Chereads / Dokter Baik ku Selamatkan hidupku / Chapter 19 - Ketakutan Saira

Chapter 19 - Ketakutan Saira

Dokter BaiLy sengaja membawa SaiLy ke dalam minimarket. Walaupun Saira sedikit tidak setuju. Sementara itu Saira kembali mengingat masa lalu yang kelam sesaat Putri tunggalnya meninggal Dunia, karena di culik oleh orang-orang jahat, yang ingin meraup keuntungan dari organ tubuh SaiLa. Setelah SaiLa di ambil seluruh organ tubuhnya, SaiLa pun di buang oleh penculik tersebut ke sebuah kebun. Hingga akhirnya, SaiLa pun di temukan oleh polisi, dan akhirnya polisi pun memberi tau di mana SaiLa berada.

Saira yang mendengar kabar itu pun, tergesa-gesa berlari tak karuan. Sampai dia pun lupa, jika Saira sedang mendidihkan air. Dan air itu pun sampai kering. Dan terjadilah kebakaran di Rumah Saira tinggal saat ini. Jika saja tidak ada tetangga Saira yang lewat. Mungkin... rumah itu sudah menjadi tebu.Beruntunglah ada salah seorang tetangganya yang lewat. Tapi sayang api cukup besar dan menyebar luas ke bagian ruangan lain. Sehingga Rumah Saira pun di lingkari lautan Api.

Sementara Saira telah sampai ke tempat di mana, SaiLa berada. Dan di temukan oleh polisi. Seketika denyut nadi Saira pun, berdetak kencang melihat putri semata wayangnya itu. Lalu Saira pun menghampirinya dan berteriak Histeris, sekerasnya. "SaiLa..." teriak Saira yang sangat terpukul melihatnya kondisi putrinya. Sudah berantakan. Karena SaiLa di acak organ tubuhnya. "SaiLa, kenapa kamu bisa seperti itu putriku. Tolong bangunlah! kamu jangan bikin ibu cemas. Ibu yakin kamu masih hidup nak!" ucap Saira yang berteriak histeris di siang hari yang cerah namun tertutup senja.

Dari kejadian itu, Saira selalu ketakutan. Untuk melepas putrinya kepada orang lain. Karena dia takut, jika kejadian 3 tahun silam kan terulang lagi.

Menimpa SaiLy, dari itulah Saira selalu menemani putrinya kemanapun. Walaupun ke tepi jurang pun, Saira akan mengikuti putrinya itu. Asalkan SaiLy selalu tetap aman bersamanya, tanpa ada yang menyakitinya.

Sementara Dokter BaiLy, sedang asyik berbelanja di dalam minimarket. Bersama dengan SaiLy, bahkan SaiLy pun nampak senang sekali. Saat bersama dengan Dokter kesayangannya itu. Bagaimana tidak senang Dokter BaiLy pun tampak bahagia sekali sesaat membawa SaiLy berbelanja. Lalu... Kenapa mereka bisa sedekat itu?

"SaiLy kamu mau beli apa?" tanya Dokter BaiLy seraya tersenyum kepada SaiLy yang sedang melirik kesana sini. Nampaknya' SaiLy nampak kebingungan karena dia baru pertama kali di bawa ke tempat seperti itu. Dan SaiLy pun tampaknya senang sekali. Dan banyak sekali Dokter BaiLy membelikan makanan untuknya. "SaiLy apakah kamu senang bermain bersama saya?" tanya Dokter BaiLy kepada SaiLy seraya tersenyum penuh haru, "Namun" dalam hati kecilnya pun bergumam. "Kasihan sekali SaiLy, anak seusia SaiLy seharusnya lagi senangnya bermain bersama anak seusianya bahkan, mungkin... jika bisa SaiLy sekolah. Ya ampun, tapikan SaiLy masih belum bisa bicara. Bagaiama ya caranya agar Ibu Saira mau Therapy bicara SaiLy?" Dokter BaiLy pun sempat kebingungan sendiri, memikirkan keadaan SaiLy. "Dok..tel..!" tegur SaiLy dengan suara yang masih kaku. "Iya bidadari kecil ada apa?" tanya Dokter BaiLy seraya memperlihatkan kebahagaiannya.

