Chereads / Cintai Aku Walau Sejenak / Chapter 12 - Larissa kesal

Chapter 12 - Larissa kesal

Setiba di rumahnya, Kya segera turun dan tidak lupa mengucapkan terima kasih meskipun mobil yang dia tumpangi adalah miliknya, tapi selalu saja kata terima kasih dan maaf tidak pernah lupa ia ucapkan, dan itu adalah pelajaran berharga yang sudah ia dapatkan dari mendiang ayahnya.

Gary segera kembali ke rumahnya, dan akan segera bersiap-siap untuk pergi mengancam Kya makan malam sesuai dengan janjinya. Beberapa saat kemudian, ia tiba di kediamannya. Namun, saat itu Larissa sudah menunggu di luar dengan tatapan tajam saat mobilnya tiba di halaman depan.

Berjalan mendekati adiknya dengan raut wajah kebingungan, Gary pun bertanya. "Kenapa dengan wajahmu? Cemberut begitu."

"Kakak coba jelaskan padaku, siapa wanita itu sebenarnya? Kenapa kamu sampai bisa menjemput ku dengan membawa wanita itu? Bahkan sekarang mobilnya juga ada di sini. Apa dia kekasih barumu?" tanya Larissa dengan tatapan ketus yang sungguh tidak enak dipandang.

Membuat Gary tidak habis pikir dengan sikap adiknya yang selalu overprotektif bahkan kepada dirinya sendiri, sebelum menjawab Gary justru mengacak-acak rambut Larissa karena melihat adiknya yang begitu menggemaskan.

"Hey! Kamu ini melebihi kekasihku saja ya, selalu ingin tahu dan sangat sensitif? Ayolah, Larissa, jika kamu memiliki kekasih nantinya pasti kekasihmu akan cepat pergi," sahut Gary dengan sedikit candaan yang ia perdengarkan.

"Aku tidak peduli karena bagaimanapun juga kekasihmu akan menjadi kakak ipar ku kelak. Jadi, aku juga harus tahu, Kak. Dia siapa dan dari keturunan mana? Aku tidak ingin dia dari keluarga bawahan dan bisa-bisanya menginginkan harta kekayaan kita saja. Jadi, ayo katakan dia siapa jangan menutup-nutupinya dariku atau aku akan mengadu kepada Daddy!" ancam Larissa dengan suaranya yang lantang.

Lagi-lagi membuat Gary tidak habis pikir dengan keluarganya semua. Satu sisi sikap Larissa mirip sekali dengan ayahnya yang selalu mementingkan kekayaan dan kekuasaan agar bisa dipandang menjadi keluarga kelas atas. Sedangkan dirinya yang lebih memiliki kesamaan berpikir seperti mendiang ibunya. Meskipun sikap dingin kepada orang baru yang tidak pernah hilang, tapi Gary tidak begitu serakah seperti keluarganya yang lain. Hingga membuat dirinya sampai menepuk jidatnya sendiri.

"Dengarkan, dia bukan wanita dari keluarga bawahan. Jadi, jangan khawatirkan apapun, dan kamu sebaiknya tanyakan saja kepada Daddy, siapa wanita yang sudah bersama denganku. Kalau begitu aku masuk dulu, dan kamu sebaiknya istirahat karena memang kamu mengatakan ingin istirahat. Jadi, tunggu apalagi, Larissa?" tanya Gary.

"Ihh ... Kakak! Ayo jawab! Daddy pasti tidak mau memberitahukannya padaku atau jika Kakak tidak mau menjawab maka aku akan memberitahukan kepada Sera, kalau ternyata kamu sekarang sedang selingkuh. Ayo pilih mana? Kebohongan mu terbongkar atau ingin ceritakan padaku," ancam Larissa hingga membuat kakaknya sampai terdiam dan hanya bisa bersabar.

"Baiklah, aku akan katakan semuanya padamu, tapi nanti setelah aku pulang karena sekarang aku ingin pergi lagi ke suatu tempat. Jadi, jangan bertanya ke mana aku pergi wahai adik kecil. Jika memang kamu sangat penasaran ya sudah tunggu kepulangan ku," ucap Gary dan langsung bergegas pergi meninggalkan Larissa sendirian.

"Awas saja kalau kakak bohong," gumam Larissa sembari menoleh melihat kakaknya pergi.

