"nggak ma , enggak ini nggak asin kenapa mama bilang ini asin? Kayanya ada yang aneh deh sama mama , mama kenapa si? " ucap Reza dengan berlaga cape.
Mama Reza pun bersi keras memang makananya asin. Asin tetaplah asin , akhirnya mama Reza pun masuk ke dalam kamar dengan muka seolah tak terima.
"maaaah" ucap meca dengan memanggil mamanya Reza mertuanya.
"sudah biarkan, mama memang begitu" kata Reza dengan mengelus pundak Aisyah agar hati Aisyah pun terenyuh tidak memikirkan hal yang mama buat tadi .
"bukan begitu mas, aku tuh ngerasa nggak di hargain disini kalau mama ngomong begitu, rasanya aku udah nggak berguna aku serba salah dimata mama" ucap Aisyah dengan meneteskan air matanya .
"iya udah kamu nggak usah di fikirin lah mama emang begitu ya kamu tau sendiri wataknya mama " ucap Reza
"aku pengin pindah rumah aja mas, kita beli rumah baru" ucap Aisyah
"dengan seenak itu kamu bilang beli rumah baru? Memangnya uang aku cukup untuk membelikan kamu rumah baru? Ini aja masih mending ko ada rumah pake acara beli rumah baru segala, udahlah kamu sabar aja ngadepin mama yang begitu" ucap Reza
Pertengkaran pun selesai. Raut wajah Aisyah yang cemberut pun terlihat , Aisyah dan Reza pun mengakhiri makanannya,Aisyah mengambil piring alat makan lainnya untuk di bawah kedapur . Lalu akhirnya Aisyah pun masuk kamar mengambil selimut lalu berbaring di tempat tidur sembari merenung memikirkan apa saja yang sering di omongin mertuanya kepada Aisyah yang membuat sakit hati Aisyah. Tentu saja Aisyah sakit hati apa yang diomongin mertuanya. Aisyah menangis . Reza pun masuk kedalam kamar dengan membentak Aisyah karena melihat Aisyah menangis apa apa serba nangis, Reza melihat nya sungguh membosankan.
Membuka pintu dan menutup pintu dengan suara brak .
" Aisyah! Kenapa lagi si kamu bentar bentar nangis cape aku liatnya masuk kamar bukannya disambut indah malah ini tangisan kamu yang aku lihat" ujar Reza
Nangis tersedu-sedu sembari bilang
"coba mas jadi aku, bisa sesabar ini nggak? Omongan mama bentakan kamu mas bisa nggak berubah sedikit lebih lembut ke aku " ujar Aisyah
"ya kamu diam aja nggak usah nangis " ujar Reza dengan memarahnya
Lalu Aisyah pun diam sembari berpura pura tidur dengan sesegukan, Reza pun juga ikut tertidur disamping meca dengan ikut berselimut. Hati Aisyah yang merasakan sakit terus menerus namun cukup sabar menghadapi ibu mertuanya itu. Kekayaan yang dimiliki oleh Reza memang dari bawah asal mualanya dia memang sangat gigih bekerja pantang menyerah, dulu memang dia orang yang tidak punya , orang yang selalu meminjam kepada tetangga tempat warung mau beli beras entah apapun itu kebutuhan selalu mendesak . Alhasil dari kegigihannya bekerja dia sekarang jadi orang kaya sebagai directur pengusaha. Ya jelas usaha tidak akan mengkhianati hasil dari kerja kerasnya dia berhasil . Setelah berhasil watak yang dulu nya penyabar kini jadi angkuh,sombong . ibunya pun tak merasa aneh oleh Reza yang berubah dengan sikapnya itu . Yang penting menurut ibunya uang terus mengalir kepada ibunya. Tak mengapa berubah sikapnya yang sekarang namun uang tetap ada begitu kata ibunya , selalu tentang uang dan uang . Begitu bahagianya ibunya saat ini karena anaknya itu sudah sukses , ibunya pun bisa beli emas cincin,gelang,kalung dan pernak pernik lainnya yang harganya sangat mewah. Tentu saja di beliin anaknya Reza namanya . Kesombongan pun mulai menjadi-jadi ibu nya pun ikut menjadi sombong karena kapan lagi bisa beli emas sepaket semewah ini begitu katanya . Ibu sama anak sama saja .