SaiLy pun masih agak kaku bicara. Dan dia tak tau apa dulu yang harus di lontarkan dari mulut kakunya itu. "SaiLy, bicaralah bidadari kecil!" titah Dokter BaiLy kepada SaiLy yang mulutnya masih sulit berucap. "Ma.. A.. cih!" terlontarlah suara SaiLy mengucapkan terimakasih kepadanya. Dokter BaiLy pun, nampak mengeluarkan sedikit air matanya itu.

"Sama-sama bidadari kecil yang cantik." Dokter BaiLy pun sedikit mengusap rambut SaiLy yang agak sedikit berantakan. Lalu Dokter BaiLy pun kembali berkata dalam hatinya. "Ya Allah saya, benar tidak tega melihat SaiLy seperti ini. Semoga Bu Saira segerakan di sadarkan hatinya untuk Therapy SaiLy." harap Dokter BaiLy seraya berjalan menuju kasir. Tak lama kemudian Dokter BaiLy pun, keluar dari minimarket itu.

Nampaklah Saira sedang kebingungan dan merasa sedikit resah, menanti SaiLy keluar dari minimarket itu. Dengan harapan SaiLy bisa selamat dari orang yang di sangka olehnya ingin menculik SaiLy. "Namun" sangkaan buruk Saira pun salah. Dia lah yang terlalu terbawa suasana. SaiLy nampak senang sekali, dengan membawa sekantong belanjaan dari minimarket itu.

"SaiLy, akhirnya..." sambutan Saira pun di sela oleh Dokter BaiLy. "Ibu, boleh kah saya bertanya kepada Ibu Saira?" tanya Dokter BaiLy seraya duduk di dekat Saira yang semakin kebingungan. Dengan sikap egoisnya itu. "I... iya Dok. mau, tanya... apa?" tanya Saira seraya agak sedikit masih penuh dengan keraguan dalam hatinya itu.

Dokter BaiLy pun hanya sedikit tersenyum kepada Saira. Seraya menurunkan SaiLy yang masih ada dalam pangkuannya. "Begini Bu, ini..." Dokter BaiLy pun sedikit ragu untuk menjelaskan maksudnya itu. Takutnya Saira menolak rencananya lagi. "Dok!" apa yang mau anda jelaskan?" tanya Saira seraya mencoba meyakinkan dirinya untuk bertanya apa maksud Dokter BaiLy.

"Begini Bu saya mau bahas tentang keadaan SaiLy. Tentang Therapy bicara itu bu." tegasnya kepada Saira yang sedikit menundukkan wajahnya. "Maaf Dok. Saya... mau pulang dulu." tukasnya kepada Dokter BaiLy yang sedang membahas therapy bicara SaiLy. "Tunggu..! mau kemana anda pulang? bukannya anda di usir oleh Suami Ibu." tegur Dokter BaiLy.

"Kemana saja langkah kaki saya mengajak. Anda tidak perlu tau kemana saya mengikuti kaki saya membawa!" tegas Saira seraya terus melangkah. "Anda bisa ikut saya." Dokter BaiLy mencoba memberikan tawaran kepada Saira yang terus melangkah.

Serentak Saira pun menghentikan Langkah kakinya itu. Dan menengok kembali, ke arah seorang Dokter yang belum lama dia kenal. "Tinggal bersamanya...rasanya gak perlu juga. Aku tidak boleh merepotkan orang yang belum lama aku kenal." gumam Saira sedikit melihat ke arah Dokter BaiLy.

Dokter BaiLy pun hanya sedikit tersenyum penuh harapan. "Siapa tau saja Bu Saira, mau saya ajak tinggal di kosan saya. Karena saya harus membujuk Bu Saira agar beliau mau melakukan Therapy untuk SaiLy." harap Dokter BaiLy seraya melihat ke arah Saira yang masih menghentikan langkahnya yang di hatinya penuh dengan keraguan. Seraya masih melihat dari kejauhan ke arah seorang Dokter yang dia sangka orang jahat.

Saira pun akhirnya memutuskan untuk berjalan kembali mengikuti laju kakinya itu. "Tidak! aku harus pergi tidak boleh terbujuk oleh Dokter Baik itu." Saira pun kembali melangkahkan kakinya lagi. Entah kemana dia akan pergi, kemanapun alur kakinya itu melangkah Saira harus mengikutinya walaupun tidak tau kemana dia harus pergi.

