Cathy, seorang Asisten dari Dokter Bailly. Diam-diam dia mengagumi Atasannya tersebut. Dia menyimpan sebuah perasaan yang dalam. Semenjak pertama kali mereka di pertemukan. Bahkan Dia selalu membuatkan makanan untuk Dokter Bailly.
"Dok! apa anda tau? jika sebenarnya... saya mengagumi anda. Dari awal pertemuan kita." gumam hati seseorang, yang tak lain adalah, Suster Cathy. "Hei, Cathy!" tegur Suster Keira, kepadanya. "Dok!" khayal Suster Cathy, kepada Suster Keira. "Ahm, semakin hari, keadaan kamu makin gak bener saja. Cathy! sadar. Ini aku... bukan Dokter BaiLy!" tegur Suster Keira, kepada Suster Cathy, yang semakin ngelantur saja pikirannya. "Astaghfirullah... Keira. Ngapain kamu di sini?" tanya Suster Cathy, kaget. "Apa... kamu sadar tidak? kita masih berada di Rumah Sakit. Cathy... sudahlah! kamu, jangan kebanyakan berkhayal. Mikir dong, siapa Dokter BaiLy? apakah dia sederajat dengan kamu?" Suster Keira, mencoba menyadarkannya.
"Iya, Keira... Ma... maaf!" Suster Cathy, pun merunduk malu padanya. "Sudahlah! mari kita pulang." ajak Suster Keira kepadanya. "Baiklah!" jawabnya dengan hati masih sedikit, memikirkan Dokter BaiLy. "Ayo... ngapain sih, kamu itu, masih berdiri di situ. Ayo! kita pulang." ajaknya kembali kepada Suster Cathy. Hmmm, Suster Cathy hampir saja, mengungkapkan perasaan nya kepada Dokter BaiLy, Khayalan' semua hanya khayalan saja.
Sementara Dokter BaiLy, menuju Masjid, tempat di mana Faiz, selalu mencari targetnya. "Ini, sudah hampir masuk isya. Saya... harus segera menuju Masjid itu" tukas Dokter BaiLy. seraya melajukan kendaraannya dengan cepat. Tak lama kemudian beliau pun sampai di tempat di mana, beliau kehilangan Laptop dan juga Handphone nya tersebut. "Namun" sayang sekali. Dokter BaiLy, tetap saja tidak menemukan keberadaan anak tersebut.
"Akhirnya sampai juga. Tapi' kemana anak itu ya? ko dia tidak ada di sini. Saya, harus mencarinya kemana? Astaghfirullah... bagaimana caranya ya?" Dokter BaiLy pun, sedikit kebingungan mencari keberadaan anak itu. "Namun" dia melihat seseorang yang tak lain adalah, Saira. Apa? Saira, ngapain ya dia berada di masjid malam-malam seperti ini. Aneh sekali.
"Loh, ko orang itu..." Saira melihat seseorang yang mirip, dengan...
"Dokter Baik... ngapain beliau ada di masjid, malam-malam begini?" tanya hati Saira, curiga... Saira pun berniat menghampiri Dokter BaiLy, akan tetapi' "Ananda SaiLy!" tegur seseorang tepat di belakakangnya. "Ananda SaiLy..." tegur seseorang tepat di belakangnya. Saira pun menengok ke belakangnya. Lalu... siapakah yang menegurnya. "Siapa ya?" tanya Saira, dengan nada ketakutan.
"Bu Saira..." tegurnya lagi, kepada mereka. Saira pun semakin ketakutan, karena ada suara tapi tidak ada orangnya. Saira pun menyapa orang tersebut dengan mata sedikit terpejam. "I... iya anda siapa ya?" tanya Saira kepada orang itu. "Ibu... ini saya!" tegur orang itu kembali seraya, menepuk pundaknya. "Astaghfirullah.. Dokter Baik. Maafkan saya Dok!" ucap Saira kepada seseorang yang ternyata adalah Dokter BaiLy. "Hahaha, Ibu... taukan masa ada hantu jalan menapak sih?" lelucon Dokter BaiLy. Kepada Saira lalu apa yang akan terjadi ya? jika Suster Cathy tau. Jika melihat mereka bercanda seperti yang dekat.
"Ibu... sudahlah Ibu! ngapain Ibu berada di luar malam-malam begini?" tanya Dokter BaiLy, kepada Saira. "Saya... saya sedang mencari makanan untuk Suami saya. Dan biasanya para pedagang suka pada berjualan di sini." ungkapnya kepada Dokter BaiLy. Dokter BaiLy pun sedikit kaget mendengar ungkapan Saira.
