"Apa? Enak banget kamu ngomong kaya gitu sama dia mas? Kamu mau nikahin dia mas?" Tanyaku dengan geram melihat mas vino yang kini kebingungan. Sementara mata Lidiya masih menatap mas vino dengan wajah penuh harapan. Tangannya pun masih memeluk lengan mas vino.
"Iya, aku bakalan nikahin dia Mecca," jawab mas vino seakan seluruh tembok yang ada di ruangan ini runtuh menimpaku.
"Kamu gila ya, mas. Aku lagi hamil kaya gini mas!" Seruku dengan keras.
Aku benar benar sudah marah sekali dnegan mas vino. Kakiku mendekat ke arah mereka berdua. Kedua tanganku menjambak rambut perempuan tak punya malu itu dengan sangat keras.
"Au aduh ah!" teriak Lidiya dengan memegang kedua lenganku.
Mas vino menarik lenganku dengan keras supaya aku tidak menjambak rambut itu.
"Kamu bela dia mas? Kamu gila ya mas?" teriak aku dengan keras. Aku terus menarik rambut Lidiya dengan keras. Dasar perempuan bodoh tak tahu diri.
Orang orang masih dengan serius melihat adegan kami bertiga. Entah kenapa tak ada yang berani mendekat kepadaku. Mereka melihat tontonan ini begitu senangnya.
"Mecca cukup! Hentikan!" tegas mas vino dengan sangat keras.
Aku tidak perduli. Aku masih terus menjambak Lidiya dengan kerasnya. Sampai kepalanya miring dan tangan dia terus memegang lenganku dengan kasar. Aku bisa merasakan kukunya yang begitu tajam. Sial.
"Kamu pilih dia apa aku mas! Jawab!" ucapku dengan tegas.
"Hentikan!" mas vino dengan tangan kuatnya melerai kami berdua.
Aku terpaksa mundur karena mas vino membuatku mundur. Dia mendorong aku dengan keras. Aku benar benar tidak percaya apa yang dia lakukan.
"Sekarang kamu pergi dari sini Mecca! Lihat semuanya mononton seperti ini? Apa kamu nggak malu?" tanya mas vino dengan keras. Rahangnya terlihat tegang sekali.
"Hahaha, aku tidak akan malu mas. Karena bukan aku yang salah. Tapi kamu mas. Kamu selingkuh dari aku! Lihat saja kamu nggak akan bahagia mas!" seruku dengan keras. Aku langsung saja pergi dari ruangan itu. Aku tidak akan Sudi bertingkah bodoh di kantor ini. Aku akan bermain dengan mengahncurka. Mas vino dan Lidiya. Gadis murahan itu.
"Dasar! Gadis murahan tak tahu diri!" umpatku dengan keras sambil mendelik kepada gadis seksi itu.
Aku berjalan dengan cepat. Mereka semua melihatku dengan kasihan. Biarkan saja aku benar benar sudah tidak tahan lagi dengan mas vino.
***
Lidiya menangis dengan wajah sedih sekali. Matanya benar benar penuh dengan air mata. Perasaannya benar benar kesal dengan Mecca.
"Aduh, mas gimana nih mas? Masa aku kaya gini sih mas?" tanya Lidiya sendiri dengan merapikan rambutnya yang berantakan.
"Yaudah kamu sabar ya, sini biar aku bantuin," kata vino dengan terus bantuin rambut Lidiya.
Perasaan vino benar benar jadi tak karuan. Ia terlalu bodoh sekali. Kenapa juga harus ketahuan selingkuh sama Mecca.
Melihat karyawan yang masih saja menonton dirinya dan Lidiya. Ia langsung berkata keras agar mereka semua membubarkan diri.
"Udah sana bubar kalian semua!" seru vino dengan kedua tangan mengusir semua orang.
Kini jendela itu sudah tidak ada lagi mata orang orang. Mereka berdua masih dalam ruangan kantor itu itu dnegan perasaan takut. Namun vino mencoba menutupi itu semua.
"Ini minum dulu," ucap vino dengan membawa minuman dan ia memberikannya kepada Lidiya.
Tangan Lidiya meraih botol minuman dingin itu. Ia langsung saja meminumnya dengan puas.
