Chereads / Dokter Baik ku Selamatkan hidupku / Chapter 16 - Virus apaan

Chapter 16 - Virus apaan

Benarkah jika penyakit Flu bisa menular? Jika menular, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus jauhi orang yang terkena Flu tersebut?

Cari jawabannya yuk! Dari Dokter BaiLy dan para rekan kerjanya.

Jika sebelumnya Dokter BaiLy sempat terkena virus Flu. Pasiennya... Kini Suster Cathy, malah ketularan virus cinta. Hah! Virus cinta... Maksudnya Virus cinta dari hatinya. Semakin hari bunga-bunga mulai tumbuh di hati Suster Cathy. Kira-kira... Virus cinta Suster Cathy menular gak ya?

Yuk kita cari tau!

Sore itu, Suster Cathy nampak rapih sekali. Dengan sedikit wewangian di pakaiannya itu. Wajah Suster Cathy pun, semakin terlihat berbeda sekali.

"Selamat sore Suster Cantik! Eh salah, Suster Cathy yang anggun." sapa Suster Keira yang semakin banyak nyindir padanya. "Eh sore juga Suster Risih! Risih banget sih, sore ini." ujar Suster Cathy kepadanya. Ya ampun.

Kenapa Suster Keira risih banget ya? dengan urusan Suster Cathy. Kira-kira bagaiamana perasaan Suster Cathy? setelah dia di sebut dengan sebutan Suster Cantik. Dengan Suster Keira, karena... sebutan itu, berasal dari Dokter BaiLy.

"Ya ampun! tobat banget deh, know you Cathy!" Suster Cathy semakin terasa dag dig dug saja hatinya. "Assalamu'alaikum! Selamat sore para Suster." sapa seseorang yang baru saja datang. Tepat sekali di belakang Suster Cathy, yang lagi mengutak-atik tangannya sendiri. "Eh, Suster Cantik!" gurau orang tersebut. Yang tak lain adalah, Dokter BaiLy yang baru datang. "Sudahlah! Suster Kei..." ucapan Suster Cathy pun, terhenti sesaat dia melihat ke arah belakangnya. "Ya ampun, tidak! ternyata orang yang aku bayangin kini sudah ada di depanku. Tidak! tidak!" Suster Cathy pun malah menggelengkan kepalanya sejenak. "Suster, apa yang terjadi dengan urat Saraf anda?" sedikit pertanyaan aneh, terlontar lagi kepada Suster Cathy, yang terlihat aneh.

"Tidak! Dok, saya... saya sedang berfikir. Ko tiba-tiba anda sudah ada di sini," Respons Suster Cathy seraya sedikit menutup wajahnya yang sedikit memerah."Suster Cathy.. .ini kan waktunya saya praktek. Apa salah?" ujar Dokter BaiLy padanya. Yang semakin heran dengan sikap Suster Cathy "Maaf Dok, saya lupa." ujar Suster Cathy, "Suster, saya serius! apa... tidak terjadi sesuatu dengan anda?" tanya Dokter BaiLy, seraya sedikit menyentuh dahi Suster Cathy. "Ahem! ada yang perhatian nih, dengan Suster Cantik!" sungkun Suster Keira kembali.

"Suster Keira..." teriak Suster Cathy seraya mengibaskan tangan Dokter BaiLy. Seketika Dokter BaiLy pun, terpentang jatuh ke meja. Dan... "Bluk!" Beliau pun tersungkur, dengan punggung terdengkur. "Suster..." teriak Dokter BaiLy kepada para asistennya yang sangat fosesif sekali. "I.. iya Dok! aduh, maafin saya Dok, anda tidak apa-apa kan?" sesal Suster Cathy, seraya menengadahkan kedua tangannya. Untuk mengangkat Dokter BaiLy.

"Sudah, sudah gak usah! cepat panggil para pasien. Di depan para pasien sudah banyak, kasihan mereka." titah Dokter BaiLy, yang sudah membenarkan posisinya. Dan beliau pun segera memakai seragam Dokternya itu. Benar sekali di luar sudah banyak sekali para pasien yang menunggu.

Suster Cathy pun segera mengambil satu berkas untuk memanggil pasien pertama Dokter BaiLy. Sementara Suster Keira mencari detail nama-nama pasien yang akan di panggil. Dan kebetulan para pasien ada yang sudah daftar online, ada juga yang mendadak mendaftar.

