Chereads / Alexa's Dream And Love / Chapter 52 - Bab 52. Diculik.

Chapter 52 - Bab 52. Diculik.

"AKKKKKKHHHH!!"

"SHELLAA!!"

Kuda hitam gagah yang ditunggangi Shella terjatuh karena terkena jebakan, sehingga membuat Shella ikut terlempar dan terpelanting dengan keras ke atas tanah. Tak tinggal diam, Alexa pun segera turun dari kuda putih yang ditungganginya dan mendekati Shella.

"Shell! Bangun, Shell. Shella!! Bangun ulat bulu!" Alexa menepuk pipi mulus Shella sedikit kencang dan berusaha membangunkan gadis yang biasa ia panggil dengan sebutan si ulat bulu tersebut.

Sialnya, Shella masih saja belum sadarkan diri meskipun pipi putih mulusnya sedikit memerah karena tepukan Alexa. Wajar saja, karena Alexa menepuk pipi Shella dengan menggunakan sedikit tenaga dalam, makanya pipi Shella terlihat memerah.

Tak beberapa lama kemudian, muncul beberapa kawanan bandit. Dari arah depan, dan untuk pertama kalinya Alexa merasa panik karena kini ia sendirian dan tidak bersama dengan para pengawalnya.

Dan yang lebih buruk lagi, Alexa kini hanya bersama dengan Shella yang sedang tak sadarkan diri. Kalaupun Shella sadar, memangnya dia bisa apa? Ilmu bela diri saja Shella tidak bisa, satu-satunya hal yang bisa lakukan hanyalah menggoda Daniel.

Alexa memutar bola matanya, semenjak ia tinggal bersama sang Papa hidupnya tak pernah bisa tenang. Selalu saja bertemu penjahat, bandit, pasti ujung-ujungnya dia akan terluka lagi.

"Mau apa kalian?!" tanya Alexa galak.

"Cepat!! Bawa ke-2 gadis itu dan bawa ke markas!" sang pimpinan menurunkan titahnya kepada semua anak buahnya.

"Sial!!! Shell! Bangun!! Sampai kapan kamu mau pingsan?!" Alexa masih berusaha membangunkan Shella, namun usahanya sia-sia saja.

Kali ini Alexa harus memutar otak agar bisa , ia bisa saja melarikan diri. Tapi ... bagaimana dengan nasib Shella?

Alexa melepas jam tangannya lalu dibuangnya begitu saja sebagai pertanda, kalau anak buah sang papa mencarinya. Alexa kemudian berdiri tegap dan sedang bersiap untuk menghadapi para bandit. Setidaknya ia bisa sedikit memberi perlawanan.

Satu per satu bandit-bandit itu dihajar dan dibanting oleh Alexa ke atas tanah. Sayup-sayup terdengar suara lenguhan dari mulut Shella. Ya, Shella akhirnya sadar.

"A–ada apa ini? Si–siapa mereka, Lex?" tanya Shella sedikit ling-lung.

"Apa tidurmu nyenyak? Apa kamu tidak tahu kalau mereka adalah penjahat? Apa perlu aku tanyakan nama mereka satu per satu? Agar kamu kalian bisa berkenalan," jawab Alexa bercanda dengan napas ngos-ngosan setelah berhasil membanting satu bandit ke atas tanah.

"Apa ini saat yang tepat untuk bercanda?! Kenapa kamu tidak kabur?"

"Aku pikir kepalamu terbentur cukup keras sehingga otakmu menjadi sedikit eror. Salah siapa kamu pingsan tidak bangun-bangun?" Alexa menyalahkan Shella.

Shella pun bangkit lalu berdiri dan berlindung di belakang punggung Alexa, gadis itu tampak ketakutan. Karena Shella belum pernah sekalipun berhadapan langsung dengan para penjahat.