"Sialan, bisa bisanya Mecca menjambak rambut aku. Harusnya kamu nggak usah pindahin aku sama Mecca mas. Aku pengin banget Jambak Jambak kerudung dia sampai rusak sampai copot sekalian!" sungut Lidiya dengan wajah galaknya.
Tangan vino mengelus punggung Lidiya dengan lembut.
"Sabar ya, sayang sabar. Kamu nggak usah mikirin dia. Toh aku juga udah nggak cinta sama Mecca. Aku bakalan pisah sama dia sayang," kata vino dnegan lembut.meski ia sudah tidak tahu lagi gimana caranya.
"Pokoknya kalau sampai kamu bohong dan kamu nggak jadi nikahin aku. Aku bakalan mengintai kamu mas. Awas aja kamu mas," mata Lidiya mendelik kepada vino.
Vino menggeleng geleng dengan keras.
"Jangan dong sayang. Jangan kaya gitu. Aku janji kok bakalan nikahin kamu. Tapi aku perlu waktu. Oke?" seru vino dengan serius.
"Yaudah kalau gitu cepetan mending kita makan siang aja di luar ayo mas aku udah laper banget pengin makan yang banyak. Gara gara Mecca semua mood aku bener bener hancur," pinta Lidiya dengan wajah memohon.
"Iya sayang ayo kita ke restoran yang ada Deket kantor," kata vino lalu merangkul sang kekasih dengan tidak malu lagi. Meski karyawan yang ada di kantor itu melihat mereka dengan jijik sekaligus marah.
Mereka berdua benar benar pasangan yang tidak tahu malu sama sekali. Sudah terlanjur selingkuh namun mereka tidak mau berpisah.
"Mas ,tadi ada yang vidioin kita berdua loh. Tadi pas lagi rame rame ya, duh aku takut kita viral deh mas," keluh Lidiya dengan wajah takut. Ia mengeratkan tangannya kepada tangan vino.
"Udah kamu tenang aja nggak usah mikirin itu. Biarin aja viral sekalian. Aku nggak peduli sama sekali. Yang penting aku bisa terus sama kamu. Iya kan?" kata vino dengan percaya diri.
"iya sih, mas. Tapi kalau ada apa apa kamu pokonya harus ada sama aku terus.awas kamu ya mas," kata Lidiya dengan serius.
"Iya, sayang. Aku janji pokoknya. Udah deh, kqmu kenapa sih takut banget aku ninggalin kamu. Kita kan udah lama pacaran jadi nggak mungkin aku nyerah gitu aja dengan ninggalin kamu. Aku juga udah bosen hidup bertahun tahun sama Mecca yang sok alim itu," jelas vino dengan kesal.
Mereka berdua makan siang di sebuah restoran dengan lahap. Apalagi lidiya dia benar benar lahap sekali. Mereka sangat menikmati hidangan yang di pesan. Meski pikirkan vino benar benar kacau kali ini. Bagaimana jika mamanya sendiri tahu bahwa dia selingkuh. Itu pasti akan sangat menyakitkan untuk mamanya. Terlibih sekarang Mecca juga sedang hamil. Ia tidak akan bisa berpisah dengan Mecca.
"Mas kamu kok diem aja?" tanya Lidiya yang mengetahui vino berlagak aneh.
"Eh, enggak kok sayang. Aku Cuma lagi mikirin aja. Gimana kalau nanti aku di pecat dari pekerjaan di kantor. Gara gara aku perilaku aku yang tidak baik," kata vino dengan gelisah.
"iya yah? Aduh gawat dong mas kalau sampe kamu nggak ada kerjaan pasti aku bakalan hidup susah. Aduh aku nggak mau deh mas amit amit," kata Lidiya dengan wajah jijik.
"Kamu jangan bilang gitu dong. Harusnya kamu dimana pun aku berada dalam keadaan apapun aku. Harusnya kamu harus selalu ada untuk aku Lidiya," seru vino dnegan melihat wajah Lidiya.
"Hem, iya iya mas," jawab Lidiya dengan spontan dan terkesan tidak peduli. Ia tetap saja mengunyab makanannya.