Chereads / Dokter Baik ku Selamatkan hidupku / Chapter 8 - Tentang Anak itu

Chapter 8 - Tentang Anak itu

Darvi seorang Suami dari Saira, sekaligus Bapak dari SaiLy. Sungguh tidak bisa di terka, sikap Darvi kepada Anak dan juga istinya tersebut. Dia selalu saja bersikap kasar terhadap istrinya. Tak pernah melihat perjuangan istrinya, di dalam merawat SaiLy bahkan sampai keadaan Saira pun, harus serba berubah. Karena waktu yang selalu dia habiskan untuk putrinya itu.

"Sudahlah! saya mau cari makan di luar. Istri macam apa kamu? kamu itu, cuma istri tidak berguna." cetusnya seraya berjalan menuju keluar. "Pak! bapak mau kemana?" tanya Saira kepada Darvi yang ingin beranjak keluar, "Terserah saya! ini, bukan urusan kamu, istri gak becus!" cetus nya kembali. "Pak!" teriak Saira kembali kepada suaminya itu.

"Astaghfirullah, Ya Allah ampunilah hambamu ini." pekik Saira, apakah pantas seorang istri selalu di tekan, dan selalu di salahkan oleh semuanya. Apa? hanya istri saja, yang pantas di hina dan selalu di rendahkan di depan suaminya. Bukankah seorang istri seharusnya di mengerti. Akan tetapi sikap Darvi kepada Saira, membuat Saira selalu tertekan setiap harinya itu.

"Istri macam apaan sih, Saira? bikin saya tambah gak betah saja." keluh Darvi dalam perjalanan. Akan tetapi, sesaat Darvi berjalan tanpa melihat kesana kemari. Tiba-tiba saja... "Bruk," Darvi pun tertabrak oleh sebuah Mobil. Beruntunglah Mobil tersebut tidak terlalu mengebut. "Woi, anda punya mata tidak, menyetir." teriak Darvi kepada pemilik mobil tersebut. "Maaf, saya... tidak sengaja. Saya, sedang terburu-buru. Maaf ya!" ucap seseorang yang tak lain adalah Dokter BaiLy, "Maaf-maaf... jika saya mati bagaiamana? hah, apa anda mau tanggung jawab!" cetus Darvi kepada Dokter BaiLy. "Pak! saya sangat minta maaf." ucap Dokter BaiLy kembali.

Maaf! bagi Darvi maaf itu, bukan penutup kesalahan. Yang ada, ini malah jadi kesempatan untuk Dia. "Tunggu-tunggu, dia seperti orang kaya deh! Apa... harus saya manfaatin nih orang?" ujar hati Darvi bergumam. Apa yang akan di rencanakan Darvi, kepada Dokter BaiLy? "Baiklah, saya maafkan. Tapi... saya minta uang ganti rugi!" ujarnya krapda Dokter BaiLy. "Baiklah! berapa uang yang anda butuhkan?" tanya Dokter BaiLy kepada Darvi.

"35$, gimana apa... anda mau, memberikan uang segitu kepada saya?" utasnya. Dokter BaiLy pun, sedikit berpikir. Akan tetapi... demi kebaikannya, dia pun rela berkorban. Apa lagi, dia sedang terburu buru. "Baiklah. Akan saya berikan." Dokter BaiLy pun memberikan secuwir kertas, yang di dalam nya tertulis jumlah uang. Untuk di ambil oleh Darvi. "Ok! lain kali, tabrak orang lagi ya Bay!" ujar Darvi seraya berlalu pergi. "Astaghfirullah... masih ada ya, orang semacam itu. Sudahlah! saya harus segera menemukan anak itu secepatnya." tukasnya seraya menghampiri mobilnya kembali. Lalu beliau pun berlalu menuju masjid yang selalu di pakai untuk Faiz mencari korbannya.

Tak lama kemudian, Dokter BaiLy pun, sampai di tempat tujuannya. Yaitu masjid, yang semalam di pakai beliau untuk sembahyang. Akan tetapi... tidak ada penampakan anak itu. Yang ada... hanya para anak lain sedang bermain. Di depan masjid tersebut. "Kemana anak itu ya? apa... entar malam saja kali ya! saya ke sini lagi? iya entar malam saya, akan kesini lagi." ujarnya seraya berlalu pergi.

Tepat jam 15.00 sore. Dokter BaiLy, pun seperti biasa melaksanakan praktek di Rumah Sakit Harapanku. Wajah para wanita seperti biasa memperhatikannya. Tanpa berkedip sedikit pun. Melihat Dokter BaiLy mengenakan kemeja berwarna putih. Dan juga celana yang selalu beliau gunakan untuk praktek. "Siang Ibu-ibu..." ucap Dokter BaiLy kepada Ibu-ibu itu. "Si... siang Dok!" ucap balik Ibu-ibu itu.

