Chereads / Cintai Aku Walau Sejenak / Chapter 17 - Rencana pernikahan dalam semalam

Chapter 17 - Rencana pernikahan dalam semalam

Membuat Kya sangat ingin merawat Gary saat itu, namun ternyata pria itu sudah lebih dulu merawat dirinya sendiri. Luka yang telah dibalut dengan perban juga semakin membuat Kya ia sangat berdosa.

Namun, Gary mencoba untuk tetap tenang agar luka tipuannya itu tidak dipegang oleh Kya, hingga membuat batinnya berkata. "Semoga saja Kya tidak tahu kalau aku hanya berpura-pura terluka."

"Tapi, kamu sungguh tidak perlu aku rawat? Kamu benar baik-baik saja kan?" tanya Kya dengan berusaha memastikan. Ia begitu merasa bersalah hingga berulang kalinya membuat dia semakin tidak ingin menjadi orang disalahkan, apalagi ia teringat bahwa posisinya di dalam rumah itu hanya sebagai tamu. Tentunya dirinya semakin tidak mau menjadi beban apalagi kepada tuan muda.

"Ya, aku baik-baik saja, Kya. Kamu jangan terlalu khawatir seperti ini. Tapi, kalau memang kamu merasa sangat takut sebaiknya tidurlah di sini denganku, Kya," pinta Gary sambil menepuk ranjang tidurnya dengan tangan yang tidak diperban.

Sontak membuat Kya terkejut, dan membuatnya berkata dengan cepat. "Apa? Tidur di sini? Tapi, ini di rumahmu, Gary. Mana mungkin aku bisa menemani dirimu di sini. Aku rasa lebih baik tidak perlu. Aku yakin kamu pasti baik-baik saja."

Membuat Gary terkekeh ketika Kya yang justru mengetahui apa yang sedang ia rasakan. Namun, saat itu justru dengan cepat Gary menarik tangannya Kya untuk merebahkan tubuhnya bersamaan.

"Kenapa sekarang kamu yang mencoba ingin pergi dari hadapanku, Kya? Bukannya tadi kamu yang terus bertanya aku sedang baik atau tidak? Kenapa? Kamu merasa malu denganku? Baiklah, aku akan katakan sesuatu. Tidurlah di sini denganku karena pastinya mereka akan mengerti. Apalagi sebentar lagi kita juga akan hidup bersama kan?" Dengan sengaja Gary mencoba menggoda Kya.

Wanita itu terdiam dalam kebingungan, dan membuat Kya semakin merasa tidak nyaman. Meskipun lampu hijau sudah jelas-jelas diberikan dalam hubungannya bersama dengan Gary, tapi tetap saja ia merasa malu kalau sampai Om Gio mengetahui hal ini.

"Tapi, Gary, bagaimana jika sampai daddy-mu dan Larissa tahu? Mereka pasti akan sangat terkejut kan? Sudahlah pagi-pagi sekali aku akan datang ke sini untuk melihat keadaanmu." Sungguh Kya tidak ingin mencari masalah.

Dengan cepat Gary mengelengkan kepalanya sembari berkata. "Tidak perlu takut, Kya. Kita tidak akan melupakan apapun di suni. Jadi, tenanglah, dan yakinkan semuanya padaku kalau nanti kita akan baik-baik saja. Tidurlah di sini dan bercerita bersama denganku. Kita hanya akan saling bertukar pikiran, Kya, jadi tenanglah."

"Baiklah, tapi pagi-pagi sekali aku akan langsung pergi," sahut Kya yang mulai luluh dengan Gary.

Membuat Gary tersenyum di saat melihat Kya mulai lengah dengan keinginannya. Ia pun mengusap rambutnya Kya dengan penuh kelembutan sembari batinnya berkata. "Akan sebaiknya seperti ini saja, dan entah kenapa aku semakin tidak ingin menjauh lagi darimu, Gary."

Malam itu membuat Kya begitu senang sampai Gary datang ke dalam mimpinya. Tertidur dengan pulas setelah menatap wajahnya Gary yang penuh dengan senyum ceria ketika menatap balik kearahnya. Benar-benar sekedar tertidur, dan tidak melakukan apapun. Sampai pandangannya benar-benar gelap hingga senyuman Gary terbawa di dalam mimpi.

