Setelah menunggu selama hampir dua jam, akhirnya tibalah bagi Paskha untuk mengetes tingkatan sumber energi rohnya.
Dia pernah mengalami hal ini dan mengingat betul hasil pengetesan ini. Meskipun begitu, dia mengikuti ritual ini seperti anak-anak lainnya dengan sabar.
Dia berjalan memasuki sebuah tenda kecil dimana ada seorang kakek tua yang menunggu didalam dengan sikap acuh tak acuh. Di tangannya ada sebuah bola Kristal yang cukup besar sebesar kepala manusia.
Bola Kristal yang dibawa oleh kakek tua ini akan mengukur tingkatan energi roh pada semua anak-anak ini.
Bila tidak ada reaksi, maka energi rohnya berada di tingkat satu dan bila bewarna putih, berada di tingkat dua. Warna tulang, beige, dan peach berada di tingkat seterusnya.
Lima tingkat sumber energi roh ini bisa dibilang rendah dan nyaris tidak memiliki kemampuan apa-apa. Namun setidaknya warna tingkat peach bisa dilatih asalkan pemiliknya memiliki kemampuan roh menyerang. Kalau memiliki kemampuan roh bertahan atau hanya menjadi seorang pendukung, maka bisa dipastikan orang ini tidak cocok menjadi seorang cultivator.
Sementara lima warna diatasnya adalah kuning, hijau, biru, ungu dan yang paling tinggi adalah emas.
Paskha tahu tingkat sumber energi rohnya adalah emas dan kemampuan roh yang dimilikinya adalah menyerang sekaligus bertahan. Dengan memiliki tingkatan sumber tertinggi, dia memiliki potensi untuk memiliki kemampuan roh lainnya. Dan di masa lalu, dia memiliki kemampuan menyembuhkan diri dan terbang tanpa menggunakan sayap.
Dia juga ingat, begitu Raja Ahasyweros mendengar dia memiliki sumber energi tingkat emas, dia langsung menunjuk Sir Clove untuk menjadi guru permanennya dan membawanya ke istana.
Di istana dia menerima pelatihan khusus yang jauh lebih berat daripada prajurit biasa gara-gara sang raja berniat ingin menjadikannya seorang jenderal emas.
Waktu itu Paskha tidak keberatan, karena menjadi seorang jenderal emas memang adalah impiannya.
Sedangkan Sir Clove, meskipun dia hanya menjadi seorang guru biasa di sekolah anak-anak, namun beliau adalah satu-satunya orang yang memiliki sumber energi tingkat sembilan dengan tiga macam kemampuan roh yang berbeda.
Jika seandainya Sir Clove memilih jalan kultivasi eternal dan lulus ketujuh ujian dewa, Paskha yakin sekali, kekuatan Sir Clove jauh diatas daripada Grandmaster di kerajaan Utara.
Sayangnya, Sir Clove tidak memiliki ambisi yang tinggi dan lebih merasa nyaman menjadi seorang guru yang menyayangi semua anak bimbingnya.
Paskha mengangkat sebelah tangannya dan memejamkan matanya untuk mengatur kekuatan sumber energi rohnya.
Setelah itu dia membuka matanya dan menghampiri kakek tua tersebut dengan pandangan bingung seakan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Tempelkan tanganmu pada bola Kristal ini dan fokuskan semua energi rohmu pada telapak tanganmu."
Paskha menurutinya dan menempelkan tangan kanannya pada bola Kristal tersebut. Lambat laun bola Kristal menyala menunjukkan warna putih, lalu berubah menjadi putih tulang, beige dan seterusnya hingga berhenti pada warna hijau.
"Sumber energi tingkat tujuh. Tidak buruk."
Mendengarkan komentar sang kakek tua, Paskha tersenyum senang. Dia berhasil mengendalikan sumber energi rohnya yang besar menjadi kecil hingga tak terdeteksi oleh bola Kristal ini.
Untung saja alat yang digunakan hanyalah bola Kristal. Kalau cermin Kristal yang sanggup mengungkapkan jati diri seseorang, Paskha tidak akan mampu menyembunyikan tingkatan sumber energi rohnya yang sebenarnya.
Rata-rata anak-anak yang berbakat memiliki tingkat tujuh. Sangat jarang yang memiliki tingkat delapan apalagi sembilan dan sepuluh. Sir Clove adalah salah satu orang yang langka, dan kasus Paskha di masa lalu terlebih langka hingga menggemparkan semua guru serta pihak istana.
Dibawah itu, hanyalah anak-anak biasa dengan tingkat lima dan enam.
"Sekarang, mari kita tes kemampuan rohmu. Kau berdiri disana."
Paskha berjalan menuju ke sebuah lingkaran array yang telah disiapkan. Array ini adalah array khusus yang memiliki tekanan roh yang sangat dashyat untuk menekan siapapun yang berdiri di dalam lingkaran ini.