Dengan mata yang tak bisa berkedip melihat Dokter BaiLy. Kali ini, Semua pasien Dokter BaiLy, para ibunya mempercantik dirinya. Astaghfirullah... mau mengobati anaknya atau mau cari suami lagi sih? hahaha. Lucu ya. "Sore Dokter Cinta!" ucap salah seorang Ibu-ibu kepada Dokter BaiLy. "Maaf Bu! saya Dokter Spesialis Anak. Bukan... Dokter cinta! ada-ada saja sih ibu ini, hahaha." tukasnya seraya berjalan menuju Ruangan Poli anak. Tak disangka, olehmya. Jika pintu yang akan beliau masuki... pintunya tertutup. Dan... "Bruk." Dokter BaiLy pun, menubruk pintu dahinya. Hingga... Dokter BaiLy pun, terjatuh di depan para Suster. "Aw... Dok! tidak apa-apa?" tanya Suster Cathy dan Suster Keira. "Kenapa pintu nya di tutup!" cetus Dokter BaiLy seraya mencoba bangun. "Dok! biar saya bantu ya!" tanya Suster Cathy kepadanya. "Gak! gak usah, sudah. Saya bisa bangun sendiri." cetusnya seraya mengibaskan tangan Suster Cathy. "Rasain tuh, sok-sokan bantuin Dokter. Di tolak kan, haha..." sindir Suster Keira. "Kei, bisa diam gak jaga mulut kamu ya!" cetus Suster Cathy kepadanya. "Tumben nih ngambek... " baru saja mereka silih menyindir. Tiba-tiba saja.

"Sus... segera panggil para pasien. Kasihan mereka." titahnya kepada para Suster. "I... iya Dok!" jawab para Suster kepada Dokter BaiLy yang sedang bersiap-siap untuk pemeriksaan pasien pertamanya. Masuklah salah satu pasien, dan lucunya. Pasien pertama yang kebagian nomor pertama, ialah Ibu yang tadi menyapa Dokter BaiLy. Hahaha, gimana jadinya nih? "Ananda..." Baru saja Dokter BaiLy, ingin menyapa pasien nya tiba-tiba saja... "Sore, Dokter Cinta!" ucapnya lagi, Dokter BaiLy pun menengok ke arah suara yang memanggilnya Dokter Cinta. Dan... "Astaghfirullah... ada badut lagi nih!" gumam hati Dokter BaiLy. Seraya menutupi mulutnya. Yang ingin tertawa. "Baiklah, anak ini... baru pertama ya! datang ke Rumah sakit ini?" tanya Dokter BaiLy, seraya memperhatikan Dokumennya. Ibu itu pun hanya terus memandangi Dokter BaiLy, "Bu... anak ibu?" pertanyaan Dokter BaiLy pun terpotong oleh Ibu itu. "Iya sayang... ini anak kita!" jawabnya dengan jawaban yang tidak nyambung.

Para Suster pun hanya tertawa. "Hahaha, Bu... kapan Ibu menikah dengan Dokter BaiLy?" tanya Suster Keira seraya tertawa. Dokter BaiLy pun sedikit marah. "Ibu... saya, bertanya serius ya bu. Bukan bahas yang tidak nyambung. Jika anak Ibu tidak sakit bawa pulang saja! Maaf." cetus Dokter BaiLy, yang agak sedikit jengkel, dengan ucapan Ibu itu. "Dok... Bagaimana, dengan hubungan kita?" tanya Ibu itu memaksa. "Astaghfirullah... Ibu, cepat ibu keluar. Kasihan pasien lain sudah menunggu. Paham!" tukasnya kepada Ibu itu. "Apa Ibu ini sudah gila atau tuli sih?" tanya Dokter BaiLy, dengan rasa aneh dan jengkelnya, kepada Ibu itu.

"Sus! panggil pasien berikutnya!" titah Dokter BaiLy kembali. Kepada Suster. Sedangkan Ibu itu menuju luar ruangan. "Bu, Ibu istrinya Dokter BaiLy ya?" lelucon Suster Keira. "Tidak! tapi beliau Dokter cinta saya!" jawabya datar. "Hahaha... Ibu waras atau kurang waras?" ujarnya. "Sus! dengar saya tidak?" cetus Dokter BaiLy, yang kesal mendengar lelucon para susternya itu. "Baiklah Dok. Maaf!" ucapnya seraya mengambil satu Dokumen. "Aneh banget sih, tidak Suster, tidak pasien, sama saja tingkahnya. Di sini ada Dokter jiwa gak ya!" pikir Dokter BaiLy, dengan sedikit bingung.

