Peserta berikutnya adalah Gracia yang melakukan ritual 'kelahiran.' Karena memiliki ingatan masa lalu, Paskha tahu Gracia memiliki sumber energi roh tingkat delapan, namun kemampuan rohnya adalah pasif, yaitu kemampuan menyembuhkan.
Itu sebabnya, meskipun tingkat sumber yang dimiliki Gracia diatas anak-anak lainnya, sang kakek tua tidak terlalu menganggap lebih terhadap anak perempuan itu.
"Tingkat sumber kemampuanmu diatas rata-rata, namun sayangnya… tipe kemampuan rohmu adalah pasif."
Gracia tampak murung mendengar penjelasan sang kakek tua.
"Jangan khawatir. Kalau kau berlatih dengan tekun dan tidak menyerah, aku bisa menjamin kau akan menjadi salah satu healer terbaik di dunia ini."
Seketika raut wajah Gracia berseri-seri dan mengucapkan 'terima kasih' dengan nada ceria sebelum berlari keluar untuk mencari teman baiknya.
"Paskha, Paskha!"
"Hm? Bagaimana hasilnya?" Paskha sudah tahu hasilnya karena dia pernah mengalami kejadian ini, namun dia tetap bertanya.
"Aku memiliki sumber tingkat delapan, bukankah itu mengagumkan. Tapi… kemampuan rohku adalah tipe pendukung."
'Itu karena darah mermaid didalam tubuhmu menyembunyikan kemampuan rohmu yang sesungguhnya.'
Paskha tahu, kemampuan roh yang dimiliki Gracia sangatlah tidak sederhana seperti yang dimiliki para cultivator general lainnya. Di masa depan, Gracia mampu mengendalikan elemen air serta memerintah lautan beserta makhluk yang hidup didalamnya.
Selain itu, tidak ada yang sanggup mengalahkan kemampuan penyembuhnya berkat darah mermaid yang dimilikinya.
Tanpa mengikuti pelatihan kultivasi eternal sekalipun, umur Gracia otomatis akan berkali lipat lebih panjang daripada lainnya. Bedanya, Gracia tetap akan menua, namun penuaannya lima kali lebih lambat daripada manusia.
Tentu saja, Paskha tidak memberitahu Gracia yang sebenarnya. Dia tidak tahu apakah Gracia kecil sudah mengetahui darah mermaid didalam tubuhnya atau tidak. Dan terlebih itu semua, kenyataan bahwa kerajaan Barat memiliki Mermaid sebagai dewa pelindung mereka masih merupakan sebuah rahasia.
Dan 'orang' itu yang membocorkan rahasia ini kepada Raja Yosha dan menghasut sang raja untuk merebut Mermaid tersebut dan menguasai seluruh kerajaan Barat.
Karena itu… Paskha memutuskan untuk menyembunyikan kenyataan ini meskipun Gracia adalah orang yang paling berarti darinya.
Jika Gracia kecil mengetahui hal yang sebenarnya, dia khawatir Gracia akan memandangnya seperti orang gila, atau terlalu lemah untuk menghadapi kenyataan ini.
Saat ini satu-satunya orang yang bisa dipercayainya untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya adalah…
"Paskha, Paskha!"
Untuk kesekian kalinya, Paskha dibangunkan dari dunia pikirannya begitu mendengar suara yang memanggilnya.
"Hmph! Akhir-akhir ini kau selalu melamun. Apakah aku begitu membosankan?"
Paskha tersenyum kecil menghadapi rajukan manis dari temannya. "Tentu saja tidak. Mana mungkin kau membosankan?" tanpa disadarinya, sebelah tangannya terangkat untuk mengelus belakang kepala anak perempuan itu.
Ini adalah kebiasaannya semenjak dia berpacaran dengan Gracia tiap kali kekasihnya merajuk.
Tentu saja Gracia kecil merasa kaget dan menahan napas karena ini adalah pertama kalinya teman baiknya mengelus belakang kepalanya.
Beberapa minggu lalu, Paskha memeluknya didalam kelas secara tiba-tiba, dan semenjak itu sikap Paskha sangat berbeda dari biasanya.
Meskipun terkadang masih bersikap nakal dan jahil, namun tiap kali Gracia menatap mata Paskha secara langsung, mau tidak mau Gracia merasa dia seperti tenggelam didalam ketegasan pancaran mata anak lelaki itu yang sulit dijelaskannya.
Karena itulah, Gracia sering kali menyembunyikan wajahnya atau menghindari kontak mata langsung dengan gugup.
Dan saat ini, Gracia menjadi terdiam seribu bahasa dan menundukkan wajah dengan malu-malu.
Menyadari perubahan tiba-tiba dari anak perempuan di depan matanya, Paskha tersentak kaget begitu melihat tangannya yang ada di belakang rambut Gracia.
Tidak heran, kenapa tangannya menyentuh sesuatu yang lembut dan halus. Ternyata tangannya sudah bergerak sendiri untuk mengelus kepala pujaan hatinya.
