Setelah selesai menjalani tugasnya di hari itu. Dokter Bailly pun mencari tempat tinggal, yang kebetulan di sana. Sangat minim sekali sebuah tempat untuk kosan. Sehingga Dokter Bailly pun, sangat kesusahan mencari tempat untuk beliau tempati saat ini.
Begitu banyak sekali pasien yang harus di tangani Dokter BaiLy, di sore itu. Sungguh sangat melelahkan bukan? Saat hari pertamanya praktek, beliau harus menangani pasien sebanyak itu. "Sus..." tanya Dokter BaiLy kepada Suster Cathy, yang sedari tadi hanya memandangi dirinya saja. "Sus..." tegurnya lagi, seraya menepak pundaknya. "Iya say.. ang..." ucapnya seraya menutup bibirnya. Yang keceplosan. "Apa... ha... ha... apa yang kamu ucapkan Sus?" seketika Dokter BaiLy pun sedikit tertawa. Mendengarkan ucapan sayang dari Suster Cathy.
"Ma... maaf Dok! maksud saya." ujarnya seraya menutup mukanya seketika. "Cathy... apa yang kamu ucapin itu? kamu sadar gak," tegur teman seruangan nya yang sama asisten Dokter BaiLy. "Sudah, sudah tidak apa-apa! ha.. ha.. masih ada pasien tidak di luar?" tanya Dokter BaiLy seraya masih ingin menahan tawanya. Ya ampun... apa semua Suster seperti itu dengan Dokter BaiLy, apa lagi para pasien. Akan tetapi... para pasien tidak seperti Suster.
Jam praktek pun sudah hampir berakhir. Lagi-lagi Suster Cathy gugup. Dan menjatuhkan beberapa dokumen. Astagfirullah apa yang terjadi sih dengan Suster Cathy. "Sus, semua pasien sudah habis dan jam praktek sudah beres. Saya... permisi pulang duluan ya!" ujarnya seraya melihat ke arah Suster Cathy. "Ada apa sih dengan Suster satu ini? Astagfirullah BaiLy sadar kamu!" Dokter BaiLy pun melanjutkan kembali langkahnya.
Terlihat lah langkah Dokter BaiLy, dari ruangan poli anak. Dan pandangan semua orang pun, tertuju kembali padanya. Dokter BaiLy pun, hanya sedikit tersenyum seraya menyapa semua orang. "Permisi Bu..." semua orang pun, termasuk para wanita hanya tersenyum seraya. Menganggukan kepalanya perlahan. Dengan tatapan mata kosong terarah kepadanya. Apa memang seperti itu, menjadi seorang Dokter tampan dan arogan seperti Dokter BaiLy?
"Astagfirullah... kenapa semua orang memandangi saya, seperti itu?" tanya hati Dokter BaiLy, dalam hatinya. "Namun" belum selesai Dokter BaiLy pun mendengar hentakan kaki berhenti melangkah. Lalu terdengarlah suara di belakangnya memanggilnya. "Dok!" tegur seseorang kepadanya. "Innalillahi, apa lagi sih ini? Bu saya sedang terburu..." bicara Dokter BaiLy pun terhenti setelah melihat ke belakangnya bukan wanita yang mengejarnya. Akan tetapi Saira, yang baru selesai menebus resep. Dan bermaksud memberikan Dompet Dokter BaiLy, yang lupa dia berikan. Karena tadi waktu amat singkat sekali.
"Oh, iya Ibu Saira! maaf saya tidak tahu." ucap Dokter BaiLy, yang telah menegurnya. "Ya Dok. tidak apa-apa ko! Oh iya barusan saya cari anda ke ruangan tidak ada. Katanya anda sudah pulang makanya saya cari anda kesini karena, saya mau memberikan ini!" ungkap Saira kepada Dokter BaiLy. Seraya menujukan sesuatu. Apa itu? "Dompet? alhamdulillah saya semalam mencarinya terimakasih bu!" ucap Dokter BaiLy.
"Ya sama-sama Dok! kalau begitu... kami pamit dulu ya!" ucap Saira seraya berjalan kembali menuju perjalanannya kembali. "Tunggu..." teriak Dokter BaiLy, akan tetapi' Saira pun terlanjur pergi. "Ya sudahlah, meningan saya cari tempat tinggal." ujarnya seraya memasuki mobilnya kembali.
Sementara Saira masih berjalan mencari sebuah kendaraan umum. Akan tetapi tak ada satu pun kendaraan lewat di depannya. Akankah dia sampai ke Rumahnya dengan selamat? "Aduh mana sih kendaraan? mana sudah malam lagi." ujar Saira seraya terus melagkahkan kakinya. "Namun" seketika Saira pun melihat Mobil Dokter BaiLy lewat depannya. "Dok! beliau baru mau pulang." tukasnya seraya memperhatikan nya.
