Chereads / Cintai Aku Walau Sejenak / Chapter 11 - Candu akan senyuman mu

Chapter 11 - Candu akan senyuman mu

Mendengar pertanyaan polos dari Kya membuat Gary terdiam sembari menatap kearah wanita itu. Entah mengapa dia berpikir seperti sedang berhadapan dengan anak kecil yang salah masuk ke dalam jiwa seorang wanita dewasa. Bahkan seumur hidupnya baru kali ini ia melihat ada seorang wanita yang belum pernah merasakan apa itu kencan? Gary sampai dibuat terdiam dalam seribu kebisuan.

Meskipun Gary terdiam, tapi pikirannya terus berputar hingga batinnya bertanya. "Apa wanita ini baru saja ke luar dari gua? Dia bahkan tidak tahu kencan pertama seperti apa. Ya ampun polos sekali dia."

"Kya, ini bukan kencan pertama, hanya saja aku ingin mengajakmu makan malam karena aku ingin berterima kasih. Lebih baik sekarang kita turun," sahut Gary dengan berusaha menjelaskan agar tidak membuat wanita itu salah paham."

Mereka segera menemui Larissa--adiknya Gary. Tepat saat itu, Larissa sedang menunggu, dan segera berlari memeluk kakak tersayangnya. Dengan sangat bahagia, Gary membalas pelukan adiknya itu sembari mengusap rambutnya Larissa.

"Kakak, aku sudah lama menunggumu!" ketus Larissa dengan raut wajahnya cemberut, dan segera melepaskan pelukannya.

"Maaf, tadi aku sedang terkena sial. Jadi, aku sedikit telat menjemputmu," sahut Gary dengan berusaha membuat adiknya tidak marah.

Sikap Larissa yang selalu manja dengan kakak dan ayahnya membuat dia dengan cepat marah. Hingga amarahnya itu bisa membuat orang lain sakit hati hanya dengan ucapan kasar yang tidak sengaja ia lontarkan. Menjadi anak yang paling disayang membuat Larissa Giovanni sampai tidak bisa bersikap sopan dengan orang lain, bahkan hanya keluarganya sendiri yang bisa mengerti tentang dirinya. Gadis cantik berusia 20 tahun itu benar-benar terlihat sudah dewasa, dan wajahnya begitu mirip dengan Gary.

Mendengar penjelasan dari Gary, membuat Larissa mencoba mengerti hingga dia tidak memperpanjang masalah keterlambatan penjemputannya. Tapi, saat itu dia melirik kearah Kya, dan membuatnya merasa asing oleh wanita itu.

"Siapa dia, Kak?" tanya Kya dengan tatapan mata yang sinis ia perlihatkan, bahkan sampai menatap kearah Kya dari bawah sampai keatas.

"Oh aku sampai lupa mengenalkan kalian berdua. Jadi, ini namanya Kya. Dia teman barumu, dan sekaligus akan menjadi keluarga kita karena dia akan kembali tinggal di rumah kita. Lebih jelasnya kamu tanyakan sama kepada daddy," sahut Gary.

Dengan berusaha bersikap ramah, Kya segera mengulurkan tangannya untuk bersalaman, tapi justru Larissa menatap kearah lain seperti sedang sengaja ingin menghindar jabat tangan. Suasana yang canggung, dan membuat Gary merasa tidak enak hati dengan Kya atas sikap adiknya.

Hingga membuat Gary melangkah mendekati Kya sembari membisikkan sesuatu. "Maafkan sikap adikku, nanti akan aku jelaskan semuanya."

Dengan anggukan kecil Kya menjawab ucapan itu. Ia memilih untuk bersabar daripada harus berkoar-koar tanpa tahu kejelasan terlebih dahulu. Larissa pun berjalan lebih dulu karena dia sudah lelah berdiri terlalu lama, dan Gary memberikan arahan agar Kya berjalan di sampingnya.

Tiba di dalam mobil, Larissa belum mau masuk, namun justru menatap kearah mobil itu sembari bertanya. "Sejak kapan mobil kita jadi berganti dengan mobil jelek ini, Kak? Apa kamu sudah kehilangan akal?"

"Larissa, sekarang masuk dan duduk dengan tenang. Sudah bagus ada yang mau menolong kita," sahut Gary dengan tegas.