"Sus!" Tiba-tiba saja salah seorang pasien ada yang menerobos masuk. Entah apa yang akan di sampaikan pasien itu? "Iya Bu sebentar-sebentar ada apa ya? kami akan melayani Ibu. Apa ibu sudah daftar?" tanya Suster Keira sedikit panik dengan Ibu itu. "Aduh Sus maaf ya! Begini Sus, anak saya kritis di ruang pendaftaran. Dia mengalami sesak, dan nafasnya tidak bisa di atur." ujar Ibu itu, dengan nafas sedikit terengah-engah.

Para Suster pun, menyuruh Ibu itu. Untuk membawa anaknya di bawa ke IGD. "Sebentar Bu! Halo Sus, apa Dokter ada?" tanya Suster Keira kepada salah seorang Suster di Ruangan IGD. "Maaf Sus, Dokter sedang tidak ada Di IGD. Beliau sedang ada urusan mendadak. Ada apa sus?" tanya seorang Suster di Ruangan IGD. "Ini Sus. Di Ruangan pendaftaran, ada anak yang mengalami sesak nafas, dan sedang dalam keadaan kritis." ungkap Suster Keira dengan sedikit kepanikannya.

Lalu... apa Anak itu akan dapat tertolong? Lalu siapa yang akan menolongnya? Apa Dokter BaiLy yang akan menolongnya?

"Bagaimana Sus?" tanya Suster Cathy dengan sedikit harapanya. Suster Keira pun sedikit kebingungan. "Bu bawa saja dulu anak Ibu ke IGD nanti Dokter kesana!" ujar Suster Keira kepada Ibu itu. "Ya sudah makasih Sus!" jawab Ibu itu. "Sebenarnya Dokter di IGD sedang tidak ada!" ujar Suster Keira dengan sedikit penyesalan nya. "Apa? Lalu, siapa yang akan menangani anak itu? sedangkan..." Diskusi mereka pun terpotong oleh pasien Dokter BaiLy yang baru saja keluar dari Ruangan Dokter.

"Maaf Sus! ini berkasnya." ujar Ibu itu seraya mengulurkan berkasnya, Suster Cathy pun, menepak Suster Keira yang sedikit bingung. "Sus!" tegurnya. Suster Keira pun sedikit kaget. "Iya Sus. Eh maaf Bu! saya..." Suster Keira pun langsung mengambil berkas Ibu itu, "Ibu bisa tunggu di luar ya." titah Keira seraya merapikan berkas untuk tanggal berobat pasien selanjutnya dan untuk menebus resep di apotek. "Suster kasihkan ini ya! saya, mau bicara dulu dengan Dokter BaiLy!" titah Suster Keira seraya mengulurkan 2 cewir kertas untuk di berikan kepada ibu itu. "Baiklah Sus!" balas Suster Cathy padanya.

Sementara Suster Keira memasuki ruangan Dokter untuk membicarakan masalah Ibu yang anaknya kritis itu. "Iya Sus! Masuk." titah Dokter BaiLy kepada Suster Keira. "Dok, maaf sebelumnya. Barusan ada anak yang kritis dan kesulitan bernapas, di ruangan pendaftaran." ujarnya kepada Dokter BaiLy. "Anak, Kritis! bawa saja ke IGD. Kan di atas ada Dokter Keii!" ujar Dokter BaiLy seraya membaca komputer untuk membaca pasien selanjutnya. "Dokter Keii...tidak ada Dok! beliau sedang ada urusan mendadak." ungkap Suster Keira kepadanya.

Dokter BaiLy pun tidak ingin menelantarkan para pasiennya sejenak. Tapi, nyawa seseorang nomor 1 untuknya. Bagaimana Dokter BaiLy Menyigapinya? Sementara di luar para pasien sudah pada bergaduh. Separuh ada yang sudah berdiri di depan pintu, karena mereka sudah tidak sabar, untuk di tangani oleh Dokter BaiLy. Kira-kira bagaimana keputusan Dokter BaiLy?

"Permisi-permisi!" ucap Dokter BaiLy kepada Pasiennya yang sedang berdiri menanti nomor antriannya di panggil. "Itu Dokternya mau kemana sih? ko malah keluar." celetuk para pasien yang sedang duduk di sebuah kursi tunggu.

