Saira yang sedang menunggu SaiLy di ruangan nya. Di buat kaget dengan langkah seseorang yang mengendap-endap. "Siapa sih, malam-malam begini ada orang yang ingin memasuki ruangan ini? tanya hati Saira seraya mencari sebuah alat untuk memukul orang itu. "Aku harus mencari sesuatu!" ujarnya.
Suara langkah itu pun semakin mendekati, daun telinga Saira. Yang semakin tajam. Dan... "Puk" Suara pukulan mengenai pundak seseorang, "Aww... Bu Saira!" tegur seseorang yang tak lain adalah... Dokter BaiLy. Saira pun kaget tak karuan, dia telah memukul Dokter BaiLy, yang hendak menengok pasiennya itu. "Astagfirullah, Dok... ter BaiLy, ma... Maaf Dok!" sesal Saira yang telah melukai Dokter BaiLy.
Dokter BaiLy pun mencoba untuk menahan sakit di pundaknya. Beruntunglah beliau tidak pingsan juga, akibat kecerobohan Saira. Yang waspada dengan langkah kaki yang mencurigakan. "Ya! saya maafkan, bagaimana keadaan SaiLy sekarang? saya masih khawatir dengan keadaannya." tanya Dokter BaiLy seraya menahan rasa sakit. "SaiLy masih sama Dok! sampai sekarang dia belum juga sadar!" ungkap Saira dengan hati sedikit sedih. Dokter BaiLy pun, membuang nafasnya sejenak seraya sedikit berfikir. "Bagaimana caranya ya? Ya Allah saya semakin merasa bersalah, dengan anak ini!" keluh hati Dokter BaiLy yang sedikit kebingungan melihat kondisi SaiLy yang masih sangat mencemaskan. "Bu! Saya... permisi pulang dulu ya! soalnya saya harus selesaikan data-data pasien yang sudah menjalani EEG, dan... saya janji akan secepatnya. Mencari jalan keluar untuk SaiLy. Saya... pamit ya Bu! Assalamu'alaikum." ucap Dokter BaiLy, seraya melangkahkan kakinya kembali. "Ya Dok! Waalaikum sallam." jawab Saira seraya kembali ke tempatnya, tempat di mana SaiLy masih di rawat.
Langkah demi langkah Dokter BaiLy pijaki, menuju halaman depan Rumah Sakit. "Namun" Tiba-tiba saja... Ada seseorang yang menegurnya di belakangnya. "Hei, Dokter sok Baik!" tegurnya kepada Dokter BaiLy, yang ingin melanjutkan perjalanannya ke arah parkir mobil. Yang berada di belakang Rumah Sakit. Langkahnya pun, harus terhenti karena suara orang yang menegurnya dengan lantang. "Hmm, siapa ya?" tanya Dokter BaiLy dengan nada santainya. Seraya berdiri tegak di halaman, menuju parkir mobil tersebut. "Hahaha, akhirnya... kita ketemu lagi. Dokter sok Baik! Oh iya, mungkin anda sengaja meneapati janji anda, Dok!" sungkun seseorang, yang tak lain adalah, Dokter Samuel yang sengaja menunggu Dokter BaiLy. Dokter Samuel telah berjanji untuk menunggu Dokter BaiLy, di halaman Rumah Sakit, tepat di dekat parkir. Yang biasa sering Dokter BaiLy lewati.
"Dokter Samuel. Nama anda Dokter Samuel kan? Tuan Dokter yang terhormat. Oh iya, apakah... benar anda masih bisa di sebut Dokter terhormat?" tanya Dokter BaiLy, dengan sedikit sindiran nya itu. Dokter Samuel pun, sedikit marah. "Apa? Dokter terhormat. Lalu apakah anda masih pantas di sebut sebagai seorang Dokter? sedangkan anda, sengaja merendahkan seorang Dokter profesional seperti saya." ujar Dokter Samuel yang sengaja membalikan kata-kata Dokter BaiLy.
"Ya... gak apa-apa lah. Tidak di sebut sebagai Dokter, oleh anda juga. Gak penting! masih banyak ko, para pasien yang menyebut saya Dokter. Dan mereka sangat mengayomi saya, sebagai Dokternya." ungkap Dokter BaiLy, dengan sedikit senyum sinisnya itu.
Serentak Dokter Samuel pun kembali memanas hatinya. "Pasien! pasiennya mungkin... cuma pasien, yang belum tau, siapa anda sebenarnya!" Fitnah Dokter Samuel kepada Dokter BaiLy. "Apa sih yang di ucapkan oleh anda? Dengar Dok! saya tidak ingin bertengkar dengan anda." ujar Dokter BaiLy.