"SaiLy, MasyaAllah mereka masih di jalanan. Mereka sebenarnya mau pulang kemana sih? kasihan juga mereka." simpati Dokter BaiLy kepada Saira dan juga SaiLy yang terus berjalan. "Saya harus berhenti dahulu, pasti perjalanan mereka cukup jauh deh." tukasnya seraya menghentikan mobilnya sejenak.
"Ya Allah, kemana sih saya harus mencari angkutan umum? sedangkan perjalanan menuju desa, lumayan jauh." Saira terus bergumam dalam hatinya seraya berhenti sejenak. Menghentikan langkahnya tersebut. "Capek juga, nih SaiLy kamu mau minum nak?" tawar Saira kepada SaiLy.
"Namun" Tiba-tiba saja terdengarlah suara mobil berhenti di depannya itu. Lalu.. "Assalamu'alaikum." ucap salam dari seseorang tepat di belakangnya.
"Wa- Walaikumsalam. Si... siapa ya?" tanya Saira seraya melihat kebelakang.
"Dok... Dokter baik." sapanya kepada Dokter BaiLy. "Iya, ini saya Bu! oh iya Ibu, masih ngapain di sini? sebentar lagi malam bu!" tanya Dokter BaiLy sedikit heran. "Saya.. mau mencari kendaraan umum Dok! tapi... tidak ada satu pun kendaraan." ujarnya kepada Dokter BaiLy.
Dokter BaiLy pun, sedikit tersayat hatinya mendengar kata-kata Saira. Lalu... apa yang akan beliau lakukan? untuk membantu Saira yang sedang kesusahan. "Tujuan Ibu kemana?" tanya Dokter BaiLy penasaran. Saira pun menceritakan tujuannya itu. Kepada Dokter BaiLy. "Hem.. gimana, kalau Ibu saya anterin pulang?" tanya Dokter BaiLy menawarkan jasanya. Saira pun agak sedikit menolak. "Maaf Dok! saya tidak ingin menyusahkan anda. Terima kasih sebelumnya Dok. Tapi..." tolaknya kepada Dokter BaiLy.
Dokter BaiLy pun, tidak bisa membiarkan pasiennya terlantar. "Ibu, saya ikhlas. Anggap saja... sebagai tanda Terima kasih saya kepada Ibu. Bagaimana? sekalian saya mau cari tempat kost untuk saya tinggal sementara." ujarnya kepada Saira. Akhirnya Saira pun tidak dapat menolak lagi tawaran Dokter BaiLy. "Baiklah Dok! saya mau." jawabnya.
"Ya sudah, mari bu..." ajaknya seraya membuka pintu mobilnya itu. "Silakan Bu!" suruhnya kepada Saira. Dan Saira pun memasuki Mobilnya tersebut. Akhirnya mereka pun melanjutkan perjalanannya kembali. Di tengah perjalanan pun, mereka banyak bercerita.
"Oh, iya bu... tujuan Ibu, ke mana?" tanya Dokter BaiLy, "Ke, desa Parinde Dok, dan lokasinya lumayan cukup jauh." ujarnya seraya memegang tangan SaiLy. "Sebenarnya SaiLy menderita kejang. Sudah berapa lama Bu?" tanya Dokter BaiLy kembali. "Sudah 3 tahun Dok! semua akibat kelalaian saya Dok. jika bukan karena kelalaian saya, mungkin... SaiLy tidak akan menderita seperti ini." ungkap nya kepada Dokter BaiLy.
"Kelalaian? Maksud Ibu!" tanya Dokter BaiLy, yang sedikit heran. "Dahulu saya sempat menyia-nyiakan waktu. Saya terlalu sibuk mencari uang. Untuk kebutuhan kami. Karena dahulu Ayah SaiLy tidak bekerja. Maka saya yang sibuk kerja. Dok! dan anak saya di tinggalkan bersama mertua saya. Sedang kan Mertua saya tidak tahu tentang penyakit SaiLy. Saya sempat bekerja di sebuah kota. Untuk kebutuhan hidup kami. Dan saya membiarkan SaiLy." ungkapnya menceritakan masa lalu SaiLy.
"Apa? jadi SaiLy mengalami penyakit Epilepsi ini... sejak bayi." terkanya sedikit kaget mendengar penjelasan Saira. "Ibu, saya janji akan berusaha mengobati SaiLy. Sampai.... SaiLy sembuh benar kejangnya!" ungkap Dokter BaiLy berjanji kepada Saira. "Terima kasih Dok, atas pehatian dan pengertiannya." ungkapnya. "Sama-sama Bu!" balasnya.
"Sebenarnya, saya mau cari tempat tinggal Bu. Karena tempat asal saya lumayan jauh. Makanya saya mau cari tempat tinggal." ungkapnya kepada Saira. "Sebenarnya... anda berasal darimana Dok?" tanya Saira. Kepada Dokter BaiLy.