"Para pasien, maaf ya! pemeriksaannya di tunda dulu." ujar Suster Cathy kepada para pasien Dokter BaiLy. "Gimana sih, kami kan sudah lama menunggu di sini." keluh salah satu pasien, yang kebetulan sudah lama menunggu pemeriksaan putrinya. "Ibu-Ibu, saya mohon maaf... banget. Soalnya ada pasien yang darurat di ruangan IGD, sebentar! Dokter tidak akan lama ko. Saya harap, Ibu-ibu bisa mengerti ya?" ujar Suster Cathy pada pasien. Yang sudah pada mengeluh menunggu pemeriksaan nya Dokter.

Sementara Dokter BaiLy berlari tergesa-gesa menuju Ruangan IGD. Sedangkan para Suster sedang kewalahan menangani pasien tersebut.

"Mana sih ini Dokternya? Sus mana Dokternya, anak saya bagaimana ini?"

tanya Ibu itu seraya sedikit mengeluh. "Sabar ya Bu. Mungkin, Dokternya lagi di jalan menuju kemari!" Suster Novi pun, mencoba menenangkan Ibu itu. Yang sudah semakin tidak menentu hatinya.

"Mana pasien yang kritis itu?" teriak Dokter BaiLy. Seraya membawa peralatannya, "Sus! bisakah anda mengambilkan alat oksigen?" titah Dokter BaiLy kepada Suster Novi. "Suster Kei, tolong siapkan alat pemeriksaan detak jantung!" titah Dokter BaiLy kepada Suster Keira. Kenapa ya? kali ini Suster Keira semakin dekat saja dengan Dokter BaiLy. Mungkin tidak? jika Suster Cathy akan terbakar api cemburu.

"Dokter BaiLy, benar-benar seorang Dokter idaman ya. Selain arogan Dokter BaiLy juga punya rasa tanggung jawab yang besar terhadap pasiennya. Sunguh gigih sekali ya Dokter BaiLy, pantas saja... Suster Cathy sampai kepikat dengan dia." sanjung Suster Keira seraya sedikit tersenyum melihat Dokter BaiLy yang sedang menangani Pasien nya yang kritis. "Aduh! Apaan sih kamu ini Kei, sadar jika Cathy tau, dia pasti akan marah sama kamu." Gumam Suster Keira di dalam hatinya.

"Sus!" tegur Dokter BaiLy, kepada Suster Keira yang sedang tersenyum melihat dirinya yang sedang memeriksa pasien. "Iya Dok!" Suster Keira pun sedikit kaget mendengar Dokter BaiLy memanggilnya. "Sus, tolong ambilkan skekator milik saya!" titah Dokter BaiLy kembali padanya. "Baiklah Dok!" Suster Keira pun, mengambil skekator milik Dokter BaiLy. "Ini Dok!" lalu Suster Keira pun memberikannya. Dokter BaiLy pun kembali memeriksa kondisi pasien yang masih kritis tersebut. Tak lama kemudian anak itu pun, akhirnya bisa bernafas dengan sedikit tenang. Dokter BaiLy pun menuliskan resep untuk di beli oleh Ibu itu. "Ibu, sekarang ibu tidak usah khawatir dengan keadaan anak ibu. Soalnya anak ibu sekarang sudah sedikit membaik. Dan ini resepnya. Akan tetapi anak ibu harus di rawat dahulu sini. Karena... saya butuh kepastian keadaan anak ibu. Bagaimana? saya sih tidak memaksa, akan tetapi' jika anak Ibu tidak di rawat sementara, maka... Anak ibu." Dokter BaiLy pun sedikit berfikir dahulu. Takutnya perkataan nya sedikit menyinggungnya. "Takutnya sesaknya akan semakin parah. Dan, terpaksa anak Ibu harus di Rontgen." usul Dokter BaiLy sedikit menasehatinya.

"Dok, maaf tapi... saya tidak punya biayanya soalnya..." perkataan Ibu itu pun terhenti sejenak, oleh perkataan kembali Dokter BaiLy. "Soal biaya, biar saya minta kebijakan dari pihak Rumah Sakit. Begini bu, bagaimana jika anak Ibu kambuh lagi. Sesak nya, begini deh! tungguin dulu hasil Rontgen. Atau... Ibu Rontgen dahulu anak Ibu nanti, jika tidak ada hasil diagnosa yang positip. Anak Ibu boleh di bawa pulang." ujar Dokter BaiLy kepada Ibu itu.

"Soal biaya, biar saua pertimbangkan ya. Dengan pihak Rumah Sakit." ujar Dokter BaiLy yang terus menasehati Ibu itu.

kira-kira Ibu itu setuju tidak ya?

bersambung...