Chereads / Alexa's Dream And Love / Chapter 53 - Bab 53. Sisi Kejam Daniel.

Chapter 53 - Bab 53. Sisi Kejam Daniel.

Alexa dan Shella hanya bisa menurut saat mereka dibawa oleh para penjahat. Bagaimana tidak, sedikit saja mereka melawan bisa saja peluru menembus kepala mereka.

Kedua gadis remaja itu dibawa ke markas para penjahat itu dengan mata yang ditutup kain berwarna hitam dengan mulut yang dilakban, sedangkan tangan mereka diikat di belakang.

Entah sudah berapa jam lamanya, Alexa dan Shella tidak sadarkan diri. Begitu mata Alexa terbuka, yang terlihat hanyalah ruangan kotor penuh debu, pengap, dengan pencahayaan yang sangat kurang.

Saking minimnya pencahayaan, Alexa sendiri bahkan tidak bisa membedakan antara siang dan malam. Gadis itu menoleh ke samping, ternyata Shella masih belum sadarkan diri, sedangkan tangannya diikat tali ke belakang.

"Shell!! Shella, bangun," panggil Alexa dengan suara sangat pelan namun Shella masih saja tidak sadarkan diri, tak tahu kenapa gadis itu selalu saja susah kalau dibangunkan.

Alexa berusaha mengumpulkan tenaga, gadis itu mengangkat kedua kakinya yang sedang diikat menjadi satu. Ia kemudian menendang pelan kaki Shella untuk membangunkan gadis manja yang kini masih berbaring di atas lantai penuh debu tanpa alas.

Shella melenguh pelan, dan perlahan-lahan matanya terbuka dan mulai sadar. Ia terlihat sangat terkejut setelah menyadari kalau dirinya sedang disekap.

"Di–dimana ini? Kenapa kita sedang berada di gudang tua?" ekspresi wajah Shella terlihat takut dan panik dan langsung mendekatkan tubuhnya berlindung dibalik punggung Alexa.

"Entahlah," jawab Alexa singkat sambil menghembuskan napas dengan kasar.

"Apa kita akan dibunuh, Lex? Seperti di film-film penculikan?"

"Aku juga tidak tahu, kalau mereka ingin tebusan uang. Untuk sementara kita aman, tapi kalau tujuan mereka menculik kita karena alasan balas dendam atau saingan bisnis, tamatlah riwayat kita." Alexa mencoba menerka-nerka, dari kedua opsi itu manakah yang benar.

"A–apa yang harus kita lakukan sekarang? Bisakah kita kabur dari sini?" tanya Shella menatap wajah Alexa dan menunggu jawaban dari gadis jenius itu.

"Kita lihat situasi dulu, ada berapa banyak penjahat yang sedang berkumpul di sini. Tapi, kalau untuk kabur, aku masih sedikit ragu. Mengingat kakimu masih sakit dan sulit untuk berjalan, mau kabur pun sulit karena kita pasti akan segera tertangkap," jelas Alexa.

"Lalu ... apa yang harus kita lakukan?" tanya Shella hampir menangis.

"Tenanglah! Papaku dan papamu pasti akan mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan kita. Tidak lama lagi, Shella. Bersabarlah," ucap Alexa yang disambut dengan anggukan pelan Shella.

"Ta–tapi, Lex. Bagaimana kalau kita diapa-apain sebelum papa kita berhasil menemukan keberadaan kita?"

Alexa memutar bola matanya. "Jangan berpikiran yang aneh-aneh dong, Shell?! Percaya kepadaku! Papaku pasti bisa dengan cepat menemukan keberadaan kita, orang aku kabur ke lubang semut aja papaku bisa tahu."

Suara derap langkah terdengar begitu jelas, seorang pria yang memakai kemeja hitam dengan wajah yang terlihat kejam sedang berjalan mendekat ke arah Alexa dan Shella, pria itu mengambil kursi yang terbuat dari kayu lalu duduk diatasnya.

"Sepertinya kalian sedang membicarakan hal yang menarik, apa kalian bisa memberitahuku tentang topik pembicaraan kalian?" tanya sang pria sembari menyalakan rokok lalu menghisapnya panjang dan meniupkan asapnya ke arah Alexa dan Shella sampai kedua gadis itu terbatuk-batuk.

"Siapa kalian? Apa tujuan kalian menculik dan menyekap kita berdua di sini?" tanya Alexa kepada pria yang kini tengah duduk dihadapannya.

Sang pria itu malah tertawa terbahak-bahak, pria itu kemudian membuang rokoknya ke lantai lalu menginjak-injak rokoknya sampai apinya mati dan gepeng.

