Dengan gagah dan tampannya Gary di saat menunggu kedatangan Kya, dan saat-saat yang ditunggu pun tiba ketika melihat Kya turun dengan adik kandungnya, Larissa.
Kedua wanita cantik sedang membawa Kya berjalan kearah Gary, saat itu Larissa meminta kepada seorang temannya untuk ikut membantu. Berada di tengah-tengah membuat Kya semakin terlihat menarik, dan ditambah gaun juga make-up yang begitu cocok diwajahnya. Tanpa tersadar Gary terus menatap kearah calon istrinya, entah mengapa Gary begitu suka dan terpana di saat melihat Kya berpenampilan seperti itu.
Sungguh yang paling ia sukai, dan ditambah wajah Kya yang ikut semakin terlihat mempesona. Meskipun rasa benci selalu terucap jelas, namun Gary tidak dapat berbohong ketika tiba-tiba batinnya berkata bahwa Kya cantik luar biasa.
Semakin mendekat kearah Gary, dan membuat Kya menatap, tapi justru dengan cepat Gary mengalihkan pandangannya itu agar tidak membuat wanita itu menjadi salah menduga.
Meskipun bagi Kya, semua yang sekarang ia lihat seperti di dalam mimpinya, tapi jelas-jelas dia menyukai, dan memang memimpikan untuk menjadi seorang ratu di hari kebahagiaannya. Akan tetapi, yang membuat Kya tidak bisa mengerti kenapa perayaan pernikahannya dengan Gary dilakukan tiba-tiba? Berbeda dengan janji yang Om Gio utarakan, bahkan bukan di dalam hotel mewah melainkan hanya di dalam rumah.
Walaupun demikian, Kya tidak ingin banyak bertanya, dan lebih jelasnya lagi ia tidak mau membuat keluarga Gary malu hanya karena pertanyaan bodohnya itu, tapi ia berpikir akan bertanya lain waktu dengan pelan-pelan.
Dengan perlahan Gary menyambut tangannya Gary, dan menghadap kearah pendeta sembari tersenyum tipis. Sang pendeta segera memulai acara pernikahan mereka di depan Tuhan. Hingga sebutan aku mengambil engkau menjadi istriku atau suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah.
Sampai acara pernikahan terus berlanjut, dan sesi terakhir ketika Gary harus memberikan ciuman pertama di depan semua orang kepada Kya. Meskipun, mereka berdua sudah pernah melakukan hubungan suami dan istri, tapi bukan berarti Kya tidak merasa malu. Namun, justru di depan orang banyak ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang mulai tersipu malu sampai merona merah.
Begitupun dengan Gary, yang pelan-pelan memberikan kecupan indah. Pandangan Gary tidak hentinya menatap kearah matanya Kya dengan tatapan tajam, namun batinnya berkata. "Kya, apa mungkin hatiku akan berubah untuk tidak menyakitimu setelah melihat wajahmu secantik ini?"
Tiba-tiba saja sifat buaya Gary keluar, meskipun demikian hatinya tidak sepenuhnya buaya. Selesai sudah acara pernikahan, dan semua orang memberikan selamat kepada pasangan baru Gary dan Kya. Akan tetapi, saat itu tatapan Larissa seketika berubah di saat melihat senyum ceria di wajahnya Kya.
Dari jarak jauh Larissa berdiri dengan seorang temannya, namun tiba-tiba saja sang teman bertanya. "Hey! Bengong terus. Kamu enggak mau kasih selamat buat kakak dan kakak ipar mu itu, Larissa?"
"Enggak ah, males banget!" ketus Larissa dengan cepat.
"Loh? Kenapa? Bukannya seru ya sekarang kamu udah punya kakak ipar perempuan? Seru dong bisa jalan-jalan bareng dan sambil belajar make-up yang makin nge-hits ditambah gaun sekarang makin keren-keren tahu." Temannya merasa bingung, tapi tetap berpikir positif karena tidak begitu tahu dengan alasan jelas Larissa membenci Kya.
Mendengar temannya memberikan pujian serta terlihat gembira dengan perayaan pernikahan, dengan cepat Larissa membalikkan tubuhnya membelakangi kedua mempelai pengantin.
