Baru kali ini aku ke kantor Mas Vino. Rasanya agak risih tapi aku berusaha pede saja. Mungkin karena aku adalah ibu rumah tangga biasa. Jadi aku merasa sedikit malu untuk berjalan menuju ruangan suamiku sendiri.
Aku mengetuk pintu ruangan itu, siapa tahu ada seseorang di dalamnya mungkin klien Mas Vino. Jadi aku mengetuk pintu saja. Setelah sebelumnya aku bertanya kepada petugas yang berjaga di depan. Dimana ruangan Mas Vino.
Kini Pintu terbuka dan aku melihat Wajah mas Vino yang kusut sekali.
"Mas, ini berkas yang kamu cari," kataku dengan tangan menyerahkan map itu. Mas Vino langsung mengambilnya dari tanganku dengan cepat.
Dia langsung duduk di kursinya dan membuka map itu. Ia tampak kusut sekali.
"Mas, kamu baik baik aja? Apa perlu aku bantu?" tanyaku dengan lembut yang kini berada di samping Mas Vino.
Mas Vino mendongak.
"Nggak, aku nggak papa. Udah sana mending kamu pulang saja. Kerjaan aku lagi banyak banget nih, pusing," kata Mas Vino dengan mendongak melihatku.
Sebenarnya aku kesal sekali. dia bahkan tidak berkata terimakasih untukku. Meski aku tidak menginginkan kata itu. Tetapi bisakah dia menghargai aku? Mungkin aku bisa di kasih minum dulu atau suruh duduk dulu sebentar. Dia malah ngusir aku dengan seperti itu.
"Ya sudah, kalau begitu aku pulang ya ,Mas," seruku dengan cepat. Aku juga tidak ingin bertengkar dengan Mas Vino disini.
Aku mencium tangan Mas Vino dan akhirnya aku pergi dari ruangannya. Setelah aku berjalan beberapa langkah. Tiba tiba saja aku berpapasan dengan seorang perempuan yang sangat cantik dengan baju yang ketat. Bagian dadanya menyumbul sempurna. Kemeja abu-abu dengan desain kerah berenda dan juga rok mini di atas lututnya serta rambutnya yang begitu lurus seperti iklan shampo. Dia tidak melihatku. Bahkan menurutku dia seperti orang paling judes di kantor ini.
Kulihat dia terus dan ternyata wanita itu masuk ke dalam ruangan Mas Vino.
Aku melihat itu dan pintu di tutup dengan rapat. Kenapa hatiku merasa tidak enak sekali ya? Apa mungkin itu klien Mas Vino? atau asisten Mas Vino? Ya Allah kenapa aku penasaran sekali dengan wanita itu.
Ya sudahlah nanti saja aku tanya kalau sudah sampai ke rumah. Aku tidak mungkin ke ruangan Mas Vino lagi. Nanti pasti dia akan marah.
Aku langsung saja pulang ke rumah dengan menggunakan go car. Kulihat di jalan banyak orang sekali. Ada juga seorang keluarga yang berjalan kaki dengan menggendong anaknya yang berumur sekitar dua tahun. Banyak orang berlalu lalang. Aku bisa melihat dari jendela kaca mobil ini.. rasanya aku ingin sekali mempunyai anak. Aku ingin pernikahan aku lengkap dengan adanya seorang anak. Ya Allah kapan aku bisa hamil? Kadang aku terus berucap seperti itu ketika melihat anak kecil.
***
Wanita yang bernama Lydia itu terlihat terburu buru dan dia membuka pintu ruangan milik vino.
Setelah pintu terbuka wajah vino kini berubah menjadi tersenyum sangat hangat di depan pacarnya.
Lydia langsung memeluk vino yang kini sudah ada di depan meja dengan berdiri. Pelukan itu seperti pelukan rindu yang dulunya tertunda.
"Ya Ampun, Lydia! Aku kira kamu ketemu sama istri aku," kata vino yang kini melihat ke wajah Lydia dengan mata lebar.
"Hah? Istri kamu? Emang istri kamu kesini?" tanya Lydia dengan bingung.