Tiba-tiba hal yang tidak terduga terjadi, bandit-bandit yang pertama kali datang tadi langsung dihabisi oleh gerombolan penjahat yang baru saja datang, sehingga satu per satu bandit itu pun tewas mengenaskan. Shella yang biasanya galak bagai singa, nyalinya langsung menciut setelah melihat banyak orang dibunuh di depan matanya.

"Cepat tangkap mereka! Jangan sampai putri Indra Prayoga dan juga Harri lepas begitu saja," titah sang kepala penjahat kepada anak buahnya.

'Bahaya! Kenapa mereka mencariku dan juga Shella? Pasti mereka adalah musuh papa dan juga musuh papa Shella,' batin Alexa.

"Shell, lari!"

"Apa?"

"Cepat lari!!"

Alexa mencengkeram pergelangan tangan Shella lalu mereka berlari memasuki hutan semakin jauh ke dalam, dan yang lebih gawatnya lagi para penjahat sadis itu kini berlari mengejar dari arah belakang.

"Siapa mereka, Lex?" tanya Shella sambil terus berlari.

"Entahlah! Yang jelas, mereka adalah musuh orang tua kita," jawab Alexa.

"Kalau begitu, kita sembunyi saja di hutan," usul Shella cepat. "Ayo, cepat. Ikuti aku," ajak Shella.

Kini Shella berlari memimpin di depan, semakin dalam dan semakin masuk ke hutan.

"Berhenti kalian!! Atau kalian akan aku tembak!"

"Jangan berhenti, Shell! Atau kita pasti akan celaka," ucap Alexa memperingatkan Shella.

Shella dan Alexa pun semakin berlari cepat menghindari kejaran para penjahat. Tapi ...

Dorr dorr dor ....

Para penjahat itu menembak ke udara sebanyak 3 kali sebagai peringatan hingga bergema sampai ke seluruh penjuru hutan, membuat kedua gadis itu terkejut dan terpaksa berhenti.

Kedua gadis cantik yang selalu bertengkar, kini saling menatap. Shella menelan saliva, keringat dingin pun mengucur deras di dahinya.

"Kita cari tempat yang aman untuk sembunyi," ucap Alexa yang ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Shella dan keduanya kini kembali berlari kencang untuk mencari tempat persembunyian yang aman.

Di tempat lain ...

"Alexa!! Shella!! Kalian dimana?" teriak Daniel seraya menarik tali kekang kudanya untuk menghentikan laju kuda.

Mata Daniel menyapu ke penjuru hutan mencari tanda-tanda keberadaan Alexa dan Shella, namun sayangnya ia tidak menemukan satu petunjuk pun. Anak buah Indra dan anak buah Harri juga tiba bersamaan, dengan napas yang memburu mereka berjalan mendekati Daniel yang sedang mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Tuan Daniel! Apa tuan menemukan keberadaan nona Alexa dan juga nona Shella?" tanya salah satu anak buah Indra.

Daniel menggeleng cepat. "Belum, bagaimana dengan kalian?"

"Belum juga," jawab salah seorang anak buah Indra.

Hati Daniel semakin tidak tenang. "Bagaimana kalau kita berpenc–"

Belum selesai Daniel berbicara, mereka mendengar gema letusan pistol. Terdengar jauh, tapi mereka bisa mendengarnya dengan jelas. Mata Daniel dan mata pengawal Indra pun saling beradu pandang, saat ini dipikiran Daniel, itu mungkin hanyalah suara pistol pemburu yang sedang menembak buruannya saja.

Dan suara tembakan pun sangat biasa terdengar di dalam hutan, jadi tidak ada hal yang aneh dengan itu. Tapi, firasat Daniel terasa sangat tidak enak karena Alexa dan Shella masih menghilang.

"Kamu, kembalilah ke villa dan lihat apakah Alexa dan Shella sudah kembali? Jika mereka belum kembali juga, segera minta om Indra dan juga om Harri untuk mengerahkan anak buah mereka menuju ke hutan. Karena kami akan menyisir hutan untuk mencari keberadaan Alexa dan Shella," perintah Daniel kepada salah satu anak buah Harri.