Namun, berbeda dengan Gary yang justru belum sampai tertidur. Ia mencoba periksa dengan mengayunkan tangannya. Kya yang benar-benar sudah tertidur pulas, dan membuat Gary begitu bahagia. Dengan cepat Gary bangkit, dan mengambil ponselnya. Menuliskan sebuah pesan khusus kepada adiknya, Larissa. Pesan yang berisi tentang keberadaan Kya di dalam kamarnya Gary. Lalu meminta agar adiknya itu segera memberitahukan kepada sang Daddy agar rencana lain dapat dijalankan.

Sandiwara selanjutnya pun semakin dimulai ketika Gary berhasil dengan sempurna. Ia pun tersenyum melihat kearah Kya yang sudah tertidur tak berkutik, dan justru Gary bangkit ke luar dari kamarnya.

Namun, saat itu justru membuat Gary bergumam. "Jangan bermimpi kalau aku akan serius mau tidur denganmu sekarang. Setelah semuanya terjadi itu sudah cukup membuatmu tidak dapat lagi pergi dariku, Kya."

Melangkah pergi kearah kamar adiknya, namun ternyata Larissa sudah bersama dengan sang Daddy di halaman belakang. Tiba Gary di hadapan mereka, seketika membuat sang Daddy tersenyum, dan menepuk pelan pundak anaknya.

"Gary, Daddy benar-benar tidak habis pikir kalau ternyata kamu memiliki ide cemerlang yang lebih bagus dariku. Jadi, sekarang apa langkah selanjutnya yang akan kamu lakukan?" tanya Daddy Gio.

Bukannya menjawab pertanyaan sang Daddy, namun justru membuatnya menatap kearah jam dinding rumahnya, dan kemudian Gary berkata. "Belum terlalu tengah malam. Sebaiknya besok pagi segera lakukan pernikahan antara aku dengan Kya, Daddy. Bagaimanapun juga aku tidak ingin terlalu berlarut-larut, dan nantinya bisa membuat kekasihku tahu kalau aku sedang mencoba mendekati Kya karena dirimu. Sera pasti akan cemburu dan memusuhiku."

"Maksudmu malam ini juga? Tapi, nak, tentunya perayaan pernikahan kalian tidak akan semeriah orang lain, dan yang pastinya teman-teman Daddy akan berpikir bahwa kita ini tidak mampu. Sebaiknya ikuti saja tanggal pernikahan yang sudah Daddy tetapkan," sahut Daddy Gio yang memiliki pendapat yang berbeda.

Gary menjawab dengan gelengan kepala, lalu berkata. "Biarkan saja, Daddy. Lagipula Daddy hanya mau pernikahan antara aku dengan Kya berjalan kan? Jadi, untuk apa harus terlalu mewah? Biarkan saja, aku juga tidak mau membuat Sera semakin cemburu."

"Aku juga setuju dengan apa yang kakak ucapkan. Memang sebaiknya perayaan pernikahan antara kakak dengan wanita itu tidak perlu terlalu meriah karena yang terpenting mereka sudah sah menjadi suami dan istri. Jadi, lebih cepat, lebih baik, dan aku tidak ingin teman-teman ku tahu bahwa bukan Sera yang menjadi kakak ipar ku. Lihatlah penampilan wanita itu sehari-hari, terlalu buruk," timpal Larissa. Sejak tadi hanya menjadi mendengar yang baik, namun dia akhirnya ingin juga ikut dalam perbincangan tersebut.

Akhirnya Daddy Gio pun hanya bisa pasrah ketika mendapat melihat anak gadisnya juga ikut membela kakaknya. Dengan perlahan Daddy menjawab dengan anggukan kecil, tapi meskipun begitu, masih ada sesuatu yang membuatnya kebingungan.

"Baiklah, Daddy setuju kalau memang kalian berdua menginginkan hal ini, tapi bagaimana dengan gaun pernikahan untuk Kya nantinya? Memangnya bisa mendapatkan gaun pernikahan dalam waktu semalam dan begitupun dengan dekorasi acaranya?" tanya Daddy Gio.

"Tenang, Daddy. Aku memiliki teman yang mengurus gaun pengantin, dan persoalan make-up serahkan saja padaku, urusan make-up jangan lagi ragu. Kakak, kamu juga pasti punya untuk persiapan dekorasi kan? Teman-teman mu kan banyak?"

"Ya, baiklah serahkan padaku." Dengan mantap Gary mengiyakan.

"Ya sudah kalau begitu malam ini Daddy juga akan membantumu, Gary. Supaya semuanya berjalan lancar, dan Kya tidak akan bisa lagi pergi dari keluarga kita," sahut Daddy Gio dengan penuh senyuman kemenangan.