Meskipun merasa tidak suka dengan mobil yang tidak mewah milik Kya, namun mau tidak mau dia dengan sangat terpaksa masuk daripada tidak bisa pulang. Sejak di dalam perjalanan, tidak ada sepatah kata pun yang terdengar melainkan hanya kebisuan. Begitupun dengan Kya, yang merasa sedikit tidak nyaman ketika dirinya sebagai pemilik mobil yang justru harus duduk di belakang.

Tiba di kediaman Giovanni. Larissa segera turun untuk bertemu dengan ayahnya karena kerinduan kepada cinta pertamanya. Berbeda dengan Gary yang justru menarik tangan Kya untuk kembali masuk ke dalam mobil, dan diam-diam mereka segera pergi tanpa diketahui oleh Larissa.

Di dalam mobil, Kya terus berdiam diri meskipun sedang berduaan bersama dengan Gary. Hal itu membuat Gary merasa tidak nyaman, dan tahu akan kesalahan dari sikap adiknya yang begitu sombong. Ia mencoba menyentuh tangan Kya, hingga wanita itu melirik dirinya.

"Kamu marah?"

"Enggak," jawab Kya dengan perlahan sembari mengalihkan pandangannya.

"Yang bener enggak? Terus kenapa wajahnya cemberut begitu?"

"Enggak apa-apa."

Mendengar sahutan Kya dengan seadanya, membuat Gary semakin paham bahwa wanita itu sedang kesal. Ia pun dengan perlahan menepikan mobilnya agar bisa berbicara lebih leluasa.

"Aku tahu sikap Larissa memang tidak beda jauh denganku, tapi percayalah kami sebenarnya orang-orang baik. Jadi, ya maklumi saja kalau Larissa ketus seperti tadi karena selama ini dia selalu menjadi anak yang manja. Bahkan selama ibuku masih ada, dia menjadi perhatian banyak orang, itulah sebabnya dia seperti itu," ucap Gary dengan perlahan.

"Lalu kenapa kamu harus memberi penjelasan padaku? Bukankah adikmu tidak ada hubungannya denganku? Sepertinya putusan aku untuk kembali ke rumah kalian semakin menipis," lirih Kya.

Sontak saja membuat Gary terdiam sampai ia berkata dalam batinnya. "Gawat! Kalau sampai Kya gagal kembali ke dalam keluarga kami, itu artinya jabatan ku bisa diturunkan oleh daddy. Ya ampun! Ini tidak boleh terjadi."

"Tolong! Jangan katakan seperti itu karena Larissa tidak bermaksud lain. Meskipun sikapnya membuat orang lain tersinggung, tapi percayalah aku akan berusaha membuat dia supaya bisa lebih bersikap baik kepadamu bahkan siapapun. Jadi, jangan tunda, dan kembalilah ke keluarga Giovanni," sahut Gary.

"Aku akan mencoba berpikir terlebih dahulu, dan nanti malam aku akan memberikan jawabannya. Tapi, ngomong-ngomong sekarang kita akan ke mana?"

"Ke rumahmu."

"Untuk apa?"

"Ya ampun! Kya, apa kamu sudah lupa kalau nanti malam kita akan makan malam dulu? Jadi, sekarang aku mengantar kamu pulang, dan setelah itu aku akan menjemputmu. Mobil ini aku bawa pulang dulu."

"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" tanya Kya dengan raut wajahnya yang sedang menahan tawa.

Membuat Gary menghela nafas dengan berat sembari berkata. "Kamu harus mau karena aku tidak mau tahu."

"Enak saja!" Kya langsung tertawa ketika mendengar paksaan dari Gary, namun hal itu membuat dia senang sampai melupakan kekesalan yang baru saja ia dapat dari Larissa. Begitupun dengan Gary, yang ikut bahagia ketika melihat Kya tertawa.

Mata Kya berbinar-binar ketika melihat senyuman Gary yang begitu membuatnya terpesona, hingga ia semakin ingin menatap wajah pria itu tanpa hentinya. Sampai membuat batinnya berkata. "Gary, andai saja kamu tahu bahwa sekarang aku bisa kembali tersenyum karena kehadiranmu, dan entah mengapa kamu seperti candu buatku. Bahkan sikap dingin mu saja membuatku terpikat, jadi sekarang aku tidak punya alasan untuk menolak perasaanku ketika kamu terus mencoba tersenyum kearah ku."