Rustan sengaja mengusir Saira dari Rumah. Karena... Saira, telah melarang suaminya untuk berjudi dan memasukan wanita tidak benar ke dalam rumahnya. "Cepat pergi, saya... lebih baik tidak ada kalian di sini. Merepotkan saja. Cepat pergi!" cetus Rustan kepada Saira yang sedang menggrndong SaiLy. Astagfirullah... kasihan sekali ya, nasib SaiLy saat ini.
"Baiklah, SaiLy mari kita pergi dari neraka ini. Kita mulai kehidupan baru SaiLy." ajak Saira kepada SaiLy seraya bergegas pergi. Entah maua kemana tujuan Saira saat ini, yang jelas dia saat ini sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Kasihan sekali sih nasib SaiLy saat ini, dia harus merasakan. pahit perihnya hidup ini, Ya Allah semoga saja... dia tidak apa-apa ya.
"Ya Allah, hamba tidak tau mau kemana sekarang? hamba sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Hamba bingung sekali." Gumam hati Saira seraya melangkah tanpa arah tujuan lagi. Ya ampun... "Namun" Tiba-tiba saja, ada mobil hampir saja menabrak mereka, akan tetapi... SaiLy pun terlempar karena Saira sudah lemah saat ada orang yang menyelamatkannya itu. "Awas..." teriak seseorang. "SaiLy... SaiLy!" pekik Saira seraya mendekati SaiLy yang terjatuh pingsan. "Anda kenapa sih? dorong saya? lihat SaiLy terluka," tegur Saira kepada seseorang yang menyelamatkannya itu. "Namun" Tiba-tiba saja... "Bu Saira!" tegur seseorang yang tak lain adalah Dokter BaiLy. "Bu, ini saya. Dokter BaiLy!" pengakuan Dokter BaiLy seraya memperlihatkan dirinya. "Dok... apa maksud anda dorong saya?" tanya Saira sedikit marah. Karena melihat anaknya yang sedikit terluka.
"Maaf Bu, tapi tadi kalian hampir saja tertabrak mobil. Jika tidak kalian berdua sudah celaka." ujar Dokter BaiLy, kepada Saira. "Apa? celaka. Saya tidak celaka' tapi anak saya... terluka parah, Dok!" kekehnya memarahai Dokter BaiLy. Dokter BaiLy pun, jadi serba salah. Berkata apa pun juga. "Saya, harus bawa dia secepatnya ke Rumah Sakit. Sekarang juga sebelum semuanya terlambat." Dokter BaiLy pun, tanpa bicara lagi langsung membawa SaiLy masuk ke dalam mobilnya. Dan... dia bermaksud membawa SaiLy ke Rumah Sakit Harapan ku. "Dok! anda mau bawa anak saya kemana? Dok..." teriak Saira seraya mengikuti Dokter BaiLy. memasuki mobilnya. Tanpa berkata sekecap pun, Dokter BaiLy pun langsung bergegas menjalankan mobilnya itu.
Saira pun hanya terdiam. Seraya mengikuti Dokter BaiLy, yang dalam hatinya. Tak tau mau di bawa kemana SaiLy saat ini. "Dok, SaiLy mau di bawa kemana?" tanya Saira kepadanya. Dokter BaiLy pun, hanya terdiam tanpa berkata sepatah kata sedikitpun. Yang jelas beliau ingin segera sampai di Rumah Sakit harapan ku. Agar nyawa SaiLy cepat terselamatkan. Saat ini juga.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di tempat yang di maksud.
"Suster... suster!" teriak Dokter BaiLy kepada Suster. "Dok, apa yang terjadi?" tanya Suster Cathy kepada nya. "Sudahlah! cepat siapkan blankkar untuk ke UGD!" titah Dokter BaiLy kepada Suster Cathy. "Baiklah Dok!" jawab Suster Cathy kepadabya.
Suster Cathy pun langsung bergegas mencari blangkar untuk membawa SaiLy ke Ruangan UGD. Tak lama kemudian blangkar pun datang. "Baiklah, biar saya saja Sus yang bawa anak ini ke Dalam ruangan UGD." tukasnya kepada Suster Cathy yang menatap heran. "Dok... ada apa sebenarnya?" pertanyaan Suster Cathy pun tidak di respons olehnya. beliau pun terus berlalu menuju Ruangan UGD, "Ada apa dengan Dokter BaiLy ya?" tanya hati Suster Cathy heran.