"Sore Dok!" sapa seorang pasien kepadanya. "Ya Bu, sore juga! menurut data di dalam berkas anak ibu, mengalami tipes ya Bu!" ujarnya. "Ya Dok!" jawab Ibu itu, "Sekarang bagaimana keadaan nya? apa... sudah membaik." tanya Dokter BaiLy kepada Ibu itu.

"Sekarang alhamdulilah sudah agak sedikit membaik Dok!" jawabnya. "Syukurlah, untuk sementara waktu. anak Ibu tidak boleh mengkonsumsi beberapa jenis makanan tinggi kalori yaitu... :

Kacang pistachio, kismis, tepung kelapa, dan cokelat "Namun" bukan berarti tidak diperbolehkan makan sama sekali makanan yang mengandung kalori. Karena tubuh juga membutuhkan itu. Hanya saja... tidak boleh diporsir untuk mengonsumsi makanan berkalori dalam jumlah yang banyak. Dalam sehari, selama sedang menderita tipes." nasehat Dokter BaiLy kepada Ibu itu. "Lalu... makanan apa saja Dok, yang boleh di makan?" tanya Ibu itu kembali. "Makanan yang boleh di konsumsi, ialah Daging ayam bagian dada, hati ayam

telur, ikan, tahu dan tempe." nasehat Dokter BaiLy kepada Ibu itu. "Baiklah Dok! terima kasih." ucap Ibu itu, "Ya sama-sama, apa... ada yang perlu di tanyakan lagi?" tanya Dokter BaiLy, "Tidak Dok! Terima kasih!" ucapnya kepada Dokter BaiLy. " Ya, Sama-sama... astaghfirullah, ngapain sih itu Suster pada ngintipin?" tanya Dokter BaiLy dalam hati. "Sus ini berkasnya!" ujar Ibu itu seraya memberikan dokumen nya, kepada Suster Keira. Sementara Suster Cathy memanggil pasien lain. "Bu, entar kesini lagi... tgl 15 ya, dan ini untuk resepnya. Semoga sehat Bu." ujarnya seraya memberikan 2 cuwir kertas, untuk Ibu itu. "Terimakasih Sus!" ucap Ibu itu. "Ya sama-sama, Bu!" balasnya, seraya tersenyum ramah.

Pasien demi pasien pun, telah Dokter BaiLy periksa. "Sus, semua pasien sudah saya periksa. Dan... saya pulang dulu ya!" ucapnya.

"Tunggu Dok!" teriak Suster Cathy lagi. "Ada apa Sus? setiap kali saya mau pulang, kamu selalu panggil saya. Ada apa sih?" tanya Dokter BaiLy kepada Suster Cathy. "Dok, ini... saya punya sedikit makanan untuk bekal anda!" ujar Suster Cathy. seraya memberikan semangkok makanan. "Sus! gak usahlah..." baru saja, Dokter BaiLy, ingin bicara. Terpotong oleh Suster Cathy, " Sudahlah Dok! Terima saja. Saya... ikhlas!" ucapnya. Suster Keira, yang melihat pemandangan itu pun, sedikit menyindir. "Hm, terima saja Dok. dari calon istrimu tuh, Eh maaf! apa anda sudah menikah?" tanya Suster Keira, "Apa, menikah. Hahaha, Sus saya... baru saja lulus kedokteran, jadi saya belum punya rencana menikah." tukasnya, seraya tertawa. "Aduh Dok! kebetulan Si Cathy ini..." Suster Cathy pun menutup bibir Suster Keira, yang lancang. "Sudahlah Dok! jangan dengerin ucapan si lancang ini ya!" ujarnya seraya tersenyum. "Ya sudah, terima kasih, atas makanannya. Saya pamit duluan ya! Assalamu'alaikum." ucap nya, seraya membawa makanan dari Suster Cathy. "Kei, jika bicara tuh jaga. Gimana sih!" cetusnya seraya membereskan berkas.

"Suster Cathy, semakin aneh saja ya. Dan apa maksud dia? memberikan makanan ini, mencurigakan." tanya dalam hatinya. Yang melihat keanehan dari Suster Cathy. Lalu... apa yang ada dalam pikiran Suster Cathy kepada Dokter BaiLy? apakah dia memiliki perasaan khusus. "Lumayan juga, tapi ini makanan. Buat bekal ku, di perjalanan." utasnya seraya menyimpan makanan dari Suster Cathy, beliau pun, melanjutkan kembali perjalanan.

di tengah perjalanan, beliau pun melihat sesuatu...

apakah itu?

bersambung...