"Astaghfirullah, kenapa Ibu tidak di antar oleh suami Ibu?" tanya Dokter BaiLy, sedikit khawatir kepada Saira. "Maafkan saya Dok! saya harus segera pamit. Soalnya suami saya takut marah." utasnya seraya meninggalkan Dokter BaiLy, "Bu... tunggu!" apaan lagi ya, Dokter BaiLy menegur Saira. Hmmm jangan-jangan... tidak mungkin kali ya. Mungkin ada maksud lain yang ingin di sampaikan oleh Dokter BaiLy kepada Saira.
"Bu tunggu! padahal saya cuma mau ngasih makanan ini. Ya sudah gak apa-apalah." ternyata... Dokter BaiLy, bermaksud ingin memberikan makanan yang di kasih oleh Suster Cathy, hahaha lucu banget sih, buah cinta Dari Suster Cathy mau di kasihkan sama orang lain. Dokter BaiLy... ada-ada saja ya. Hahaha...
"Mending saya buang saja, gitu ya?" pikirnya sejenak, "Akan tetapi... sayang juga ya! kata orang tua dulu sih... buang makanan itu, mubajir. Sayang sama yang ngasih." ujarnya dalam hatinya.
Dokter BaiLy pun, memyimpan kembali makanan itu. Akan tetapi tiba-tiba saja... Dokter BaiLy pun melihat seekor kucing lewat di depannya. "Nah... kebetulan ada kucing! saya kasihkan saja kali ya dengan kucing itu." astaghfirullah... makanannya di kasihkan sama kucing itu. "Nah, kamu makan ya kucing! biar kenyang." haha lucu banget sih Dokter BaiLy, masa makanan di kasihkan sama kucing.
"Saya... sudah kenyang kucing. Kamu makan yang kenyang ya!"
Dokter BaiLy... ada-ada saja. Jika Suster Chaty tau, mungkin dia tidak akan nemeberikan lagi makanannya. Astaghfirullah...
"Nah beres juga, urusan makanan ini. Dari pada terbuang mubazir." Dokter BaiLy pun meninggal kan makanan itu, tanpa beliau sadari jika wadahnya tertinggal dengan kucing nya. Bagus biar kucing itu
cuci bekas makanannya kali ya. Hahaha kucing ngasih tuh wadahnya. Dari Dokter Baik... Dok-dok gimana kalau Suster Cathy tau, jika makanan darinya di berikan kepada kucing. Pasti Suster Cathy akan marah dan kecewa kepada Dokter impiannya.
"sekarang saya, harus pulang ke kontrakan..." Dokter BaiLy pun menuju kontrakannya. Kira-kira di mana ya Dokter BaiLy tinggal saat ini? apakah masih di wilayah tersebut. Atau di tempat yang agak sedikit jauh dari wilayah tersebut.
Sementara Saira menuju rumahnya. Apakah Saira akan kena marah lagi, atau... kah sebaliknya. "Assalamu'alaikum..." ucapnya kepada Rustan. Akan tetapi... "Bapak... apa-apaan ini?" pekik Saira kepada Rustan. "Hei... siapa yang suruh kamu pulang malam begini? saya suruh kamu... cari makanan. Mana makannya? istri gak becus!" tegurnya kepada Saira. "Astaghfirullah... Bapak! seburuk itu kah kelakuan saya pak?" akan tetapi Rustan malah semakin murka. Dan semakin menekan Saira.
"Dengar ya! istri gak becus. Sekali lagi kamu gak menuruti kemauan saya, maka kamu harus pergi dari sini. Ngerti!" cetusnya seraya sedikit mendorong Saira. "Astaghfirullah pak! lihat anak kita. Jika dia jatuh dan terluka, bagaimana? siapa mereka pak, kenapa Rumah kita, di pakai orang-orang berjudi?" tanya Saidah dengan hati tak karuan. "Lalu... kenapa banyak wanita di sini?" cetusnya. seraya menasuki ruangan rumahmya. "Terserah saya lah! Rumah ini milik saya. jadi... kamu gak usah ngatur ngerti!" balasnya kepada Saira dengan sedikit benturan ke kepala Saira. "Pak... sadar pak. Istigfar... apa jadinya rumah kita, jika di pakai tempat haram seperti ini?" Saira mencoba menyadarkannya.
"Pergi.... cepat sekarang juga kamu cepat pergi!" cetus Rustan kembali. Lalu... apakah Saira akan beranjak pergi ataukah....
bersambung...