"Apa kalian sudah gila?! Saya bukan pengangguran! Jadi untuk apa saya mau mencuri spion mobil jelek kalian." Alexa membela diri.
"Tadi saya tidak sengaja menyenggol spion mobil kalian, makanya saya menunggu di sini untuk meminta maaf. Dan kalian malah menuduh saya mau mencuri spion, waaow!" imbuhnya sambil bertepuk tangan.
Daniel menghela napas. "Sudahlah Rian, kita pergi saja! Pekerjaan saya masih banyak! Saya tidak ingin membuang-buang waktu saya yang berharga hanya untuk mengurusi hal yang tidak penting," kata Daniel sambil menatap tajam ke arah Alexa.
Daniel dan Rian beranjak pergi dan saat mereka hendak membuka pintu mobil ...
"Tunggu!" cegah Alexa.
Kedua pria itu berhenti dan menatap ke arah Alexa. "Ada apa lagi?!" tanya Daniel ketus.
"Enak saja main pergi! Minta maaf dulu, kek! Kalian 'kan sudah salah tuduh!" protes Alexa kesal.
"Lalu? Mau kamu apa? Uang? Sebut saja berapa?" tanya Daniel sambil mengeluarkan dompetnya.
Alexa mendengkus kesal, gadis bertubuh langsing itu sudah terlanjur marah dan sakit hati. Ia berniat ingin memberi sedikit pelajaran kepada 2 orang pria menyebalkan itu.
"Kamu tanya apa mauku? Baiklah, akan aku beritahu mau aku apa," jawab Alexa sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya.
Alexa berjalan mendekat ke arah mobil sedan Mercedes Benz berwarna hitam tersebut. Alexa mengamati spion mobil sedan itu dan gadis itu terlihat sedang bersiap mengambil ancang-ancang. Dan ...
Alexa menendang spion mobil sedan hitam tersebut hingga patah lalu terjatuh di atas aspal. Ia kemudian menginjak-injak kaca spion yang terjatuh tadi sampai benar-benar hancur dan berantakan.
Daniel dan Rian dibuat melongo karena perbuatan Alexa yang sangat berani. Dan kedua pria itu terlihat meradang oleh aksi protes Alexa yang sangat bar-bar.
"Hei!! Apa yang kamu lakukan! Apa kamu sudah gila, Hah!" teriak Daniel tidak terima dengan kelakuan Alexa.
"Yaaah ... spion-nya pecah. Alexa tidak sengaja tadi, gimana dong?" kata Alexa sambil pura-pura sedih dan menggigit jarinya. "hehehee, tapi boong," cengirnya kemudian.
"Kamu! Aaaaarrghh!" geram Daniel sambil membanting pintu mobil.
Melihat pria-pria di depannya yang terlihat kesal, Alexa merasa sangat puas. "Selamat tinggal, om-om ganteng. I love you," ucapnya sambil tersenyum dan jarinya membentuk finger love.
Yes!! Alexa berhasil! Ternyata usahanya untuk memberi pelajaran kepada Daniel dan juga tangan kanannya berhasil. Kedua lelaki itu terlihat sangat kesal dan marah, sehingga kedua lelaki itu langsung pergi meninggalkan Alexa.
.....
Drrrt drrttt ...
Handphone Alexa tiba-tiba bergetar, Alexa segera merogoh kantong celana jins-nya untuk mengambil handphone.
Alis Alexa mengernyit saat melihat nama yang terpampang di layar hanphone-nya. "Hmm ... Kak Eric? Tumben banget telepon? Biasanya juga paling banter nge-chat aja," gumamnya pelan.
"Iya, Kak. Ada apa?" Alexa menjawab teleponnya.
Perubahan ekspresi wajah Alexa terlihat sangat jelas, Alisnya turun dan jantungnya berdetak sangat cepat setelah menjawab telepon dari Eric.
"Oke, Alexa mengerti! Alexa pulang ke rumah sekarang," ucap Alexa sambil menutup teleponnya dan memasukkan kembali handphone-nya ke dalam saku celana.
Alexa bergegas memakai helm-nya, gadis itu menyalakan mesin motor Ducati dan segera pulang ke rumah.
****
30 menit kemudian.
Alexa sudah sampai di rumah, ia memarkir motornya sembarangan dan meletakkan helm warna merahnya di sembarang tempat. Gadis itu segera berlari memasuki rumah dan menuju ke kamar utama di lantai bawah.
Tepat di depan kamar tersebut berdiri seorang pria berwajah manis dan tingginya 178 cm. Pria itu adalah Eric Hendrawan. Tetangga sekaligus sahabat Alexa, hubungan mereka sangatlah dekat.
"Lex, kamu kemana saja sih? Dari tadi Kak Eric nyariin kamu," kata Eric.