"Jadi kamu anak Indra Prayoga?!" pria itu menatap ke arah Alexa dengan wajah yang menyeramkan. "Pantas saja, wajah kalian sangat mirip. Bahkan Indra juga menurunkan kesombongannya kepadamu dengan sangat baik," imbuhnya.

Jadi ... jelas sudah, para penjahat itu ternyata adalah musuh Indra Prayoga. Jangan-jangan para penjahat itu adalah suruhan dari Roger?

Di sisi lain ...

Setelah hampir seharian mencari keberadaan Alexa yang berakhir dengan tangan kosong, Daniel akhirnya kembali ke villa milik Harri. Indra dan Harri sedang duduk di sofa dan menunggu laporan dari para anak buah mereka yang kini telah dikerahkan untuk mencari Alexa dan Shella.

Daniel melihat dengan jelas rasa kekhawatiran serta rasa ketakutan pada wajah Indra dan Harri, kedua lelaki itu takut kalau terjadi sesuatu kepada putri-putri mereka.

"Daniel! Bagaimana? Apakah kamu mendapatkan kabar tentang keberadaan Alexa dan Shella?" tanya Indra cepat, Harri juga seketika berdiri dari sofa saat melihat kedatangan Daniel.

Daniel menggeleng cepat.

Beberapa saat kemudian, Leon datang dengan terburu-buru. Setelah memberi sang big boss penghormatan, lelaki itu bersiap untuk melapor.

"Tuan Indra, kami sudah menemukan keberadaan nona Alexa dan nona Shella. Mereka kini sedang disekap di sebuah gudang tua yang berada di wilayah perbukitan sebelah barat," lapor Leon.

"Siapa? Siapa yang sudah berani menculik putriku?" mata Indra nyalang.

"Mereka adalah para pemberontak dari klan Camora," jawab Leon.

" Klan Camora?! Bukankah klan Camora sudah aku taklukkan beberapa tahun yang lalu? Bahkan pemimpinnya saja kini sudah berpihak kepada kita," ucap Indra.

"Tidak semuanya, mereka adalah orang-orang yang sempat melarikan diri saat kita menyerang markas mereka dulu. Setelah beberapa tahun berlalu, mereka berhasil menghimpun kekuatan dan kini tengah berbalik menyerang anda, Tuan," jelas Leon.

"Kurang ajar!! Berani-beraninya mereka berbalik menyerangku! Akan aku habisi nyawa mereka semua malam ini juga," ujar Indra dengan tatapan penuh amarah.

"Leon! Siapkan persenjataan yang lengkap, tempatkan semua penembak jitu di setiap sisi gudang. Malam ini juga, aku akan mengerahkan semua anak buahku untuk membantai klan Camora sampai ke akar-akarnya agar mereka tidak bisa kembali memberontak seperti ini lagi dikemudian hari," titah Indra.

"Baik, Tuan." Leon segera pergi untuk melaksanakan titah dari Indra.

Hanya 1 jam saja, semua anak buah Indra kini sudah dipersenjatai lengkap bagaikan tentara yang sudah siap untuk berperang. Begitu pula dengan Daniel dan Indra langsung berangkat menuju ke perbukitan untuk menyerang markas klan Camora, dan kali ini Indra tidak akan membiarkan satu orang pun hidup.

****

Pimpinan dari klan Camora bangkit dari kursinya lalu berjalan mendekati Alexa, sorot mata seorang pembunuh terpancar dari mata lelaki itu. Penuh dendam dan tanpa ampun, ia ingin membalas dendamnya kepada Indra dengan menyakiti Alexa.

"Bos, gawat!! Kita dikepung!" salah seorang anak buah pimpinan klan melapor kepada sang pimpinan dengan napas yang terengah-tengah.

"Dikepung?''

"Iya, bos. Anak buah Indra kini sudah mengepung di semua sisi dengan persenjataan yang lengkap, lalu ... apa yang harus kita lakukan?

Belum juga menjawab, satu orang lagi anak buah ketua klan Camora datang dengan berlarian dan menghampiri sang boss.

"Boss, gawat! Mereka sudah mulai menyerang kita, anak buah Indra menembaki semua anak buah kita dengan sangat brutal dan kejam..

"Apa!" Sialan!! Kita harus cepat pergi dari sini," ajak sang pemimpin klan menginstruksikan kepada semua anak buahnya untuk mundur.

Namun, semuanya sudah terlambat. Daniel sudah berhasil menerobos masuk ke dalam gudang, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa belas kasih. Daniel menembaki anggota klan Camora tepat di kepala mereka sehingga darah dan isi kepala mereka berceceran.