"Sus, ada apa?" tanya Suster Novi bagian ruangan perawatan. "Emm, Sus tidak ko! saya... tidak apa-apa. Saya harus ke ruang karyawan dulu, permisi!" tukasnya seraya bergegas pergi. Suster Novi pun agak sedikit aneh dengan sikap Suster Cathy, seperti ada yang di sembunyikan dari dirinya, saat ini. "Ada apa ya, dengan Suster Cathy? akhir-akhir ini, aneh banget sikapnya."
Sementara Dokter BaiLy pun, sampai di Ruangan UGD.
"Dok! bisa bantuin saya, sembuhin luka anak ini!" tanya beliau kepada Dokter UGD. "Baiklah, Dok! mari kita tangani anak ini bersama!" ajaknya krapda Dokter BaiLy, yang sedikit panik. "Ya, Allah semoga ananda SaiLy, bisa terselamatkan." harap Dokter BaiLy, di dalam doanya. Beliau berharap SaiLy akan baik-baik saja.
Sementara Saira hanya memperhatikan SaiLy yang sedang terbaring lemah. Para Dokter pun, memeriksa detak jantung SaiLy dengan defbrilator untuk memeriksa detak jantungnya. Apkah kondisi jantung SaiLy masih berjalan normal? "Dok, tolongin anak ini ya, Saya... tidak mau anak ini terjadi apa-apa." titah Dokter BaiLy yang semakin mencemaskan keadaan SaiLy saat ini.
Hampir 1 jam Dokter BaiLy dan Dokter UGD memeriksa Detak jantung SaiLy, "Namun" tak kunjung membaik. Dokter BaiLy pun semakin cemas. "Ya Allah, apakah ini salah saya? tapi niat saya, hanya ingin menyelamatkan nyawa Bu Saira dan Ananda SaiLy. Tapi, apakah tindakan saya salah ya allah?" tanya hati kecil Dokter BaiLy kepada nya. Sehingga dirinya semakin merasa tertekan dengan keadaan SaiLy yang semakin kritis.
Sementara Saira, hanya berdiam diri di luar tanpa bisa masuk ke dalam ruangan. "Ya, Allah kasihan sekali SaiLy, hamba tidak tega ya Allah, jika saja aku bisa gantikan posisinya saat ini." keluh hati Saira dalam hatinya saat ini yang semakin tidak menentu. "Ya Allah, hamba mohon ssmbuhkanlah anak saya. Hanya dia lah 1 satunya harapan hidup saya ya Allah." Doa dan harapan Saira dalam hatinya.
Saira pun hatinya semakin tidak menentu. Sementara Suster Cathy dari kejauhan memperhatikan Saira, yang semakin membuatnya heran. "Perempuan itu, dia kan, pasien yang pertama kali Dokter BaiLy, periksa. Sewaktu pertama Dokter BaiLy praktek. ada hubungan apa ya, wanita ini dan Dokter BaiLy?" tanya hati Suster Cathy yang sedikit penasaran. Karena Dokter BaiLy sangat dekat sekali dengan pasien pertamanya. Tersiratlah di hatinya, jika Saira punya hubungan khusus dengan Dokter BaiLy.
"Sus!" seketika Suster Cathy sedang memperhatikan Saira dari jauh.
Suster Cathy pun, kurang merespon pertanyaan orang tersebut.
"Suster... Cathy, sedang apa?" tanya orang itu lagi, seraya menepuk pundaknya. "I_ya, mana keucewa nya?" jawaban Suster Cathy pun semakin tidak peka. "Ha.. Keceuwa. Sus, di sini tidak ada keceuwa." tukasnya seraya sedikit menutup bibirnya. "Kamu lagi ngapain di sini, Suster... Cathy yang super Gloww!" tanya nya kembali. "Eh, Ners, Artdo ngapain anda di sini?" tanya nya sedikit kaget. "Suster... seharusnya saya yang nanya dengan kamu! kamu sedang ngapain?" tanya seseorang yang ternyata masih sama perawat. Yaitu... Ners Artdo dia adalah perawat di bagian perawatan Ruangan Kartuna 1.
yang berada di lantai 5 wah jauh banget ya.