"Oma mana, Kak? Oma baik-baik saja, 'kan?" tanya Alexa khawatir.
"Oma di dalam kamar! Masih diperiksa dokter," jawab Eric.
Alexa segera membuka pintu dan masuk ke dalam kamar neneknya, nenek Alexa terbaring tidak berdaya di atas ranjang. Dan di samping ranjang terlihat seorang dokter sedang membereskan perlengkapan medis-nya dan memasukkannya ke dalam tas hitam.
"Oma," panggil Alexa sambil berjalan mendekat ke samping ranjang.
"Dokter, bagaimana keadaan Oma? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya khawatir.
"Jangan terlalu khawatir, Ibu Erna hanya kelelahan saja! Beliau hanya butuh istirahat yang cukup," jawab dokter sambil menulis resep obat.
"Ini resep obatnya, harus diminum secara teratur. Dan satu pesan saya, nenek kamu butuh istirahat yang cukup. Jangan biarkan beliau terlalu lelah bekerja, karena itu akan berdampak buruk untuk kesehatannya," jelas dokter sambil menyerahkan resep obat kepada Alexa.
"Baiklah kalau begitu, saya pamit dulu," imbuhnya.
"Mari saya antar, Dok," kata Eric menawarkan diri.
Dokter mengangguk, lalu Eric mengantar dokter itu sampai di depan. Setelah itu, Eric kembali masuk ke dalam kamar Erna dan menghampiri Alexa yang sedang duduk di samping ranjang Erna dan menggenggam erat tangan Erna.
"Jangan khawatir, Lex. Oma pasti segera pulih, kita jaga oma bareng-bareng, ya?" hibur Eric seraya mengusap kepala Alexa dengan lembut.
"Mana resep dari dokter? Biar kak Eric yang tebus ke Apotek, kamu di rumah saja. Jagain oma baik-baik."
Alexa menyerahkan kertas resep obat kepada Eric, sekarang ia bisa bernapas lega. "Terima kasih, Kak," ucap Alexa.
"Iya ... Kak Eric pergi ke Apotek sebentar 'ya, Lex," pamitnya sambil tersenyum manis kepada Alexa.
Alexa mengangguk, ekor matanya terus mengikuti sosok Eric sampai keluar dari kamar.
Bagi Alexa, Eric adalah malaikat penjaga yang dikirim Tuhan untuknya setelah sang Oma. Sosok Eric yang tampan, bijaksana dan penuh perhatian membuat Alexa selalu merasa nyaman saat berada di dekat pria itu.
Eric dan Alexa sudah bertetangga lama, perbedaan usia mereka hanya terpaut 2 tahun. Dan seperti layaknya kakak beradik, mereka berdua saling menjaga sehingga hubungan mereka tidak terpisahkan.
Namun, itu tidak akan bertahan lama. Karena Eric akan pergi ke Jerman untuk melanjutkan kuliah kedokteran di sana. Tepatnya, 1 minggu lagi. Eric akan berangkat ke Jerman.
Malam harinya.
Alexa dan Eric terlihat sangat piawai merawat Erna, Eric dengan sabar dan telaten membantu Alexa merawat Erna. Mulai dari menyuapi makan dan meminumkan obat untuk Erna, semua itu mereka lakukan bersama-sama.
"Lex ... kita bicara di luar, yuk?" ajak Eric.
"Iya, Kak. Tunggu sebentar," jawab Alexa sambil menyelimuti tubuh Erna.
Setelah memastikan sang Oma terlelap, Alexa dan Eric berjalan keluar kamar. Eric meredupkan lampu kamar dan tidak menutup pintu rapat-rapat.
Eric takut kalau nanti Erna terbangun dan membutuhkan sesuatu, sedangkan mereka berada di luar dan tidak mendengar. Eric tidak mau itu terjadi.
Alexa dan Eric duduk berdua di bangku yang terletak di taman rumah Alexa. Mereka duduk bersebelahan sambil menatap bintang-bintang di langit. Keduanya pun larut oleh keindahan langit malam hari.
"Lex ... Apa impian terbesar kamu?" tanya Eric tiba-tiba. "Selama ini, kamu tidak pernah bercerita tentang impian kamu?" tanyanya lagi.
Alexa terdiam, selama ini dirinya tidak pernah berfikir ke arah sana. Yang ada di fikirannya hanyalah bagaimana cara membuat neneknya bangga. Buktinya, banyak prestasi yang telah di raih Alexa.
Banyak medali bahkan piala yang terpajang di lemari kaca yang berukuran sangat besar yang terdapat di ruang tamu rumahnya.
Alexa terlahir sempurna, wajahnya cantik dan otaknya terbilang jenius. Meski begitu, Alexa sering berbuat seenaknya sendiri.