"Iya, yang pake kerudung pake gamis panjang itu. Jadi tadi kamu nggak papasan sama Mecca?" tanya vino dengan penasaran.
"oh jadi tadi dia itu istri kamu. Ya aku sempet papasan sih mas. Tapi aku juga nggak tau kalau itu istri kamu. Mukanya nggak terlalu aku lihat sih," kata Lydia dengan mata berpikir.
"ya udah deh, syukurlah," kata vino dengan tenang sambil memegangi dadanya.
"kenapa istri kamu ke sini mas? Dia nggak tau kan tentang aku?apa dia curiga sama kamu?" tanya Lydia dengan wajah panik
Vino menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Nggak kok, nggak. Jadi dia itu tadi nganterin berkas aku yang ketinggalan aja. Nggak kok, dia juga nggak curiga sama aku. Udah kamu tenang aja," kata vino dengan mengelus pundak lydia.
"Yaudah kalau gitu kamu mending ke mobil ya. Nanti aku kesitu. Kita makan siang ya," kata vino dengan mengelus pipi Lydia dengan jempol tangannya.
"Hem, oke deh. Mas. Jadi aku jalan sendiri nih ke parkiran. Hem nggak enak banget jadi kekasih simpanan kaya gini," kata Lydia dengan kedua tangan melipat dada dengan wajah cemberut.
"Sabar ya, sayang," bisik vino di telinga Lydia.
"Nanti semuanya akan berubah dengan indah. kamu sabar aja ya," kata vino dengan lidah manisnya itu.
Kini wanita dengan hak tinggi itu langsung saja pergi ke parkiran dengan hati yang berbunga karena sebentar lagi vino akan menemui dirinya dan mereka akan pergi untuk makan siang.
Setelah beberapa menit vino membuka mobil dan terlihatlah wajah cantik Lydia. Mereka berdua lalu pergi dengan menggunakan mobil milik Lydia. Mobil merah mengkilap yang merupakan hadiah ulang tahun Lydia dari vino.
Mobil warna merah itu kini melaju di jalanan kota yang padat. Sementara di dalam mobil itu mereka berdua berbincang dengan mesra. sambil sesekali vino mengelus rambut panjang dan hitam milik kekasihnya itu.
***
Ya Allah, akhirnya aku sampai juga di rumah.
"Ini bang ongkosnya, makasih ya bang," kataku dengan tersenyum melihat supir go car itu.
Lalu mobil pergi dan kulihat di depan rumah. Lebih tepatnya di teras rumah sudah ada mama mertuaku.
"Lama banget sih, kamu? Dari mana aja Hem?" tanya mama dengan wajah kesal.
"Dari kantor mas vino ma, tadi ada yang ketinggalan barang mas vino," kataku dengan jawaban lirih.
"Udah sana cepetan buatin makan buat mama. Buruan mama udah laper," kata mama dengan suara kerasnya.
"Tapi ma, Mecca nggak sempet ke pasar. Ini juga udah siang. Kalau masak pasti lama. Nanti mama keburu laper banget. Mecca pesen aja ya ma," kataku dengan wajah memohon kepada mama.
"tapi mama mau makanan yang mahal yang belum pernah mama makan. Pake uang kamu yah," kata mama dengan wajah tersenyum.
"Heh? Pake uang aku? Makanan yang mahal mah?" tanyaku dengan bingung.
"Iya, Hem makan apa ya yang enak?" tanya mama dengan wajah berpikir.
"Oke, sushi aja. coba deh, Mama penasaran banget makanan apa itu. Mama pengin deh, coba deh pesen," kata mama dengan wajah tak sabar.
"Tapi, ma. Itu kan lumayan mahal ma," kataku dengan wajah cemberut.
"Ya sudah kalau kamu nggak mau. Awas! nanti mama aduin ke vino. Kalau kamu jadi menantu yang nggak becus," kata mama dengan nada mengancam.
Aku pun terpaksa mengiyakan mama dan segera memesan sushi. karena sudah pasti nanti akan ribut dengan mas vino jika aku tidak memenuhi perintah mama.