"Ya Allah mereka mau pulang kemana? ini kan sudah terlanjur malam. Saya harus susul mereka." Dokter BaiLy pun berniat menyusul Saira untuk bisa ikut dengannya. Akan tetapi Saira pun tau jika Dokter BaiLy mengikutinya. "Dokter BaiLy, aku harus bersembunyi!" Saira pun bersembunyi di belakang drum bekas minyak. Untuk menghilangkan jejaknya tersebut.

"Astaghfirullah, kemana perginya sih, mereka pergi?" Dokter BaiLy pun kembali kebingungan untuk mencari Saira dan juga SaiLy. "Ya sudah saya besok saya harus mencari mereka kembali." ujarnya seraya memutar arah mobilnya kembali menuju Rumah kosan nya itu. Seraya memutar balik arahnya Dokter BaiLy pun masih berpikir apa sebenarnya yang terjadi dengan orang tua pasiennya itu. "Sebenarnya, apa yang telah terjadi dengan Bu Saira ya? sehingga beliau sangat ketakutan sekali saat SaiLy bersama dengan saya. hmm.. sepertinya ada yang di sembunyikan oleh beliau, di masa lalu beliau. Saya harus mencari tau masa lalunya, iya!" Dokter BaiLy pun tak hentinya berpikir untuk mencari cara menemukan misteri yang di sembunyikan oleh Saira.

Sementara orang yang sedang di pikirkannya itu, sedang berada di jalanan. Dan dia pun tidak tau, kemana dia harus mengikuti lajur kakinya itu. "Ya Allah aku memang ingin melihat anakku secepatnya berubah. Tapi' aku pun takut jika, anakku terjadi apa-apa dan aku pun, tidak mau kehilangan anakku lagi. Sama seperti hal yang terjadi kepada SaiLa. SaiLy Ibu tidak akan biarkan sesuatu terjadi kepada kamu nak! tapi Ibu yakin jika Allah akan segera berikan keajaiban untuk kamu." Saira terus menasehati hatinya sendiri dan berharap Allah memberikan keajaiban untuk putrinya itu. Tanpa harus mengikuti saran dari Dokternya itu.

"I..ibu." tiba-tiba saja, sedikit ucapan terlontar dari mulut SaiLy.

Dan Saira pun, sedikit tersenyum penuh haru melihat putrinya yang tiba-tiba saja memanggilnya, "SaiLy putriku! kamu... bisa memanggil ibumu, dengan sebutan Ibu? apa... aku tidak salah dengar?" tukas Saira seraya melihat ke arah putrinya itu.

"I... ibu, Dok... tel." ucap SaiLy dengan suara gagap dan cadelnya. Saira pun tersenyum penuh haru dan sedikit penuh harap. Semoga saja... ini awal SaiLy bisa melontarkan kata-kata satu kata, demi satu kata."SaiLy akhirnya kamu bisa berbicara satu kata demi satu kata. Ibu berharap Allah meridhoi rencana ibumu ini." harap Saira seraya menatap tajam ke arah putrinya itu.

Sementara di sebuah tempat seorang Dokter, di sebuah tempat sedang bergegas turun dari kendaran pribadi miliknya. Menuju senuah kosan yang sudah terpapang jelas, Lumayan megah juga. "Namun" bagi Dokter BaiLy tempat yang paling megah di dirinya adalah Rumah Sakit, ya... karena Rumah Sakit adalah tempat seperti istana untuknya. Di mana Dokter BaiLy bisa bertemu dengan banyak orang. Di mana tempat itu sangatlah luas. Misalnya Rumah Sakit Harapanku yang kini Dokter BaiLy singgahi. Dan di sana pun menjadi tempat paling mengesankan. Juga banyak sekali kenangan bersama orang di dekatnya. Di mana canda tawa, bahkan perjuangan menangani para pasien yang kritis menjadikan sebuah pengalaman yang drastis di hidupnya. Bahkan bisa membuat dirinya mengerti tidak mudah untuk menjadi seorang Dokter.

Bahkan semua Dokter pun, sama saja semuanya harus menghadapi para rintangan. Sejenak sesaat Dokter BaiLy turun terpapar jelas. Sebuah benda kecil tergantung indah di mobilnya. Dan benda tersebut menarik perhatian Dokter BaiLy dari pandangannya. Untuk kembali menghampiri mobilnya itu. Kira-kira benda apa yang menarik pandangan Dokter BaiLy sesaat sudah hampir saja mendekati gerbang kosannya itu?

bersambung...