuk tidak menangis. Mama sangat terkejut mendengar tangisanku yang begitu keras. Aku benci semuanya aku benci dengan mas vino.

"Ada apa Mecca? Kenapa kau menangis seperti ini?" tanya mama dengan wajah ingin tahu.

"Mas vino ma, mas vino selingkuh dari aku," kataku dengan mewek aku tersungkur dengan lemah.

Mama mengikuti aku yang duduk di lantai. Tangannya mengelus kepalaku.

"Ya Tuhan, kenapa bisa sampai selingkuh? Mungkin vino hanya hilang. Kamu harus tenang Mecca," kata mama dengan suara lembutnya.

Aku menggeleng geleng kan kepala.

"engga, ma. Mas vino beneran selingkuh! Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan dia memilih perempuan itu di banding aku ma!" tuturku dengan sangat mengiris hati. Aku masih ingat jelas kalimat mas vino saat di ruangan kerja kantornya.

"apa? Yang benar saja kamu ini Mecca. Vino tidak mungkin seperti itu!" kata mama dengan keras. Dia melihat wajahku dengan tajam.

"Terserah mama mau percaya atau nggak, yang jelas aku sudah muak dengan mas vino. Aku ingin cerai degan mas vino ma," kataku dengan menangis sejadinya. Sungguh luka ini benar benar terasa sangat sakit.

"Ya Allah, tenang kamu Mecca. Mama akan bicara sama.vino," kata mama sambil memegang kedua lenganku untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Kamu sabar ya, tenang dulu. Ini minum.air putih dulu," mama menyodorkan minuman di mulutku aku langsung menyeruput nya dengan pelan.

Kini aku sudah berusaha untuk tidak menangis lagi.

"Aku lihat sendiri mas. Di kantor di ruangan itu mas Vino selingkuh dari aku. Dia bener bener jahat banget ma sama aku," ucapku dnegan serius kepada mama.

"Sudah sudah sebaiknya kamu istirahat dulu. Kamu kan lagi hamil. Udah jangan emosi tenangkan pikiran kamu.kamu ke kamar ya, mama akan memasak dan mama akan bangunin kamu kalau sudah selesai masak," tegas mama dengan mengelus elus pundakku

Aku mengikuti perintahnya dan kini segera masuk ke dalam kamarku. Aku berusaha untuk tiduran di kasur. Mencoba untuk membuat diriku nyaman. Aku membuka jendela dengan lebar. Agar angin semilir bisa masuk dan aku bisa tertidur dengan pulas.

***

"Ada apa nyonya?" tanya pembantu di rumah itu yang bernama inem.

"sudah kamu masak saja. Kamu juga pasti sudah tahu wong tadi kamu nguling," kata mama dengan kesal.

"kalau menurut inem nyonya. Mas vino beneran selingkuh. Soalnya kalau pulang dan jasnya langsung di taruh di dapur terus langsung nyuruh inem untuk nyuci. Pas inem cium jasnya itu wangi banget. Wangi cewe nyonya," kata inem dengan wajah semangat sekali menceritakannya.

Mama menengok ke inem dengan wajah kegat.

"Hah? Serius nem? Kamu kenapa baru bilang sekarang?" tanya mama dengan kesal.

"Ya soalnya kan inem takut di katain ikut campur," kata inem dengan wajah tidak peduli.

"Ya ampun kenapa anak mama vino sepeti itu sih! Benar benar gila dia itu. Sudah untung mendapatkan istri sepeti Mecca yang Solehah. Dia malah selingkuh. Rasanya pengin marah banget sama vino!" kata mama dengan menggerus cabai lebih keras dari biasanya.

"Sabar nyonya. Mungkin kalau bicara baik baik mas vino bakalan memilih mbak Mecca. Karena mbak Mecca menurutku itu sangat baik sekali dan solehah.," kata inem dengan yakin seratus persen.

"Ya semoga aja lah, duh pusing kalau kaya gini saya. Kamu aja deh nih yang ngulek sambelnya," kata mama dengan menyerahkan ulekan ke inem. Inem memperote dengan wajahnya yang kesal.

"cepat kerjakan! Saya mau nelpon vino!" seru mama dengan cepat. Ia langsung berjalan dengan langkah cepat menuju ke kamarnya. Mencari ponsel miliknya yang berada di kasur tertutup oleh sprei.

"Heh dasar kemana aja sih kamu di cariin!" mama mengumpat dengan kesal.

Jari mama langsung saja menyentuh dengan cepat ponsel yang berlayar cukup besar. Mama langsung menempelkan ponselnya di telinga nya.

"Halo? Vino?" panggil mama dengan suara yang marah.

"Iya ma, kenapa ma?" tanya vino dengan santai. Meski perasaanya sudah tahu dirinya akan di marahi oleh sang mama.

"Kamu ke rumah sekarang cepat!" kata mama tanpa mengatakan apapun setelah itu. Mama langsung menutup panggilan itu dengan cepat.

"Heh! Bener bener deh tuh anak! Bikin pusing aja!" kata mama dengan keras. Ia membanting ponselnya di atas kasur.

Sementara itu di vino masih berada di kantornya. Ia sedang makan bersama Lidiya di salah satu restoran yang ada di paling atas kantor itu.

Ia benar benar bingung akan pulang ke rumah atau ke rumah Lidiya saja. Wajah Lidiya memperhatikan vino dengan gusar.

"Kenaoa sih mas?" tanya Lidiya dengan kesal. Karena sejak tadi wajah vino benar benar hanya datar dan diam saja.

"Aku Cuma bingung aja mau pulang kemana," jawab vino dengan santai.

"Ya udah pulang ke apartemen aku aja mas, ngapain pulang ke rumah. Pasti nanti kamu bakalan ketemu nenek.sihir sepeti Mecca itu," kaya Lidiya dengan mengingat wajah Mecca yang telah mengacak acak rambutnya.

Wajah vino masih berpikir. Tiba tiba saja ponselnya berbunyi. Vino langsung menganga saat melihat layar ponselnya. Bosnya menelepon dirinya.

"Ya ada apa bos?" tanya vino.

"Kamu ke ruangan saya sekarang juga. Ada yang penting saya ingin bicarakan,"kata suara berat itu dengan tegas

"Iya bos baik," ucap vino lalu menutup ponselnya.

"sial!" umpat vino dengan menggebrak mejanya. Ia benar benar marah sekali sekarang. Bosnya sudah pasti akan marah kepada dirinya.

"Bos mas?" tanya Lidiya melihat ponselnya yang ternyata juga berbunyi.

Dia segera mengangkat telfon itu.

"lidiya kamu ke ruangan saya sekarang," kata bos Erik.

"Baik bos,"wajah Lidiya berubah menjadi kepiting rebus. Ia benar benar marah sekarang. Tapi tidak tahu harus bagaimana..