Chapter 18 - Dilema

Bagaimana jadinya, jika seorang sahabat yang dekat dengan kita. Sama-sama mengagumi seseorang, yang kita kagumi? Apakah kita akan menerimanya? Atau... persahabatan kita jadi berantakan? Karena laki-laki tersebut. Baiklah! kita cari tau saja dari Dokter BailLy, Suster Cathy, dan juga Suster Keira. Yang saat ini, berada di antara cinta segitiga yang membuat mereka berada dalam sebuah dilema persahabatan.

Sebuah pemandangan yang bikin gerah. Membuat Suster Cathy merasa terbakar hati nya. Sesaat dia melihat Suster Keira pulang bersama dengan Dokter BaiLy. "Ngapain sih Si Keira, pulang bareng dengan Dokter BaiLy? kaya gak ada mobil lain saja." gumam hati Suster Cathy, dalam hatinya.

Suster Cathy pun, mencoba menghentikan mobil yang di kendarai oleh Dokter BaiLy. "Ahmm, Sus! Buka..!" teriak Suster Cathy seraya mengetuk kaca pintu mobil Dokter BaiLy. Seketika Dokter BaiLy pun di buat kaget lagi dengan teriak Suster Cathy, yang menghentikan perjalanan beliau bersama Suster Keira. "Hei... Suster Cathy! ngapain anda halangin jalan saya?" tanya Dokter BaiLy seraya, sedikit membuka kaca mobilnya.

Suster Cathy pun hanya tersenyum, seraya berkata. "Dok, emm maaf Dok! saya..." jawab Suster Cathy pun terhenti oleh Suster Keira, yang membuka pelan kaca mobilnya. "Suster Cantik, ngapain kamu ikuti saya?" tanya polosnya seraya menepuk pundak Suster Cathy. "Suster, turun sekarang juga!" cetus Suster Cathy, seraya berusaha membuka pintu mobil, milik Dokter BaiLy.

Dokter BaiLy pun, yang mendengar cetusan Suster Cathy, mencoba berkata.

"Suster, apa yang terjadi dengan anda? kenapa anda menghalangi jalan kami, apa salah, jika saya... ingin mengantarkan Suster Keira? saya kasihan melihat dia sendirian. Menunggu kendaraan umum lewat. Makanya..." ups' terhenti lagi deh, perkataan Dokter BaiLy, yang menjelaskan semuanya.

"Sudah lah Sus! ayo turun biar aku yang anter. Ok!" ucap Suster Cathy seraya menarik ulur tangan Suster Keira. "Tapi Cat..." Suster Keira mencoba menolak ajakan Suster Cathy. Tapi... "Sudahlah, sekarang kamu ikut aku. Ada yang perlu kita bicarain! tapi di mobilku." kata Suster Cathy seraya tetap menarik paksa Suster Keira.

"Suster..." teriak Dokter BaiLy pun, tak di respons mereka lagi. Dokter BaiLy pun menyalakan kembali mobilnya. Untuk melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Rumah kosannya. "Ada-ada saja sih dengan Suster Cathy. Kenapa dia jeles banget sih?" Dokter BaiLy pun berpikir sejenak melihat sikap Suster Cathy, yang menunjukan sikap rasa cemburunya melihat mereka.

Sementara para Suster sedang mendiskusikan sesuatu di dalam mobil temannya itu. "Cathy, ada apa sih kamu... menarik saya untuk masuk mobil kamu? kan kamu tau, jika aku mau pulang. Sudah malam ini kan." sedikit tanya terlontar dari mulut Suster Keira. Tapi... Suster Cathy pun, mengutarakan perasaan kesalnya terhadap Suster Keira. "Kamu tau kan? jika aku mengagumi Dokter BaiLy, dan kamu tau kan... jika Aku sangat berharap padanya." ungkap hati Suster Cathy kepada Suster Keira seraya menunjuk dirinya. "Iya, aku tau ko tenang saja Cat, aku tidak akan menghalangi jalan kamu ko. Aku cuma..." belum usai Suster Keira berbicara, Suster Cathy pun sudah menyela kembali perkataan Suster Keira.

