"ARRGHH!!" Alexa menjerit sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Saat sebuah mobil hendak menabrak tubuh Alexa, seorang pria tiba-tiba muncul dan menarik lengan Alexa ke pinggir jalan. Tubuh keduanya lalu terjatuh dengan keras di atas aspal.
Tangan pria itu terluka karena tertindih tubuh Alexa saat ia berusaha melindungi gadis itu. Sedangkan kepala Alexa terbentur aspal hingga berdarah.
Sekilas, Alexa sempat melihat wajah pria itu. Wajahnya terlihat tidak asing, namun, pandangan Alexa mulai berkunang-kunang. Semuanya mendadak menjadi gelap, Alexa tidak sadarkan diri.
Malam harinya ....
Alexa sadar, entah berapa lama gadis itu pingsan. Kepala Alexa terasa sangat sakit dan nyeri, Alexa memicingkan matanya, ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
Paparan warna cat dinding berwarna biru toska menyambut mata Alexa, dalam hati ia bersyukur karena dirinya berada di dalam kamarnya, bukan di rumah sakit.
Saat mata Alexa terbuka, yang pertama dilihatnya adalah Daniel. Pria itu sedang duduk di samping ranjang Alexa dan menatap tajam ke arah Alexa.
"Kamu? Kenapa kamu ada di sini?Apa yang terjadi denganku?" tanya Alexa dengan suara parau.
Daniel mendengus pelan. "Apa kau amnesia? Apa kau lupa kalau tadi hampir tertabrak mobil? Kalau kamu mau bermain kejar-kejaran dengan pengawalmu, lakukan di taman! Jangan di jalan raya!" ucap Daniel geram.
Alexa terdiam, gadis itu ingat kalau dirinya tadi hampir tertabrak mobil. Lalu, seorang pria asing menyelamatkannya setelah itu semua menjadi gelap dan saat ia sadar. Gadis berwajah cantik itu sudah berada di dalam kamarnya.
Tapi .... Siapa pria itu? Siapakah pria yang sudah menolong Alexa?.
"Istirahatlah! Aku juga mau istirahat di kamarku," ucap Daniel.
Daniel berdiri dari tempatnya duduk, pria itu terlihat menenteng jas-nya dan berjalan menuju pintu kamar Alexa.
Saat Daniel hendak menutup pintu kamarnya, Alexa tidak sengaja melihat perban di tangan Daniel. Tangan pria itu terluka, Alexa kemudian mencoba mengingat kembali kejadian tadi siang.
Alexa mencoba mengingat wajah pria yang telah menolongnya tadi siang. Wajah pria itu tidak asing baginya.
"Daniel?! Jadi .... Pria yang menolongku adalah Daniel?!" ucap Alexa tidak percaya.
Daniel masuk ke dalam kamarnya, ia lalu menutup pintu kamarnya dan menyandarkan punggungnya di pintu. Pria itu terdiam dan menutup matanya sejenak, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Kau bodoh sekali, Daniel!" umpatnya.
Drrrt drrrtt ...
Handphone Daniel bergetar, pria itu merogoh saku celananya dan mengambil handphone-nya. Tenyata panggilan masuk dari Pamannya.
Daniel tidak mengangkat panggilan telepon dari pamannya, pria itu mematikan handphone-nya lalu ia melemparnya ke atas ranjang.
Tampaknya Daniel sudah bisa menebak, apa yang pamannya ingin bicarakan. Dan Daniel terlihat sedang malas untuk berdebat saat ini.
Pria tampan bertubuh kekar itu melempar tubuhnya di atas ranjang dan menutup matanya, ia merasa sangat lelah saat ini. Saat ini ia ingin sendirian.
***
Pagi harinya ....
Seperti biasa, pagi-pagi sekali Indra sudah bangun dan pria itu terlihat sangat rapih dengan setelan jasnya. Setelah merapihkan dasi dan memakai jam tangan kesayangannya ia berjalan keluar kamar.