Dengan bergegas bersiap-siap untuk segera pergi ke acara makan malam yang sudah ia janjikan. Ke luar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi, tapi saat itu Gary justru bertemu dengan ayahnya yang sedang membaca koran di teras rumah di malam hari. Kebiasaan ayahnya itu memang sulit sekali ditebak karena selalu saja memiliki kebiasaan berbeda dalam setiap harinya.

"Gary, mau ketemu sama Sera ya?" tanya Daddy Giovanni Hartono.

"Untuk kali ini bukan bertemu dengan Sera, tapi dengan Kya. Oh ya jika nanti Sera ke sini tolong Daddy katakan bahwa aku sudah tidur, dan jangan biarkan dia masuk ke dalam kamarku," sahut Gary dengan amanah yang ia berikan.

"Apa? Dengan Kya? Nak, bagaimana caranya kalian bisa begitu dekat dengan cepat? Daddy sangat senang mendengarnya. Tapi, tolong ceritakan pengalaman mu itu terlebih segera bawa dia kembali ke rumah kita." Daddy Gio sampai terkejut hingga keterkejutannya membuat wajahnya begitu ceria, bahkan koran yang sedang ia baca dengan cepat kilat ia tutup hanya karena mendengar kabar menarik.

Melihat tingkah sang ayah, membuat Gary terkekeh lalu ia berkata. "Tenang saja, Daddy. Aku pastikan bahwa Kya akan segera aku bawa kembali ke dalam rumah kita, dan setelah itu pastikan bahwa jaminan hidupku tetap terjamin, dan jangan turunkan jabatan ku. Terlebih jika aku berhasil membuat Kya jatuh hati padaku."

"Wow! Daddy bangga sekali denganmu, Nak. Akan selalu Daddy pastikan hal itu, dan kamu juga menjadi pimpinan di perusahaan milik Kya. Ya sudah sekarang pergilah dan berhati-hati." Daddy Gio sampai menepuk pundak Gary karena begitu senang.

"Baiklah, aku pergi dulu."

Dalam perjalanan ia teringat dengan semua perkataan dari daddy-nya untuk bisa membuat Kya bisa menjadi miliknya seutuhnya. Namun, hati kecilnya juga berpikir semua itu berlebihan. Tapi, tentu saja Gary tidak ingin menjadi anak yang tidak penurut. Pikiran-pikiran yang selalu berlawanan dengan hatinya selalu saja terbayangkan. Hal itu membuat Gary menambah kecepatan mobilnya sampai dirinya hanya bisa fokus ke depan tanpa perlu berpikir apapun.

Tak berapa lama, ia pun tiba di rumahnya Kya. Segera masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan pintu yang memang tidak Kya kunci. Di saat dirinya masuk tiba-tiba ia melihat dua koper besar yang sudah berbaris di depan pintu. Membuat Gary sedikit kebingungan hingga ia melangkah cepat ke dalam kamarnya Kya.

Terlebih wanita itu masih belum memakai pakaiannya dengan utuh. Sontak saja membuat Gary tercengang ketika melihat setengah tubuh Kya yang tidak memiliki busana, dan sama halnya dengan Kya yang ikut terkejut.

"Kenapa kamu main masuk ke dalam kamarku, Gary?! Sana ke luar!" teriak Kya sembari ia menggapai selimut agar bisa menutupi tubuhnya.

"Ya abisnya kamu sendiri pintu depan enggak ditutup dan pintu kamar juga. Ya aku kan enggak tahu kalau kamu masih berpakaian seperti itu, tapi ngomong-ngomong aku suka melihatnya," sahut Gary dengan wajah genitnya yang sengaja ia perlihatkan, hingga menahan senyumannya.

"Terus sekarang kenapa masih di depan pintu?! Sana ke luar, sana!" Membuat Kya begitu malu hingga ia kembali berteriak sembari melangkah dengan perlahan, dan segera menutup pintu. Dibalik pintu dirinya berdiri, membuat jantungnya Kya berdegup kencang sampai ia tidak bisa berbohong bahwa dia juga sedikit menyukai tatapan mata Gary yang mulai tertarik dengan tubuhnya.

Menepuk kedua pipinya dengan perlahan hingga batinnya berkata. "Sadar, Kya, sadar! Kenapa kamu justru suka ketika Gary melihat tubuhmu? Argh! Lama-lama aku bisa gila."