Jantungnya berdetak tidak karuan saat akan menemui bosnya. Keringat dingin mulai merembes pada pelipisnya, ia cengkram map itu kuat, berusaha menyalurkan rasa gugupnya. Sialnya tidak mengurangi sama sekali, malah ia semakin gugup.
"Kamu harus bisa Leni. Pak ini berkas yang harus Anda tandatangangi, pak Rudolph menyuruh saya ke ruangan Anda," ucapnya pada ambang pintu di depannya seakan-akan ia berbicara langsung kepada bosnya.
"Haishh kalimatmu sangat bertele-tele," protesnya pada diri sendiri.
"Sial aku tidak bisa, bagaimana ini?" Kuku tangannya sudah ia gigit untuk menyalurkan rasa gugup berharap berkurang. Semakin ia gugup keringat dingin pada pelipisnya semakin banyak.
Banyak rumor yang ia dengarkan bahwa bosnya itu seorang yang memiliki tempremental tinggi. Kapan ia tak menyukai sesuatu atau membuat kesalahan dia akan membuat korbannya berlutut tak berdaya.
Satu...
Dua...
Tiga...
Tepat pada hitungan ke tiga ia langsung menekan handle pintu mencoba memberanikan diri.