"Maaf saya harus pamit sekarang juga, mau persiapan untuk pulang. Sebentar lagi juga jam 10 malam." ujaranya seraya bergegas meninggalkan Ners Artdo. Sudah beberapa orang yang bertanya padanya, selalu saja, tidak mendapatkan jawaban setitikpun. Malah Suster Cathy semakin menjauhi mereka. Astagfirullah... apakah Suster Cathy cemburu dengan kedekatan Dokter BaiLy dan Saira. Ada-ada saja sih tuh Suster. hahaha cemburu dengan wanita yang telah bersuami. Apa memang... seperti itu juga perawat ya? jika benar sih lucu juga. Apa lagi si Dokter nya super tampan. Pasti para Suster akan tergiur oleh pesonanya.
Sementara SaiLy masih dalam penanganan Dokter, akan tetapi apakah SaiLy akan terselamatkan dengan peluh Dokter BaiLy, yang berjuang mati-matian demi SaiLy. teringat kenangan saat SaiLy masih bayi. Dan Rustan pun masih menajadi bapak yang benar untuk keluarganya, tidak seperti Rudtan yang sekarang.
3 Tahun yang lalu...
"Bu... bapak punya sesuatu untuk anak kita!" ujar Rustan kepada istrinya yaitu Saira. "Apa pak?" tanya Saira kepadanya. "Ini, mantel untuk SaiLy. Biar SaiLy tidak kedinginan, sesaat dia ada dimanapun. Ibu... tolong pakaikan ya! jika SaiLy saat membutuhkan
kehangatan! " titah Rustan kepada Saira.
_ _ _
Dan kebetulan mantel yang di kasih oleh bapaknya tersebut di kenakan saat ini. Saira pun semakin teriris hatinya sesaat dia mengingat kembali perlakuan Suaminya itu, yang tiba-tiba saja mrngusir dirinya, yang selalu saja salah di mata Suaminya. Tak pernah ada yang namanya kasih sayang. Setelah SaiLy menderita sakit Epilepsi tersebut. Dan harus kehilangan kasih sayang seorang bapaknya itu. Yang di mana anak lain dapat merasakan kasih sayang seorang Bapak sebenarnya. Akan tetapi berbeda dengan SaiLy, sealalu saja di bandingkan dengan orang di batas kenormalan nya tidak seperti SaiLy.
"Dok! bagaimana ini? tolonglah Dok, saya ingin... anak ini bisa sembuh!" Dokter BaiLy pun terus memaksa Dokter UGD untuk tetap menangani pasien nya itu. "Dok, kita tunggu saja keajaiban dari Allah saat ini. Dan untuk sementara ini, anak ini kita rawat dulu di Ruangan Cahaya. Karena kondisinya masih belum stabil." nasehat Dokter UGD kepada Dokter BaiLy. "Baiklah Dok! maafkan saya, saya... terlalu panik." ucapnya kepada Dokter UGD. "Oh, iya kalau boleh saya tau! siapa anda pasien ini? ko anda sangat khwatir sekali dengan anak ini, apa dia masih kerabat anda?" tanya Dokter UGD penasaran. "Oh... dia adalah pasien pertama saya. Dia... menderita Epilepsi dan baru saja pindah berobat. Ke Rumah Sakit kita Dok!" jawab Dokter BaiLy kepadanya.
"Oh, saya kira... dia anak anda! soalnya kedekatan anda, tidak seperti layaknya Dokter lain, yang baru kenal dengan pasiennya." ujar Dokter UGD. "Hahaha, Dok... anda ada-ada saja. Saya itu baru saja 1 tahun menjadi seorang Dokter. Itu pun... saya harus lulus dulu jadi Dokter sebenarnya. Karena saya 1 tahun ini, hanya menjadi seorang Dokter Honorer, dan baru terangkat akhir-akhir ini menjadi pegawai tetap." ungkapnya. "Tapi... saya salut dengan anda Dok! belum lama menjadi seorang Dokter, tapi anda cukup cerdik, dan teliti di dalam mrnangani pasien." Sanjung Dokter UGD kepadanya.
"Ah, Dok... sudahlah jangan terlalu banyak menyanjung saya. Saya bukan orang yang pantas di puji." ungkpanya merendahkan dirinya. di hadapan Dokter UGD. "Ya, sudah Dok segera pindahkan saja ya Anak ini, ke Ruangan Cahaya! saya... pamit dulu ya!" ujarnya. "Ya Dok, terima kasih atas pertolongan anda!" ucapnya dengan sedikit senyuman walaupun masih sedikit cemas. "Ya, Dok! Sama-sama, saya... permisi dahulu!" tukasnya seraya bergegas menuju ruangan para Dokter.
"Dok!" tegur seseorang menegurnya!
bersambung....