Alexa suka bertengkar dan susah sekali diatur, sampai-sampai sang nenek sering dibuat pusing oleh kelakuan Alexa.
Alexa menghela napas. "Entahlah ... Alexa belum berpikir sampai ke sana, Kak?" jawabnya ringan.
"Harus kamu pikirkan dari sekarang, Lex. Kamu tidak bisa seperti ini terus! Kamu harus punya mimpi yang harus kamu kejar dan perjuangkan. Dengan begitu, hidupmu akan jauh lebih berarti."
"Tapi ... bagaimana cara agar Alexa tahu kalau itu adalah sesuatu yang harus Alexa kejar dan perjuangkan?" Alexa menatap wajah Eric.
"Hati," jawab Eric seraya menempelkan tangannya di dadanya. "Suatu hari nanti, kamu pasti akan tahu. Dengarkan saja apa kata hatimu," lanjutnya.
Eric tersenyum manis, menunjukkan deretan gigi putih bersihnya.
Tangan Eric kemudian menyentuh wajah Alexa, jarinya menyentuh hidung mancung Alexa, mengelus sayang pipi mulus Alexa. Suasana berubah menjadi sedikit romantis, jantung Alexa terasa berdebar-debar. Tapi ....
Eric lalu mencubit kedua pipi Alexa dengan kedua tangannya dan menariknya sambil tertawa. "Wajahmu jelek sekali, Lex. Hahahaha," goda Eric. "Kak Eric pasti rindu wajah jelek kamu, Lex," godanya
Sifat jahil Eric kambuh, pria itu suka sekali menggoda dan menjahili Alexa.
"Iissh, kebiasaan! Bercanda terus, kapan sih kak Eric bisa serius?" Alexa menepis kedua tangan Eric dan memukul pundak lelaki yang berada di sampingnya sebagai bentuk protes.
Melihat wajah kesal Alexa, Eric merasa sangat senang dan tidak berhenti tertawa. Alexa melirik dan menatap Eric dengan tatapan kesal.
"Ketawa terus," ucap Alexa sewot.
"Iya ... iya, maaf," ucap Eric meminta maaf.
Alexa dan Eric kembali terdiam dan menatap bintang-bintang dilangit. Lalu Eric menoleh ke arah Alexa dan menggenggam erat tangan Alexa.
"Lex,"
"Hmm .... Apa lagi?!"
"Kamu mau 'kan menunggu kak Eric sampai menjadi seorang dokter yang hebat? Kamu mau 'kan, menunggu kak Eric?" Eric bertanya penuh harap dan kali ini ekspresi muka Eric terlihat serius.
Alexa terdiam, tidak menjawab sepatah kata pun. Karena Alexa sendiri tidak tahu harus menjawab apa.
"Beri Alexa waktu, Kak. Karena Alexa belum bisa memberi jawaban," jawabnya.
Eric mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah, Kak Eric mengerti. Kak Eric akan selalu setia menunggu jawaban dari kamu, Lex."
***
Tok tok tok ...
"Masuk!." sahut Daniel dari dalam kamar.
Rian segera masuk ke dalam kamar Daniel.
Daniel sedang berdiri menghadap jendela dan sedang asyik menikmati pemandangan kota Bandung di malam hari di dalam kamar apartemen-nya..
"Tuan Daniel, saya sudah mendapatkan informasi tentang keberadaan putri Indra Prayoga," lapor Rian. "Dan .... Saya baru saja mendapat kabar dari mata-mata kita, hari ini Indra Prayoga sudah kembali ke Indonesia dan sedang mencari keberadaan putrinya," lanjutnya.
Perhatian Daniel langsung teralihkan ke arah Rian. "Benarkah?"
Rian mengangguk. "Selama ini, putri Indra Prayoga tinggal bersama dengan neneknya, di kota ini. Tapiii ....." Rian menggantung ucapannya.
"Tapi kenapa?" tanya Daniel penasaran.
"Ini dokumen tentang putri Indra, tuan Daniel bisa cek sendiri." Rian berjalan mendekat ke arah Daniel lalu ia menyerahkan sebuah amplop cokelat besar yang sedari tadi dibawanya kepada Daniel.
Daniel segera mengambil amplop cokelat itu dan membukanya. Saat ia akan membaca dokumen itu, selembar foto berukuran sedang tiba-tiba terjatuh ke lantai.
Daniel segera mengambil foto tersebut, wajahnya terlihat sangat terkejut dan matanya melebar saat melihat foto tersebut.
"Dia ..... Putri Indra Prayoga? Bukankah dia ...?"
"Benar, Tuan. Itu adalah gadis menyebalkan yang merusak spion mobil kita kemarin, dia adalah putri kandung Indra Prayoga. Namanya adalah Alexa Prayoga."
To be continued.