Ah… karena sekarang dia memiliki kenangan akan masa lalu, dia bisa menyadari Gracia memang memiliki kecantikan bagaikan seorang dewi bahkan semenjak kecil.
Matanya yang bulat bagaikan boneka, serta rambut hitam sepanjang pinggang terurai bagaikan air terjun.
'Kau cantik sekali.'
Paskha tidak sadar dia mengatakannya secara langsung, namun saat melihat semburat merah memenuhi wajah Gracia, dia langsung mendekap mulutnya dengan tangannya.
"Ah, maksudku…" Ugh! Paskha merasa bingung harus menjelaskan seperti apa. Pada akhirnya dia memutuskan untuk melarikan diri. "Aku ingin mencari Sir Clove terlebih dulu. Sampai ketemu besok di sekolah."
"Eh? Tunggu…" Gracia hanya bisa memandang punggung Paskha dengan sedih. "Kenapa dia pergi begitu cepat?"
Terdengar sebuah siulan jahil dari arah sebelahnya membuat Gracia menoleh dengan jengkel.
"Seseorang telah jatuh cinta, nih. Bersabarlah, Gracia. Anak lelaki memang terlambat menjadi dewasa. Dia akan menjadi milikmu beberapa tahun lagi." ujar sahabatnya yang juga berasal dari kerajaan Barat.
"Diam kau, Leona."
"Kenapa kau marah? Bukankah kalian akan selalu bersama mulai sekarang? Dengan kemampuanmu, aku yakin kau bisa melewati ujian masuk akademi Four Element dengan mudah."
"Justru itu masalahnya."
"Apanya?"
Masalahnya adalah… Paskha memilih mengikuti jalur pelatihan kultivasi eternal. Secara otomatis, Paskha tidak akan masuk ke akademi Four Element yang hanya menghasilkan cultivator general.
Tapi… apakah dia bisa melakukannya? Meskipun memiliki dua kemampuan roh aktif, namun sumber energi rohnya hanya berada di tingkat tujuh.
'Paskha. Apapun pilihanmu, aku akan selalu mendukungmu.'
.
.
.
.
.
Paskha berlari kesana-kemari hingga merasa staminanya mencapai batasnya hanya untuk mencari Sir Clove.
Pertama-tama dia mencari di rumah kediamannya, namun orang rumah mengatakan Sir Clove berada di perpustakaan Barak. Tanpa menunggu waktu, Paskha berlari menuju ke perpustakaan yang memakan waktu hampir setengah jam dari rumah kediaman Sir Clove.
Namun disaat dia tiba di perpustakaan, sang penjaga memberitahunya bahwa Sir Clove telah pulang kembali ke rumahnya.
Pada akhirnya, Paskha kembali berlari menuju ke rumah kediaman Sir Clove tanpa patah semangat. Dia harus secepatnya menemui Sir Clove agar bisa segera mendaftar sebagai calon murid cultivator eternal.
Sayangnya, orang rumah mengatakan Sir Clove belum pulang kembali dan baru sekarang memberitahunya bahwa Sir Clove akan pergi ke market sehabis dari perpustakaan.
Ugh! Kenapa tidak bilang dari tadi?
Kalau seandainya Paskha sudah memiliki kemampuan untuk mengirimkan sinyal ke target tertentu, dia bisa langsung menghubungi Sir Clove.
Dia masih ingat cara mengirimkan sinyal, tapi… delapan titik meridian yang dimilikinya belum terbuka dan kemampuan otaknya dalam menangkap sinyal balik belum cukup kuat.
Apa yang harus dia lakukan?
"Kalau begitu, bisakah saya menunggu disini hingga Sir Clove kembali?" Paskha memutuskan untuk menunggu gurunya di dalam rumah ini daripada menghabiskan energi rohnya dengan sia-sia.
"Maaf, anak muda. Tapi kediaman ini tidak sembarangan membiarkan orang asing masuk."
Tsk! Tentu saja dia tahu itu. Sir Clove memang bekerja sebagai guru biasa di sebuah sekolah anak-anak, tapi keberadaan pria itu cukup mengguncangkan kerajaan ini.
Tidak sembarangan orang yang bisa masuk kekediaman ini kecuali orang itu adalah raja atau putra mahkota.
Bahkan pangeran biasa yang nyaris tidak memiliki kekuasaan apa-apa juga tidak berhak masuk ke kediaman ini kalau Sir Clove tidak mengizinkannya. Sir Clove adalah orang yang langka dan paling dihormati karena menjadi seorang perantara antara gunung imortal dan dunia daratan.
Sir Clove tidak tunduk pada siapa-siapa namun tetap menghargai posisi sang raja dan putra mahkota yang akan menjadi raja berikutnya.
Menghadapi Paskha yang masih berusia tujuh tahun dan jelas bukanlah seorang pangeran muda, mana mungkin orang yang menjaga kediaman Sir Clove mengizinkannya masuk kedalam?