Sebuah benda kenangan yang di berikan oleh orang yang pernah mengisi hidup ini. Memang sangat menyayat hati, apa lagi' jika benda itu pemberian dari orang yang spesial di hidup kita, mungkin bingkisan itu, akan di simpan rapi. Walaupun itu, kalung dari daun singkong sekalipun. Akan selalu kita simpan.
Begitulah dengan keadaan Dokter BaiLy saat ini. Beliau teringat dengan sahabat sekaligus rekan sejawatnya itu. Yang sempat memberikannya sebuah barang kenangan untuknya. "Dokter Clesia, apa kabar kamu Dok?" sekilas terlintas dalam benak Dokter BaiLy kepada seorang Dokter cantik, yang dahulu selalu menemaninya, di kala Dokter BaiLy berjuang, untuk bisa menjadi seorang Dokter seperti sekarang ini.
3 Tahun yang lalu...
"Hai BaiLy..!" tegur Dokter Clesia, kepadanya, sesaat Dokter BaiLy sedang menjalani ujian akhir menjelang kelulusan Kedokteran. Waktu itu, Dokter BaiLy sedang mengisi beberapa tugas, menghadapi ujian akhir semester. "Cles, sedang ngapain kamu di sini?" tanya Dokter BaiLy, seraya mrnunda dulu lembar ujian yang ada di tangannya itu. "Kebetulan lewat saja Bai, eh kamu sedang mengisi lembaran apa? ko kamu serius gitu." tanya Clesia sedikit tegas, "Ini Cles, aku sedang mengisi lembaran tentang tumbuh kembang anak, emm kamu sudah selesai mengerjakan tugas kamu?" ucap Dokter BaiLy seraya kembali bertanya.
Dokter Clesia pun, hanya sedikit tersenyum seraya, memperlihatkan beberapa lembaran tugas yang telah selesai dia kerjakan. "Hmm, aku juga belum ko." guraunya. Dokter BaiLy pun tidak percaya dengan apa, yang di katakan oleh sahabat seperjuangannya itu. "Coba aku lihat..!" hentak Dokter BaiLy seraya ingin mengambil lembar tugas Dokter Clesia.
"Hmm, ngapain sih kamu kepo banget. Lihat lembar tugasku? Eh iya, ngomongin tumbuh kembang anak.... aku punya solusinya." ungkap Dokter Clesia yang ingin sedikit membantu tugas Dokter BaiLy. "O, ya? Apa solusinya, tapi... kamu jangan bohong ya!" gercak Dokter BaiLy kepada Dokter Clesia, seraya mencubit hidungnya. "Idih... siapa sih yang mau bohongin kamu, lagian aku gak jadi deh. Kasih tau kamu." Dokter Clesia pub kembali bergurau. Sikapnya itu membuat Dokter BaiLy semakin penasaran.
"Ya sudah! gak apa-apa ko. Tapi kamu akan menyesal karena, aku bakalan cubit hidung kamu lagi. Mau?" ancam Dokter BaiLy seraya sedikit tertawa. "Apaan sih kamu ini Bai, memangnya... hidung aku ini kue cubit apa?" cetus Dokter Clesia sedikit kesal. "Hahaha... Cles, kamu tuh ya. Calon Dokter yang galak." Dokter BaiLy pun sedikit tertawa di akhiri gurauannya kembali.
"Apa kamu bilang? sudahlah aku mau kumpulin semua tugas yang sudah selesai. Kepada Pak Amar." ugkapnya, dengan tidak sadar dia pun keceplosan berkata padanya. Dokter BaiLy pun sedikit terhentak oleh ungkapan Dokter Clesia. "Tugas yang selesai? Maksud kamu, bukannya tugas kamu belum selesai," tanya Dokter BaiLy dengan rasa sedikit heran padanya. "Aduh..kenapa harus bilang aku setor tugas sama dia sih?" gercik hati Dokter Clesia.
Sementara Dokter BaiLy terus menatapi Dokter Clesia, yang malu karena sudah bohong, entah apa yang akan di harus di katakan kepada Dokter BaiLy. "Hem... ada yang sandiwara nih." sungkun Dokter BaiLy kepada Dokter Clesia, yang pura-pura. "BaiLy... iya sih! tapi, kamu gak marah kan?" ungkap Dokter Clesia kepadanya.
"Aku... gak akan marah ko. Asalkan..!" Dokter BaiLy pun mencoba membuat syarat kepada Dokter Clesia. "Ya baiklah, aku... tidak akan marah ko. Asalkan, kamu memberitahu aku soal tumbuh kembang anak. Gimana?" syarat Dokter BaiLy kepada Dokter Clesia.
Dokter Clesia pun tidak punya pilihan lain, apa lagi dia sudah berjanji. "Baiklah calon Dokter rese." ucap Clesia seraya sedikit mengejeknya. Dokter BaiLy pun malah ketawa, "Hahaha kamu tuh, ya udah..!" Akhirnya Dokter Clesia pun memberi tahu kepada Dokter BaiLy tentang tumbuh kembang anak. Memang Dokter Clesia selalu saling menyemangati saat mereka belum lulus kedokteran, canda, tawa, suka dan duka. Selalu ada di perjuangan mereka, sampai Dokter BaiLy menjadi seorang Dokter sekalipun.