"Sudahlah! jujur saja, kamu naksir kan dengan Dokter BaiLy?" sedikit pertanyaan kecil. Yang membuat Suster Keira tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, Sus! kamu cemburu ya, sadar Dong Sus! Aku memang mengagumi Dokter BaiLy, tapi bukan dari hatiku, tapi dari segi pribadinya sebagai seorang Dokter, bukan berarti aku naksir Cat. Mungkin para orang tua pasien juga sama... mengagumi beliau." ujar Suster Keira mengungkapkan semuanya.

Suster Cathy pun, masih tidak percaya. Lalu dia pun kembali berkata dengan nada sedikit rendah. "Emm... Memang, tapi jika kelamaan bersama, kamu juga bisa jatuh hati sama Dokter BaiLy. Ingat Kei! hargai perasaan aku, ingat!" Suster Cathy mencoba menasehati sahabatnya. Karena, dia tidak mau ada orang lain yang sama naksir dengan Dokter BaiLy.

"Dokter masih banyak... Suster Cantik! ngapain aku harus gebet Dokter yang setempat, tempat kerjanya dengan aku? aku bisa saja deketin Dokter lain. Tapi... aku tidak punya niat, untuk mencari gebetan seorang Dokter. Ngerti?" sedikit ungkapan hati Suster Keira terlontar jelas di mulut Suster Keira.

Pesimis banget sih sikap Suster Cathy. Apakah dia bisa mendapatkan cintanya Dokter BaiLy? ataukah semuanya berbalin fakta.

Lain hal dengan Dokter BaiLy. Saat ini beliau masih berada di perjalanan.

Di sepanjang perjalanan, Dokter BaiLy pun, berhenti sejenak. Untuk membeli beberapa, jenis makanan, untuk beliau sarapan pagi. "Setelah selesai praktek, laper juga nih perut. Kebetulan nih, ada minimarket dekat sini." ujar Dokter BaiLy seraya menghentikan mobilnya sebentar.

Sementara di seberang mini market, ada seseorang yang sedang memungut, bekas makanan. "Lumayan juga, bekas makanan ini. Untuk kumpulin buat pengobatan SaiLy." ucap orang tersebut, seraya memungut bekas makanan dan minuman itu. Lumayan banyak juga pendapatan orang itu. Yang tak lain adalah Saira ibu dari SaiLy. Pasien kesayangan Dokter BaiLy. Kira-kira mereka akan di pertemukan gak ya? Saira pun telah banyak memungut bekas makanan dan minuman itu. Lalu, dia pun berkata. "Putriku yang cantik, Ibu sudah punya bahan untuk kita jual, karena 2 hari lagi kamu kontrol." ujar Saira seraya menggendong SaiLy, yaang sudah terlalu lelah hari ini.

Sementara Dokter BaiLy, yang hendak turun dari mobilnya tersebut. "Lebih baik, saya beli bahan makanan untuk saya sarapan pagi, loh siapa sih itu orang? yang sedang menggendong anak, kasihan sekali." tanya hati Dokter BaiLy seraya bergegas menghampiri orang yang sedang memungut bekas makanan tersebut. Yang tak lain adalah Saira, ibu dari pasiennya itu.

"Tunggu Bu..!" teriak Dokter BaiLy yang sedang bergegas menghampiri mereka. Beliau pun tidak menyadari, jika orang yang sedang memungut sampah tersebut, adalah orang yang sedang beliau cari. Tadi pagi ia cari.

"Bu... tunggu! saya..." ucap Dokter BaiLy pun terhenti, sesaat beliau melihat orang yang di tegurnya itu' adalah Saira. "Dok... ter BaiLy." ucap Saira seraya menghentikan langkahnya itu. "Astagfirullah' Ibu Saira, kenapa Ibu ada di sini?" tanya Dokter BaiLy, yang sedikit menatap penuh haru.

"Dok, saya... saya sebenarnya, sudah lama di usir dari Rumah." ungkap Saira kepada Dokter BaiLy. "Astagfirullah, apa yang sebenarnya terjadi pada kalian? sehingga kalian di usir dari Rumah." tanya Dokter BaiLy yang sedikit penasaran mencari tau, apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka.

Sangat sulit sekali, untuk Saira bercerita padanya. Karena Dokter BaiLy bukan siapa-siapa mereka. Untuk apa Saira menceritakan semuanya. Percuma Dokter BaiLy tidak mungkin membantu mereka. "Maaf Dok! saya tidak bisa bercerita kepada Anda. Soalnya..." ucapan Saira pun terpotong oleh Dokter BaiLy,

"Bu Saira, Anda tidak perlu tertutup kepada saya. Soalnya saya tidak suka jika ada orang yang tidak mau terbuka dengan saya! maka dari itu, Ibu Saira berceritalah. InsyaAllah jika saya mampu, saya akan membantu anda." ucap Dokter BaiLy, seraya meyakinkan hati Saira.