Jika seseorang memiliki kemampuan roh bertahan, maka tubuhnya tidak akan merasa tekanan dari gravitasi array tersebut. Namun bila seseorang memiliki kemampuan roh menyerang, maka seluruh tubuhnya akan memancarkan sinar kekuningan untuk melawan tekanan gravitasi yang menekannya.
Tapi jika seseorang memiliki kemampuan sebagai pendukung, orang tersebut akan jatuh kebawah dan tangan yang menyentuh tanah akan mengeluarkan cahaya kebiruan yang menandakan kemampuannya sebagai penyembuh.
Paskha tidak bisa menipu array ini karena tubuh fisiknya tidak memungkinkannya untuk menyembunyikan kemampuan rohnya. Sedari awal saat dia melakukan ritual 'kelahiran' ini, dia memiliki dua kemampuan roh dan sumber energi tingkat sepuluh.
Dia berhasil menipu bola Kristal dan menyembunyikan tingkatan sumber energi rohnya. Namun dia tidak akan bisa menipu array ini.
Dengan pasrah, Paskha berjalan memasuki lingkaran array tersebut dan membiarkan tekanan menghujani seluruh tubuhnya.
Seperti yang diduganya, dia tidak merasakan tekanan apa-apa, namun tubuhnya memancarkan cahaya kekuningan untuk melawan balik tekanan gravitasi yang dimiliki array tersebut.
Haruskah Paskha berpura-pura kesakitan? Seingatnya, orang yang memiliki kemampuan roh menyerang, tetap merasa tertekan hingga berkeringat dingin namun masih bisa sanggup berdiri karena cahaya kuning dari tubuhnya membantunya untuk melawan balik.
Dia bisa saja berpura-pura kesakitan, namun… dia tidak bisa memalsukan keringat.
Pada akhirnya, Paskha memutuskan untuk membiarkan si kakek tua mengetahui bahwa dia memiliki dua kemampuan roh.
Ditambah lagi, dia masih ingin Sir Clove untuk menjadi guru permanennya. Saat ini dia memang adalah murid favorit Sir Clove, namun bukan murid permanen.
Jika seseorang memilih seorang murid untuk dijadikan murid permanennya, maka orang itu akan bertanggung jawab atas muridnya seumur hidup seakan murid tersebut telah menjadi anaknya.
Namun jika hubungannya hanyalah sebatas guru dan murid biasa, begitu murid lulus dari sekolah, sang guru tidak lagi bertanggung jawab atas murid tersebut.
Sir Clove tidak memiliki murid permanen dan satu-satunya alasan mengapa dia bersedia menjadi guru permanen Paskha, hanya karena Paskha memiliki dua kemampuan roh dan sumber energi tingkat penuh.
Meskipun tanpa permintaan sang raja yang mengutusnya untuk menjadi guru permanen Paskha, dia tahu Sir Clove tetap akan menjadikannya murid permanennya.
Sudah sangat lama Sir Clove ingin mewariskan kemampuan yang ia miliki sebelum dia pensiun. Namun setelah sekian lama mencari, beliau tidak bisa menemukan calon murid yang cocok dengan kemampuan roh yang dimilikinya.
Karena itulah, begitu tahu Paskha memiliki dua kemampuan roh serta sumber energi tingkat penuh, Sir Clove langsung mengajukan diri untuk menjadi guru permanennya sebelum perintah dari raja datang.
Namun saat ini, Paskha telah menyembunyikan tingkat energi rohnya yang sebenarnya. Jika dia juga menyembunyikan bakatnya dalam memiliki dua kemampuan roh, dia ragu Sir Clove bersedia menjadi guru permanennya.
"Anak muda. Kau tidak merasa kesakitan?" sebuah suara orang tua terdengar membuyarkan lamunan Paskha.
"Tidak." jawab Paskha dengan sopan seraya memberikan senyuman tipis.
"Kau… Kau memiliki dua kemampuan roh?"
"Ha?" seakan-akan dia tidak mengerti apa yang terjadi, Paskha melirik ke arah tubuhnya sendiri yang saat ini bercahaya kuning. "Dua kemampuan roh? Apakah itu mungkin?"
Tentu saja, orang yang memiliki lebih dari satu kemampuan roh sangatlah langka. Dan sekali lagi… Sir Clove adalah orang yang langka itu, membuat Paskha semakin tidak ingin mengubah guru permanennya.
Keputusannya boleh berubah, jalan pelatihan kultivasinya boleh berbeda… tapi dia tidak akan mengubah siapa yang akan menjadi guru permanennya.
Sekali guru, selamanya adalah seperti ayahnya tidak peduli apakah dia mengulangi kehidupan ini lagi atau tidak.