"Enggak asyik tahu karena yang aku mau itu bukan dia buat jadi kakak ipar ku, tapi itu Sera. Kamu tau kan Sera? Dia kekasih kakakku. Lagipula mana ada pasangan yang saling mencintai sampai menikah dengan cara seperti ini? Kamu mengerti kan maksudku?" cibir Larissa sampai membuat tatapannya menatap tajam.
Temannya pun paham akan maksud dari arah ucapannya Larissa, namun saat itu tiba-tiba saja Daddy Gio pun datang menghampiri.
"Nak, kamu kenapa belum kasih selamat buat kakakmu? Udah sana sebelum Kya curiga loh," ucap Daddy Gio dengan mencoba terlihat seakan-akan perhatian dengan menantu barunya.
"Ishh! Daddy. Padahal aku lagi enggak mau ke sana, tapi ya udah deh." Dengan terpaksa Larissa pun melangkah dengan perlahan mendekati kedua mempelai pengantin. Menarik nafasnya dengan pelan, dan memperlihatkan senyuman manisnya. Agar terlihat dirinya begitu senang dengan hari bahagia kedua kakaknya.
Acara pun selesai, dan semua orang kembali pulang. Di saat itu hari masih siang, dan membuat Gary kelelahan. Ditambah dia harus terlihat tetap kesakitan di saat Kya berada di sampingnya. Padahal, Gary sudah lelah berpura-pura terluka, namun demi semua drama di dalam rumah tangga barunya ini, ia akan mencoba terlihat profesional.
Dalam upaya agar terlihat seperti benar-benar kesakitan, namun justru membuatnya susah sendiri ketika Gary kesulitan untuk membuka kancing bajunya. Namun, tiba-tiba saja Kya mendekat di saat melihat suaminya kesulitan. Tanpa berkata apapun, Kya segera melepaskan kancing baju suaminya pelan-pelan.
"Kamu kalau butuh bantuan ku harusnya ngomong. Lagipula kita baru udah jadi suami dan istri, Mas," ucap Kya.
Membuat Gary terdiam ketika panggilan barunya tiba-tiba ia dengar, namun saat itu justru membuat batinnya berkata. "Apa aku enggak salah dengar? Mas? Kya panggil aku dengan mas? Gawat! Kalau sampai Sera tahu aku bisa dimarahin nih. Apalagi kalau tiba-tiba Sera datang ke rumah, pasti dia makin curiga sama aku. Enggak mungkin kan aku bilang udah jadi suami orang sama kekasihku sendiri?"
"Um, Kya, sebaiknya kamu jangan panggil aku dengan sebutan mas. Bukan karena apa-apa hanya saja aku belum terbiasa. Sebaiknya panggil aku dengan sebutan Gary, seperti yang sering kamu sebut," bantah Gary dengan perlahan agar tidak membuat Kya curiga.
"Loh? Memangnya kenapa, Mas? Lagian bagus buat rumah tangga kita kan? Aku juga sebenarnya bisa kok menjadi seorang wanita mandiri dan tidak manja. Meskipun memang aku lebih suka menjadi manja karena sudah terbiasa. Jadi, bolehkah kalau aku meminta untuk dipanggil dengan sebutan sayang atau istriku?" tanya Kya dengan tiba-tiba.
Semakin membuat Gary tidak tahan dengan pembicaraan baru mereka menjadi suami dan istri dihari pertama. Namun, Gary berusaha bersabar agar tidak berbuat ulah sebelum hari pembalasan pun tiba.
"Kya, sebaiknya kita saling memanggil dengan sebutan seperti biasa. Kamu tidak akan marah kan? Oh ya, sekarang aku ingin pergi ke suatu tempat. Jadi, aku ingin mandi, dan bisakah kamu ke luar sejenak?" pinta Gary.
Sudah menjadi suami dan istri, ditambah hubungan penyatuan telah lebih dulu mereka lakukan, dan sekarang permintaan Gary membuat Kya semakin kebingungan. Hingga membuat Kya terdiam beberapa saat.