"Tidak ingin bertengkar, itu anda! tapi tidak untuk saya." ujarnya dengan senyuman sinisnya, kepada Dokter BaiLy. "Dok! saya, tidak punya masalah dengan anda. Dan tolong! jangan halangi jalan saya." ucap pelan Dokter BaiLy, yang sengaja bersikap sedikit tenang kepada Dokter Samuel. Akan tetapi, sebaliknya! Dokter Samuel tetap saja menghalangi jalan Dokter BaiLy. "Woi.. rasakan ini!" tegur Dokter Samuel seraya, menarik pundak Dokter BaiLy.
Dan... terjadilah sebuah perkelahian kecil di antara mereka. "Sudah saya bilang! saya tidak ingin punya masalah dengan anda. Apa lagi, kita sama-sama seorang Dokter. Coba lah Dok! kita berdamai, apa tidak malu? jika ada seorang pasien yang tau kelakuan kita," Dokter BaiLy mencoba menasehati Dokter Samuel, berharap beliau akan bisa di ajak berdamai olehmya. Akan tetapi... keadaan semakin parah. Dokter Samuel malah semakin terpancing emosinya.
"Hmm, berdamai? boleh! tapi setelah di antara kita, ada yang keluar dari Rumah Sakit ini." ungkap Dokter Samuel dengan tatapan nya, yang semakin penuh dendam kepadanya. "Dok! cukup, apa salah saya? sehingga anda seperti ini kepada saya?" tanya Dokter BaiLy, yang semakin tidak mengerti dengan keadaan saat itu. "Salahnya? ada di diri anda! paham?" cetus Dokter Samuel.
sesaat Dokter BaiLy, ingin menghantam Dokter Samuel. Tiba-tiba saja, terdengar suara seseorang menegur mereka berdua. "Stop! Dokter BaiLy, Dokter Samuel. Kalian sedang ngapain?" tanya seorang Satpam yang sedang bertugas malam di dekat parkir mobil para Dokter. "Eh pak Satpam! eng_enggak ko pak, kami sedang ada sebuah percakapan, tetang masalah meeting barusan." Dokter BaiLy pun membelokan masalah yang sedang memimpa nya. "I_iya Pak!" jawab Dokter Samuel dengan sedikit malu. Akan tetapi mata Dokter BaiLy masih terpasang dendam kepada Dokter BaiLy. "Lihat saja Dok! urusan kita belum selesai." ujar Dokter Samuel yang masih menyimpan dendam kepada Dokter BaiLy.
"Pak satpam makasih ya!" ucap Dokter BaiLy kepada Satpam yang telah memergoki, mereka. Beruntunglah Satpam itu datang. Jika tidak? mungkin... para Dokter itu, sudah terluka. "Ya sama-sama Dok!" ucap Satpam tersebut. "Ya sudah! saya... pamit dulu ya. Assalamu'alaikum." ucap Dokter BaiLy seraya menuju halaman parkir Mobil para Dokter. "Saya masih tidak mengerti, dengan maksud Dokter Samuel. Yang ingin menurunkan saya dari Rumah Sakit Harapanku. Yang baru saja beliau singgahi Beberapa hari.
"Namun" kenapa beliau malah mendapati banyak masalah, setelah memasuki Rumah Sakit yang saat ini beliau tempati. Dan... sejenak Dokter BaiLy teringat dengan sebuah kenangan yang di beri oleh Dokter Clesia, "Saya harap! kamu simpan ini baik-baik ya!" ujar Dokter Clesia 1 minggu yang lalu. "Dokter Clesia! apa kabar anda? Dokter Cantik! semoga saja, anda selalu di lindungi olehnya!" ujar Dokter BaiLy, seraya menatap sebuah benda, yang terpajang di dekat stir Mobilnya. Dokter BaiLy pun, mulai melakukan kendaraannya, untuk bergegas menuju tempat tinggal nya saat ini.
Sepanjang perjalanan, Dokter BaiLy pun, masih mengingat SaiLy yang masih belum sadarkan diri. Dan... Dokter BaiLy pun. Masih merasa bersalah kepada anak itu. "Namun" di tengah lamunannya Dokter BaiLy, sempat di halangi oleh sebuah Mobil hitam pekat. Yang sengaja menghalangi jalannya. Lalu siapa mereka?
bersambung...