Saira pun masih sangat bingung. Harus jujur kepada seorang Dokter yang kini ada jelas di depannya. Apa pedulinya beliau terhadap keadaan mereka' pikir Saira seraya masih terus berfikir. "Ngapain sih saya cerita kepadanya?" tanya hati Saira seraya, mencoba menjauhi pandangan Dokter BaiLy. "Ibu, ya sudah jika Ibu tidak mau bercerita kepada saya. Saya tidak akan memaksa! oh iya Saira, saya mau ajak kamu beli makanan? Bu apa boleh saya pinjam dulu Saira, bolehkah?" tanya Dokter BaiLy, seraya ingin menuntun SaiLy, yang hanya terdiam tanpa berucap apapun pada nya.

"Baiklah! tapi tolong kembalikan anak saya." balas Saira dengan rasa cemasnya kepada Dokter BaiLy. Walaupun Dokter BaiLy sebenarnya tulus membantu mereka. Akan tetapi' ketakutan Saira masih menghantuinya. Entah apa yang membuat Saira ketakutan untuk melepas SaiLy? Apa ada sesuatu yang tersembunyi?

4 tahun silam

....

Pada 4 tahun yang lalu... Saira sempat memiliki seorang putri selain SaiLy, dan dia bernama SaiLa. Dan dia pun, saat itu berusia 3 tahun sama seperti SaiLy saat ini. Akan tetapi, SaiLa sedang pandainya berbicara dan sangat menggemaskan sekali, dengan rambut terikal 2.

Mengenakan pakaian serba merah muda, membuat ibunya gemas padanya. Akan tetapi seseorang mencoba mendekati SaiLa.

Dan mereka pun membujuk SaiLa untuk bisa mereka bawa pergi.

"Halo! nona kecil yang cantik, mau permen tidak?" tanya seorang pria yang mengenakan kaos merah, "Permen apa ini?" tanya polos SaiLa seraya mengambil satu permen tersebut. "Ini permen spesial, untuk nona kecil yang cantik!" ujar seorang pria tersebut seraya membuka bungkusan permen tersebut.

SaiLa pun memakan permen tersebut, dengan lahapnya karena waktu itu SaiLa masih polos dan tidak tau, mana orang yang jahat. Dia hanya bisa menikmati pemberian dari orang lain. "Terima kasih ya om." ucap SaiLa seraya melahap permen yang sudah di kupas itu.

orang itu hanya tersenyum seraya melihat hasil nya. Tak lama kemudian SaiLa pun terkapar tidak sadarkan diri. Dan pria itu pun,

langsung bergegas membawa SaiLa pergi jauh.

Sementara Saira baru sadar, jika putrinya tidak ada di dekatnya.

"SaiLa... kamu di mana nak?" gerutuk Saira seraya bergegas pergi mencari SaiLa, dan semua belanjaan pun dia simpan. Karena dia takut jika SaiLa akan hilang. Saira pun mencoba mencarinya ke seluruh pasar. Akan tetapi, SaiLa pun, tak kunjung di temukan.

Sudah lebih 2 minggu SaiLa menunggu kabar dari warga, dan Saira

pun sempat menyebar poster, bahkan melaporkan pada polisi. Dan semua warga, "Ya Allah, saya harus cari kemana lagi putri hamba. Sedangkan ayahnya, sampai sekarang belum kembali juga. Apa harus saya telepon ayahnya? tidak! labih baik saya tidak menggangu nya dahulu." gerutuk hati Saira, selang waktu 1 minggu kemudian.

"Permisi..!" suara seseorang terdengar di daun telinga Saira. Saira pun segera bergegas mendekati daun pintu, berharap ada kabar baik di hari itu, akan tetapi sesaat Saira membuka pintu, terlihatlah beberapa orang polisi berdiri dihadapannya, tanpa membawa apa pun di tangannya. "Selamat siang Bu Saira, apa benar ini rumah Bu Saira?" tanya polisi kepada Saira yang kini berdiri tegak di depan para polisi. Berharap para polisi itu membawa kabar baik, akan tetapi...

bersambung...