"Baik, tuan." setelah mendapat perintah, anak buah Harri pun segera berlari menuju ke arah villa untuk mengerjakan perintah Daniel.

Daniel dan beberapa pengawal yang tersisa pun berlari menuju ke hutan, para pengawal itu pun segera mengeluarkan pistol yang mereka simpan di balik saku jas dan mengokang pistol jenis revolver kaliber 44 serentak.

Saat mereka berjalan beriringan dengan posisi siap siaga, Daniel dan pengawal yang lainnya dikejutkan dengan adanya mayat para bandit yang terlihat bergelimpangan di atas tanah. Tak menunggu lama, mereka pun segera memeriksa mayat-mayat tersebut.

"Apa kamu bisa mengenali mereka? Apakah mereka anggota geng mafia?" tanya Daniel kepada salah satu anak buah Indra.

"Bukan, mereka hanyalah bandit biasa. Tapi kenapa mereka bisa berada di sini? Sangat aneh!"

Para pengawal itu pun menggeledah pakaian dari mayat para bandit untuk menemukan sebuah petunjuk.

"Lihat! Bukankah ini foto nona Shella?" salah seorang pengawal Harri menemukan foto Shella di balik jas salah satu mayat dan menunjukkannya kepada Daniel.

"Berarti mereka adalah kawanan bandit yang sedang mengincar Shella," duga Daniel. "Lantas ... kemanakah Alexa dan juga Shella pergi menghilang?"

Anak buah Indra, memungut sebuah peluru yang berada tak jauh dari mayat bandit-bandit itu. Diamatinya peluru dengan cermat, beberapa detik berikutnya netra anak buah Indra itu pun membulat. Sepertinya ia mengenali jenis peluru yang tercecer di dekat mayat para bandit.

"Peluru kaliber 57mm, jenis pistol FN 57 buatan Belgia. Jenis pistol ini hanya digunakan oleh para penegak hukum saja, sedangkan untuk warga sipil menggunakan jenis pistol yang sama namun berbeda versi," paparnya.

"Jadi ... siapa yang telah membunuh mereka?" Daniel dan pengawal itu saling memandang.

Daniel dan pengawal yang lain tiba-tiba dikejutkan lagi oleh gema desingan peluru yang membahana, dan tanpa berpikir panjang. Daniel dan yang pengawal yang lain langsung berlari mencari sumber suara tembakan itu berasal.

"Akkh!! Alexa, tolong aku."

Tib-tiba Shella terjatuh karena kakinya tersandung ranting pohon, Alexa pun berhenti berlari dan langsung menghampiri Shella.

"Kamu tidak apa-apa, Shell?"

"Kakiku sakit, aku tidak bisa berlari lagi. Aku juga lelah," keluh Shella sambil meringis kesakitan.

Alexa melihat sekeliling dengan gelisah. "Apa kamu bisa jalan? Coba kamu berdiri, bisa tidak?"

Shella mencoba untuk berdiri, namun tidak bisa dan kembali terjatuh.

"Sakiit! Aku takut, Lex." ucap Shella sambil menangis.

"Sudahlah, jangan menangis lagi. Aku akan memapahmu berjalan, kita cari tempat untuk sembunyi," hibur Alexa lalu ia pun membantu Shella berdiri dan memapahnya berjalan.

Tak lama mereka berjalan, mereka menemukan sebuah gubuk kosong. Mungkin saja itu milik warga yang digunakan untuk istirahat, dan tanah yang mereka injak juga sepertinya bekas ladang. Tapi sayangnya sudah terbengkalai lama.

"Lex, kita istirahat di sana saja." Shella menunjuk ke arah gubuk kosong.

"Tidak! Jangan di sana! Para penjahat itu bisa dengan mudah menemukan kita," tolak Alexa tegas, karena ia punya pengalaman buruk saat ia hendak dibunuh waktu itu, jadi Alexa menggunakan pengalamannya sebagai pelajaran.

"Benar juga," ucap Shella menuruti Alexa.