Suasana pagi yang indah begitupun dengan cuacana seperti biasa penjual sayuran selalu keliling di rumah komplek komplek, ibunya Reza tak biasanya pergi ke tempat penjual sayur , tetangga pun bilang , banyak tetangga juga yang membeli sayuran .
Ibu ijen : " eh tumben tumbenan nih bu pergi beli sayuran biasanya mantu nya noh si Aisyah yang beli,lagi pengin belanja sendiri ya bu yah"
Ibu rina : " eh ibu ijen iya nih lagi pengin beli aja , lagian lagi nggak betah aja dirumah pengin keluar aja ini aja Cuma beli sayuran ayam ikan udah itu aja " dengan tangannya yang sedang garukin kepalanya padahal enggak gatel , seperti memamerkan emas nya itu , suara krincingan emas pun terdengar rame krincing ... Kringcing.. Krincing..
Tetangga pun berbisik dan melirik matanya pun sinis melihat ibu rina..
"eh yaampun emas nya baru tuh , hem pamer banget padahal minjem kali yah haha" ujar ibu tuti kepada ibu reni
"eh iya baru pertama pakai emas sih jadi pamer begitu deh eh" kata ibu reni dengan ketawa lirik . Namun seketika itu ibu rina mendengarkan suara itu , memang sengaja agak sedikit keras agar terdengar oleh ibu rina yang sombong itu. Langsung lah ibu rina pun menjawab semua apa kata para tetangga itu dengan wajah yang geram akan ucapan tetangganya itu terhadap dirinya.
"eh maksudnya apa yah ibu-ibu pada ngomongin aku semua,mau ini aku bergaya seperti itu begitu ya terserah saya lah bu emang situ ngomongin saya terus malah bikin tambah dosa ih" kata ibu rina
"eh mungkin minjem ya bu yah emas nya hehe" ucap tetangga dengan sambil tertawa
"eh yang bener ya bu yah ini aku pakai emas di beliin anak ku Reza sekarang kan dia udah mapan dapet uang banyak jadi bisa beliin aku emas" ucap ibu rina
"oh udah mapan toh ya jadi nggak ngutang lagi dong di warung aku " kata ibu ijen
Kemudian ibu rina mengeluarkan tas yang berisikan dompet dengan tebalnya yang terisi dengan uang banyak sembari mengipas kan ke arah ibu ijen pemilik warung .
"nih nih nih aku bayar sisahnya abil ajah bu semua " ucap ibu rina
Berlembar-lembar kertas berwarna merah iya tentu uang seratus ribu rupiah diberikanlah kepada ibu ijen , bu ijen pun tersenyum dengan berkata
"hehe alhamdulilah trimakasih ya ibu rina yang cantik semoga nanti nggak ngutang lagi ya bu " dengan memasukan uangnya ke dalam dompetnya sembari meninggalkan tukang sayur juga dan berjalan pulang kerumahnya .
"udah ibu-ibu dosa ih ngrumpi mulu ,mending belanja yang banyak disini yuk lah nih sayur seger-seger sama persis seperti wajah ibu-ibu disini yang segar berkilau memikat hati" kata penjual sayur keliling itu.
"ah siapa yang ngrumpi pak bener kok begitu, udah ah aku mau sayur yang ini aja" ibu-ibu pun pergi dengan tas kresek yang dibawahnya.
setelah itu ibu reni merasa puas dengan kesombongan yang sudah dipamerkan tadi ke para tetangganya. bapak si penjual sayur pun hanya menggeleng-gelengkan kepala dan mengusap tanggannya ke dadanya.