Sungguh aku lelah sekali berada di rumah ini. Aku ingin sekali pergi dari rumah. Bukannya aku tidak sayang dengan ibu mertuaku. Tetapi aku sama sekali tidak nyaman berada di rumah ini. Pagi ini lagi lagi ibu mertuaku mengomel memintaku untuk menyiapkan sarapan.
"Mecca! Cepetan dong sarapannya mana nih?" tanya ibu dengan suara lantang. Ia sudah siap di depan meja makan.
Aku yang masih saja mengangkat telur dari teflon langsung bergerak cepat. Kusiapkan piring terlebih dahulu untuk Mas Vino dan juga ibuku. Karena rumah ini hanya di isi oleh tiga orang saja.
"Iya, Bu. Ini sudah selesai kok," ucapku dengan penuh kesabaran. Ya Allah sampai kapan pagiku serumit ini?
Ibu mendengus kesal. karena aku terlalu lama menyiapkan makanan untuknya. Sementara Mas Vino kini sudah datang dengan rapi. Ia langsung duduk di depan mama.
Mas Vino melihat makanan itu dengan wajah berbinar.
"Wah! enak banget nih bau nasi gorengnya," seru Mas Vino dengan bahagia. Ia langsung saja menyendok nasi dengan cepat dan meniupnya perlahan lalu memasukkannya ke dalam mulut. Melihat itu saja hati seorang istri sepertiku sudah sangat bahagia. Hasil kerja kerasku memasak akhirnya tidak sia sia.
"Aduh! Mama nggak mau ah! Makanan ini. Masa cuma nasi goreng sama telur ceplok doang. Kita kan udah jadi orang kaya. Harusnya tuh lauknya yang bergizi dan enak dong. Ikan kek, sayur kek, apa gitu. masa cuman ini aja," kata Mama dengan wajah marah memandangi makanan yang ada di meja.
Aku hanya bisa terdiam karena ucapan mama. habis bagaimana lagi, yang ada di dapur hari ini hanya itu saja. Aku memang belum ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur.
Mas Vino melihat mama sejenak dan menghembuskan nafas lalu meminum air putih.
"Ma, udah dong ma. Masih pagi kok marah-marah. Udah makan aja. lagian ini tuh nasi gorengnya enak kok, Ma. Nanti siang mungkin Mecca akan memasak menu yang mama suka. Iya kan, Mecca?" seru Mas Vino dengan melihatku.
Sebenarnya aku lelah sekali memasak terus hampir setiap hari. Ingin sekali aku memesan saja makanan di go food. Tapi aku tidak bisa mengelak permintaan mama dan juga Mas Vino.
"Iya kok, Mas. Nanti siang Mecca bakalan masak yang enak buat mama. Ini habisin dulu ya ma sarapannya," ucapku dengan lembut. Ya Allah kuatkan aku untuk tetap sabar menghadapi mama mertuaku. Dia itu orang tua dan aku tentu saja harus menghormatinya. Aku juga tidak ingin menjadi durhaka dengan orang tua.
Syukurlah mama mau sarapan dengan lauk yang aku masak kali ini. Jadi tidak mubadzir. Aku juga ikut makan bersama di meja makan ini.
kulihat mama makan dengan lahap. Hem ternyata mama suka juga kan sama masakan aku. Sebenarnya mama gengsi saja menyantap makanan ini. Tapi sebenernya dia sangat menikmati makanan yang aku buat.
Setelah Mas Vino mengelap mulutnya dengan tisu. Dia langsung saja buru buru untuk meminta izin kepadaku ke kantor.
"Oh, iya mas. Hati hati ya," ucapku dengan lembut sambil mencium tangan Mas Vino.
"Aku antar sampai di depan ya, Mas," ucapku tersenyum kepada Mas Vino.
"iya sayang," jawab mas Vino dengan cepat. Ia lalu Salim kepada mama.
"Ma, bentar ya ma. Aku anter mas Vino dulu," kataku kepada mama.
Mama mengangguk tanpa berkata apapun.
Aku langsung saja mengikuti Mas vino dari belakang. Kini dia sudah siap dengan tas kotak yang di tenteng dan ia masuk ke dalam mobil. Aku melambaikan tangan sambil tersenyum begitupun Mas Vino. Alhamdulillah untuk hari ini. Aku masih bisa melihat Mas Vino tersenyum dengan manis. Sungguh aku hanya ingin rumah tangga yang menenangkan dan sederhana.
Kini aku berjalan dan kembali makan bersama mama. Mas Vino memang selalu makan dengan cepat sementara aku dan mama pasti paling akhir selesainya.
Beberapa menit tanpa ada percakapan apapun antara aku dan mama. Aku sudah selesai dengan makananku begitupun mama.
Mama langsung pergi begitu saja dengan perut kenyang. Sementara aku melihat di atas meja dengan lesu. Kini tak ada pembantu di rumah ini. Sebenarnya aku ingin sekali ada pembantu di rumah ini. Tapi mama tidak memperbolehkannya. sering kali aku lelah Membersihkan baju dan memasak. Dan perkejaan rumah tangga yang lainnya.
Tanganku dengan sigap membawa piring kotor itu dengan cara menumpuk dan aku bawa ke dapur. Setelah semua yang ada di atas meja sudah beres. Aku mengelap meja dengan cepat. Karena aku ingin menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan cepat. Agar aku juga bisa santai sejenak.
Setelahnya aku langsung mencuci piring dengan sigap. Jika menumpuk pasti itu akan sangat malas dan mama pasti mengomel. Aku sebenarnya kesal juga dengan mama. Harusnya mama bisa mencuci piring ini. Selalu aku semua yang bekerja untuk rumah ini. Mama paling cuma nonton tv dan juga membaca majalah atau bergosip dengan teman temannya yang sengaja di undang untuk ke rumah ini.
Tapi aku tidak mungkin menyuruh mama mertuaku sendiri untuk melakukan pekerjaan rumah. Yang ada aku nanti malah di anggap menantu tak tahu diri.
Tiba tiba suara telepon berbunyi. Aku langsung mematikan keran. untung saja cucian piringku sudah selesai semuanya. Aku berlari kecil untuk mendekat ke arah telepon yang ada di meja kecil.
Tanganku mengangkat gagang telepon itu dengan pelan. Kutempelkan di telingaku.
"hallo, Mecca. Kamu bisa ke kantor aku nggak? Berkas aku ada yang ketinggalan nih. Di kasur di kamar," kata Mas Vino dengan nada gusar.
"Hah? Tapi mas," ucapku dengan bingung. Aku kan sebernya ingin sekali istirahat.
"Tapi apa? Udah cepetan ya! kamu ke sini naik gojek aja biar cepet. Jangan naik go car." kata Mas vino dengan cepat.
"Tapi mas, aku kasih ke gojeknya aja gimana. Nanti biar gojek yang ke kantor kamu," kataku dengan penuh harap. Karena aku ingin sekali istirahat sejenak.
"Nggak mau ah, nanti ribet. Udah kamu aja yang ke sini buruan!" seru Mas Vino dengan cepat.
Aku terpaksa harus berkata oke. Dan aku langsung ke kamarku. Kulihat ada map berisi kertas kertas di atas kasurku. Hem dasar Mas Vino pasti teledor deh. Ya.mungkin juga ini kesalahanku. Aku tidak menyiapkan semuanya untuk dia bekerja di kantor.