Chereads / Legenda Paskha / Chapter 3 - Bab 3 Keputusan Paskha

Chapter 3 - Bab 3 Keputusan Paskha

Paskha semakin bersemangat berlari dan mengabaikan rasa letihnya begitu membulatkan keputusannya. Tujuannya saat ini berbeda dengan apa yang ingin dia raih di masa lalu.

Dulu dia giat berlatih untuk menjadi jenderal emas agar bisa menjadi pahlawan dan bersama dengan Gracia. Namun kini… dia memutuskan untuk menjadi petinggi dan melindungi semua orang baik di kerajaan Timur maupun di kerajaan Barat.

Lagipula, setelah dia mengingat-ingat kembali, ada yang tidak beres dengan keputusan Raja Yosha. Semenjak kedatangan 'orang' itu dan menjadi penasihat raja, Raja Yosha hanya mau mendengarkan 'orang' itu saja hingga berakhir perang tragis itu.

Paskha akan memikirkan ini nanti. Toh, 'orang' itu baru muncul disaat pangeran Yosha berusia dua puluh satu. Saat ini putra mahkota Yosha masih berusia dua belas yang berarti dia memiliki sembilan tahun untuk menyelidiki asal usul 'orang' itu.

Untuk saat ini, Paskha akan fokus melatih dirinya sendiri dan menuju ke arah keabadian.

Untuk mencapai tahap keabadian yang kekal tidaklah mudah, dan hanya satu dari seratus orang yang berhasil mencapai tahap keabadian. Salah satunya adalah Grandmaster dari kerajaan Utara.

Hanya beliau yang berhasil mencapai tahap keabadian dan kini berusia diatas dua ratus tahun dengan penampilan di awal tiga puluhan.

Kekuatan kultivasinya tidak perlu diragukan lagi dan semua petinggi di kerajaan Utara selalu mendengarkan arahannya dan tidak pernah membantah.

Untung saja, Grandmaster Utara tidak terlalu memperdulikan kekuasaan dan memilih menghabiskan waktunya untuk semedi di gunung. Kalau tidak, keempat kerajaan di dunia ini akan dibawah kendali kerajaan Utara sejak lama.

Sementara itu, didalam kelas, Gracia menengok keluar dan memandang teman sebangkunya dengan tatapan khawatir.

"Sir Clove, sudah lebih dari satu jam semenjak Paskha berlari. Bukankah seharusnya sudah mencapai dua puluh putaran dengan kecepatannya?"

"Hm?" Sir Clove berhenti menggunakan aura kultivasinya untuk menunjukkan cara membentuk energi kultivasi dengan satu tangan begitu mendengar pertanyaan salah satu muridnya.

Sir Clove menoleh ke arah bawah dan meskipun terhalang dengan dinding, Sir Clove masih bisa melihat muridnya terus berlari dengan kecepatan teratur.

'Anak ini benar-benar berbakat. Kini dia bisa mengatur pembagian staminanya untuk berlari.'

Tidak, tunggu dulu.

Kening Sir Clove mengernyit saat menyadari sesuatu. Dia langsung berjalan cepat menuju ke jendela terbuka untuk melihat muridnya yang sedang berlari secara langsung.

Matanya yang bewarna hitam memancarkan cahaya keunguan dan kini dia bisa melihat aliran energi pada seluruh tubuh Paskha.

'Dia sudah bisa mengendalikan aliran energi rohnya? Bagaimana bisa? Aku bahkan belum mengajarinya mengendalikan aliran energi!'

Tidak heran Paskha bisa berlari terus tanpa henti selama satu jam. Mungkin jumlah putarannya bukanlah dua puluh lagi, melainkan tiga puluh atau empat puluh melihat kecepatan anak itu berlari.

Merasakan ada sepasang mata yang seperti memasuki jiwanya, Paskha menoleh ke atas dan melihat gurunya tengah mengamatinya. Layaknya seperti anak kecil, Paskha berhenti berlari dan tersenyum lebar ke arah gurunya.

"Sir Clove. Apakah hukumanku sudah selesai?"

"Hmph!" Sir Clove melipat kedua tangannya didepan dadanya. "Kalau kau sudah selesai memutari lapangan dua puluh kali, maka hukumanmu sudah selesai."

"Hehehe…" Paskha menggaruk kepalanya dengan canggung. "Aku tidak tahu sudah berapa putaran aku berlari."

Mana mungkin Paskha menghitungnya disaat pikirannya sibuk memikirkan ini dan itu. Ditambah lagi, dengan mengandalkan ingatannya, dia telah mengendalikan aliran energi rohnya agar tidak menguras staminanya untuk terus berlari tanpa henti.

Itu sebabnya dia bisa berlari dua puluh putaran hingga seratus tanpa henti asalkan dia bisa mengendalikan aliran energi rohnya dengan baik.

Energi rohnya mampu memberikan stamina baru tanpa berlebihan dan menghilangkan rasa penat dan letih dalam sekejap. Untuk melatih pengendalian energi roh semacam ini membutuhkan dua hingga tiga tahun bagi orang biasa.

Namun, Paskha merupakan anak jenius semenjak masa kecilnya, sehingga dia hanya membutuhkan satu tahun untuk menguasainya dan satu tahun lagi untuk membuka titik sarafnya dan membiarkan udara yang berisi dengan energi roh masuk kedalam tubuhnya.

Inilah salah satu alasan mengapa Paskha tidak pernah lelah dan lukanya cepat sembuh di medan perang. Sementara yang lainnya telah kelelahan dan penuh luka parah, Paskha masih bisa bertarung dan dia memiliki waktu yang lebih panjang daripada manusia umumnya.

"Sepertinya… aku sudah memutari lapangan dua puluh kali." memberikan senyuman manis nan polos, Paskha mengulangi jawabannya.

"Cepat kembali kesini."

"Oke!"

Tanpa membuang waktu lagi, Paskha langsung berlari memasuki gedung sekolah dan melompati tangga dengan cepat dan tiba didalam kelas dalam waktu yang sangat cepat.

"Wah, cepat sekali!"

"Apakah kau tidak merasa lelah?"

"Hehehe…" Paskha hanya tertawa saja menanggapi pertanyaan teman-teman sekelasnya.

Aneh sekali. Dia memiliki ingatan masa lalu dan mengalami berbagai banyak hal hingga membuatnya tidak bisa tersenyum.

Terlebih lagi disaat dia tahu dia harus melatih anggota pasukan yang dipimpinnya untuk melawan pasukan kerajaan Barat, Paskha sama sekali tidak bisa bersantai ataupun tersenyum.

Namun kini… dia bisa bersikap santai, banyak senyum seakan-akan apa yang dialaminya tidak pernah terjadi.

Apakah mungkin karena dia bisa melihat wajah Gracia kembali?

Dengan santai, Paskha berjalan menuju ke bangkunya dan duduk disebelah Gracia. Pandangannya tidak pernah terlepas dari wajah pujaan hatinya itu, namun tampaknya berbeda dengan anak perempuan itu.

Entah kenapa Gracia memalingkan mukanya dan menolak melihatnya.

Apakah dia melakukan kesalahan?

Seingatnya dulu, Gracia tidak pernah membuang muka dan sering bersikap galak kalau seandainya dia tanpa sengaja menyinggung perasaan anak itu.

Tidak peduli apapun itu, Paskha kini merasa yakin… perasaannya saat ini yang begitu rileks dan santai, memang dikarenakan dia bisa bertemu kembali dengan Gracia.

Kali ini dia akan melindungi gadis itu dengan apapun caranya. Itulah keputusannya.