Wajah tampan Daniel juga terciprat darah segar, namun ia tidak peduli dan malah semakin brutal menembaki anggota klan Camora dan membuat pimpinan klan semakin terpojok. Seperti tikus yang sedang terpojok, ia sedang memikirkan sebuah cara untuk melawan.

Apakah ini adalah sisi kejam Daniel yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya?

"Kak Daniel," panggil Alexa dan Shella serentak.

Tepat di belakang Daniel, Indra muncul dengan membawa pistol.

"Dasar bajingan!!" ketua klan Camora menarik lengan Alexa ke dalam dekapannya dan menyandra gadis itu dengan menodongkan belati ke leher jenjang Alexa. "Maju selangkah lagi, aku akan pastikan kepala putrimu yang cantik ini terlepas dari tubuhnya," ancamnya cepat dan semakin dalam menancapkan belati dan membuat darah segar mengalir dari leher Alexa.

Daniel tidak terima karena perempuannya dilukai dan diperlakukan kasar, saat Daniel hendak membidik kepala pimpinan klan Camora. Tangan Indra dengan cepat mencegah Daniel.

"Kenapa? Cepat tembak aku! Kenapa kalian malah diam, hah?!"

"Jangan menjadi pengecut dengan menyandera anak kecil! Menyerahlah, lepaskan putriku. Dan aku janji tidak akan membunuhmu," ujar Indra mencoba bernegosiasi.

"Apa aku akan percaya begitu saja dengan ucapanmu, Indra?! Hanya orang idiot yang mau percaya dengan ucapan omong kosongmu," ucap sang pimpinan klan.

Indra yang sudah habis kesabaran langsung membidikkan pistolnya tepat di kening sang pemimpin klan, tidak sulit bagi Indra untuk menembak kepala lelaki bajingan karena ada perbedaan tinggi badan putrinya dengan tinggi badan pimpinan klan Camora.

Peluru berdesing tepat menembus dada sebelah kanan pimpinan klan Camora hingga tubuhnya roboh seketika di atas tanah, darah lelaki itu dengan cepat menggenangi tubuhnya, peluru yang menembus dada pimpinan klan itu bukanlah peluru dari pistol Indra. Melainkan peluru dari pistol yang diluncurkan oleh penembak jitu yang dari tadi sedang bersembunyi di atap gudang tua itu.

Melihat Alexa sudah terbebas, Daniel segera menghampiri gadis yang amat ia cintai itu. Pria itu melepas semua ikatan di tangan Alexa, lalu ia memeluk tubuh Alexa dengan erat. Dan Alexa juga membalas pelukan Daniel.

"Alexa! Kamu tidak apa-apa, 'kan? Maafkan kak Daniel karena baru datang sekarang," ucap Daniel semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh langsing Alexa.

Alexa hanya mengangguk cepat, lalu ia kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Daniel.

Anak buah Indra langsung membantai sisa pengikut klan Camora, suara desingan peluru tak henti-hentinya membahana di dalam gudang tua.

Tahu Alexa takut dengan suara letusan pistol, Daniel langsung menutup kedua telinga Alexa supaya gadis itu tidak ketakutan lagi.

Tidak lama, kini suasana sudah berubah hening. Tapi, mayat para anggota klan Camora terlihat bergelimpangan di atas tanah dengan darah berwarna merah pekat menggenang.

Indra melepaskan tali yang mengikat tangan dan kaki Shella, Papa kandung Alexa itu juga memapah tubuh Shella dan membantunya untuk berjalan.

"Ayo, kita pergi dari sini," ajak Indra berjalan memimpin di depan, tepat dibelakangnya ada Alexa dan Daniel yang berjalan beriringan dengan tangan yang masih melingkar di pinggang Alexa.

Lengah ... mereka pikir telah berhasil menghabisi klan Camora, namun pikiran mereka salah. Dengan tangan yang gemetar, pemimpin klan Camora yang sedang sekarang itu terlihat mengambil pistol yang ia selipkan di balik bajunya.

Dengan tangan yang bergetar, ia menarik kokang pistol lalu membidik tubuh Alexa. Reflek, Daniel menoleh ke belakang dan sangat terkejut karena pimpinan klan ternyata sedang menodongkan pistol ke arah Alexa dan ....

DORR!!

Peluru berdesing dan tepat menembus punggung seseorang, suasana berubah hening dan mencekam. Sampai tubuh itu ambruk dan terjatuh ke tanah.

To be continued.