Mereka pun berjalan semakin jauh dan semakin tersesat jauh ke dalam hutan entah berantah. Tidak ada satupun rumah penduduk yang terlihat, rasa cemas dan takut mulai menyelimuti perasaan Shella dan Alexa.

"Aku lelah, Lex. Kakiku juga sakit, apakah kita bisa beristirahat sebentar?" Shella mulai merengek.

Hati Alexa pun merasa iba melihat kondisi Shella, dengan cepat ia mencari sebuah tempat untuk bisa beristirahat.

"Sabar ya, Shell. Kita coba jalan sebentar, kalau ada tempat yang aman kita bisa beristirahat." Alexa mencoba menenangkan Shella.

"Baiklah," ucap Shella menuruti kata-kata musuh bebuyutannya.

Shella dan Alexa pun kembali berjalan.

"Lihat di sungai itu, ada sebuah gua kecil, mungkin kita bisa berlindung di sana." Alexa menunjuk ke sebuah gua kecil yang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat mereka berdiri saat ini

Shella mengangguk senang. " Iya."

Akhirnya, kedua gadis itu pun sepakat untuk beristirahat di dalam gua. Sebelum mereka masuk ke dalam, Alexa memeriksa terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam gua, apakah ada ular atau binatang berbahaya di dalamnya .

"Aman, ayo masuk."

Alexa dan Shella segera masuk ke dalam gua yang sedikit gelap dan lembab. Mereka berdua beristirahat melepas lelah barang sejenak.

"Sini, aku coba lihat kaki kamu," ucap Alexa kepada Shella.

Alexa membuka sepatu boat warna hitam yang Shella kenakan, ia lalu memeriksa kaki Shella dengan seksama.

"Tidak apa-apa, kok. Kakimu hanya terkilir saja, aku coba urut sebentar," ucap Alexa dan Shella hanya manggut-manggut saja dan menuruti kata-kata Alexa.

"Coba tahan sebentar, ini akan terasa sedikit sakit. Tapi hanya sebentar saja," imbuh Alexa.

Lalu Alexa mengurut kaki Shella, entah apa yang ia lakukan sampai Shella menjerit kesakitan.

"Sudah, coba gerakkan kaki kamu pelan-pelan," pinta Alexa dan sekali lagi Shella menurut.

Shella memutar-mutar kakinya. " Kakiku sudah baikan, sudah tidak sakit lagi."

"Syukurlah kalau begitu."

Alexa kembali duduk di samping Shella sambil menyelonjorkan kakinya. Suasana tiba-tiba menjadi hening dan yang terdengar hanyalah suara gemericik air mengalir dari sungai.

"Suatu hari nanti, kamu pasti bisa menjadi seorang dokter yang baik dan hebat. Terima kasih karena tidak meninggalkan aku, dan maafkan aku atas semua kesalahan yang aku perbuat kepadamu," ucap Shella dengan ekspresi wajah yang benar-benar tulus.

"Lex, aku minta maaf. Kak Daniel hanya mencintaimu saja, dia tidak pernah suka kepadaku bahkan kak Daniel sangat membenciku. Kejadian tadi pagi hanyalah kesalahpahaman saja," jelas Shella.

"Rupanya kalian bersembunyi di sini! Cepat tangkap mereka!"

Belum sempat Alexa berkata-kata, para penjahat itu sudah terlebih dahulu menemukan tempat persembunyian Alexa dan Shella. Mereka pun akhirnya ditangkap oleh para penjahat itu.

"Lepaskan aku!! Tolong," teriak Shella.

"Lepas!!"

"DIAM!! Atau aku akan meledakkan kepala kalian dengan pistol ini!"

Pimpinan penjahat itu menodongkan pistol tepat di kening Alexa.

Lalu .... Bagaimanakah nasib Alexa dan Shella selanjutnya?

Mampukah Daniel menyelamatkan Alexa dari para penjahat? Dan siapakah dalang yang merencanakan aksi penculikan ini?

To be continued