Begitu banyak sekali kenangan yang tersimpan rapi di diri mereka. Yang mungkin tak mungkin di lupa sampai kapan pun juga. Dokter BaiLy pun lupa jika hari sudah semakin larut malam. Beliau pun cepat memasuki Kosannya itu. Sang senja pun semakin menyelimuti malam itu.
Tak terasa sang lembayung pun mengiringi pulangnya sang senja, dan nampaklah, sang Mentari tersenyum menyambut pagi yang indah. Dokter BaiLy pun, kembali bersiap membuka tirai hari yang cerah, di pagi yang sangat ceria sekali, seperti embun pagi yang sejuk menyelimuti dedaunan. "Selamat pagi Dunia..." ucap Dokter BaiLy yang terhenti, karena terlihat jelas di depannya. Seorang Wanita berambutkan lurus hitam pekat. "Wanita itu, Dokter Clesia.." tegur Dokter BaiLy seraya turun dari ruangan nya. Menuju halaman kosan.
"Dokter Clesia..." tak henti Dokter BaiLy mengejar wanita itu. Sampai ia pun lupa, jika dia belum mengenakan pakaian luar. Hanya kaos dalam saja yang beliau kenakan. "Ahem... Ada cowok perkasa banget tuh." ujar para wanita kosan yang kebetulan sedang berjemur di bawah sang mentari pagi.
Dokter BaiLy pun tak menghiraukan nya, beliau pun meneruskan langkahnya untuk mengejar wanita itu. "Cles... tunggu Clesia!" teriaknya kembali kepada wanita yang terus berjalan lambat tanpa mau berhenti. "Siapa sih itu Wanita? Astaghfirullah... jangan-jangan saya mulai berhalusinasi." gumam hati Dokter BaiLy seraya menghentikan langkahnya itu. Dan beliau pun baru tersadar jika dirinya tidak mengenakan pakaian luar, "Kenapa sih Ibu-Ibu itu pada melihat ke arah saya? Astaghfirullah, saya baru sadar jika saya tidak mengenakan pakaian luar. Pantesan Ibu-Ibu itu melirik ke arah saya dari tadi." ujarnya.
Dokter BaiLy pun, merasa malu sesaat semua orang melirik ke arahnya. Di
mana kewibawaan Dokter BaiLy sebagai seorang Dokter? beliau pun segera berlari tergesa-gesa menuju kosan nya kembali. "Astagfirullah... ada apa sih
dengan pikiran saya pagi ini, semuanya gara-gara Dokter Clesia. Sudahlah!
mendingan saya segera ke kamar mandi. Sebentar lagi saya, harus memeriksa para pasien saya." Dokter BaiLy pun segera menuju ke kamar mandi, untuk
bersiap menuju Rumah Sakit. Karena beliau harus memeriksa para pasiennya yang sedang menjalani perawatan.
Akhirnya Dokter BaiLy pun selesai bersiap. Para ibu-Ibu pun menatap penuh kagum padanya. "Pagi Ibu-Ibu mau pada ke kebun ya?" sapa Dokter BaiLy kepada para Ibu-ibu tersebut. "Namun" para Ibu-ibu itu tidak membalas kata sapa dari mulut Dokter BaiLy, para Ibu-ibu itu pun, hanya menatap penuh kagum kepada Dokter BaiLy, yang sudah berdandan serba rapi. Semakin terlihat wajah Dokter BaiLy yang arogan dan tampan. Membuat para Ibu-ibu itu melotot tanpa berkedip sedikitpun. Hahaha namanya Ibu-ibu kampung. Pasti mereka akan kedodoran jika lihat yang cemerlang.
Dokter BaiLy pun tak menghiraukan para Ibu-ibu itu lagi. Beliau pun segera menyalakan mobilnya kembali, untuk menuju Rumah Sakit Harapanku. Sedikit terdengar sedkit ocehan para Ibu-ibu. "Ibu, kalau kita punya menantu kayak Dokter anak itu. Mau Ibu apain tuh?" tanya seorang Ibu-ibu itu. "Hei Eno, kamu ngaca dong! anak kita seperti apa? mana mau seorang Dokter mau menjadi mantu dari keturunan seperti kita. Mikir!" ujar si Elin kepada si Eno. "Ih, siapa tau nasib itu di tangan tuhan." oceh si Eno lagi.
Sementara Dokter BaiLy pun sudah semakin jauh dari pedesaan itu. Selama di perjalanan Dokter BaiLy pun mengalami kejadian yang membuatnya hampir berhalusinasi kembali. "Sudah jam berapa ini? Ya ampun waktu menunjukan sudah hampir jam 8 pagi, lumayan sudah siang juga nih." Dokter BaiLy pun secepatnya mengebutkan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga ada seorang wanita yang hampir saja tertabrak. Beruntunglah Dokter BaiLy segera mengerem mobilnya itu. "Saya, harus secepatnya sampai nih." ucap Dokter BaiLy namun tiba-tiba saja... seorang wanita menyebrangi jalanan yang di lewati oleh Dokter BaiLy.
"Awas..!" teriak Dokter BaiLy kepadanya, seraya bergesa menginjak rem nya.Wanita itu pun, langsung terhenti langkahnya. Dokter BaiLy pun turun untuk melihat keadaan wanita, yang hampir tertabrak itu. "Anda tidak apa-apa kan?" tanya Dokter BaiLy, seraya ingin melihat wajah wanita itu. Lalu siapa sebenarnya wanita itu? Apakah ada hubungannya dengan wanita tadi pagi?
bersambung...