Biasanya Indra akan langsung menuju ke ruang tengah untuk sarapan, tapi yang dilakukannya sekarang adalah pergi ke kamar Alexa. Indra ingin melihat keadaan putri semata wayangnya itu.
"Selamat pagi, Tuan," sapa seorang pengawal yang menjaga di depan kamar Alexa.
Indra mengangguk. "Buka pintunya! Aku mau melihat keadaan putriku," perintahnya.
"Baik, Tuan," jawab sang pengawal, ia lalu membuka pintu kamar Alexa.
Indra selalu mengurung Alexa di kamar, tak hanya itu saja. Indra juga menempatkan pengawalnya di depan pintu kamar Alexa, supaya putrinya tidak bisa kabur dari rumahnya.
Memang terlihat kejam, tapi semua itu dilakukannya demi kebaikan Alexa. Karena sebagai seorang pengusaha yang sukses sekaligus bos mafia, pastilah Indra banyak mempunyai musuh.
Indra baru merasakan kebahagiaan, karena dirinya bisa berkumpul lagi dengan putrinya setelah 12 tahun berpisah. Pria itu tidak mau melihat putrinya terluka atau terjadi sesuatu yang buruk kepadanya, makanya Indra sangat protektif demi melindungi darah dagingnya itu.
Indra masuk ke kamar Alexa, ia melihat putrinya itu masih tertidur. Perlahan pria itu mendekat ke arah Alexa, ia ingin melihat wajah putrinya dari dekat.
Wajah Alexa terlihat pucat dan berkeringat. Gadis itu merintih kesakitan dan mengigau. Indra perlahan mendekat ke arah Alexa, pria itu bertubuh tinggi tegap itu menempelkan tangannya ke dahi Alexa untuk memeriksa suhu tubuhnya.
Tubuh Alexa panas, gadis itu juga menggigil kedinginan. Indra terlihat bingung, pria itu berpikir kalau ia bisa memimpin banyak karyawan di perusahaannya tapi ia merasa kesulitan mengurus seorang anak perempuan.
"Omaa .... Alexa sakit! Oma, Alexa sakit! Omaa ...." racaunya. "Omaa .... Omaa." dari sudut mata Alexa keluar air mata.
Indra menatap wajah Alexa dalam-dalam, pria itu lalu menghela napas panjang kemudian berjalan keluar dari kamar putrinya.
"Jaga Alexa baik-baik! Dan jangan kalian kunci pintunya, supaya Bik Minah bisa merawat Alexa yang sedang sakit," pesan Indra kepada pengawalnya.
"Baik, Tuan," jawab sang pengawal.
Indra berbalik lalu ia berjalan turun ke lantai bawah menuju meja makan untuk sarapan. Di meja makan, Indra melihat Daniel yang tengah sibuk membaca surat kabar.
"Selamat pagi, Om," sapa Daniel sambil meletakkan surat kabar di atas meja saat melihat Indra datang.
Indra mengangguk. "Pagi," jawabnya singkat.
Melihat sang majikan sudah berada di meja makan, bik Minah langsung berjalan menghampiri tuannya sambil membawa nampan yang diatasnya berisi satu cangkir kopi panas.
"Ini kopinya, Tuan," ucap bik Minah sambil meletakkan cangkir kopi di sebelah piring makan Indra.
"Bik Minah! Tolong panggil dokter untuk memeriksa Alexa! Anak itu sedang demam. Bik Minah, tolong jaga Alexa baik-baik! Hari ini saya akan pulang cepat," pesan Indra kepada bik Minah.
"Baik, Tuan. Bibik pasti jagain non Alexa dengan baik! Tuan jangan khawatir," jawab bik Minah. "Saya permisi dulu, Tuan. Saya mau menelepon dokter." bik Minah berjalan pergi, wanita itu menelepon dokter seperti yang Indra perintahkan.
"Apa yang terjadi dengan Alexa, Om?" tanya Daniel.
"Alexa demam, badannya panas sekali. Oh iya, siang ini ada meeting dengan klien dari Jepang, tolong kamu handle! Nanti malam, laporkan hasil meeting hari ini kepadaku," ucap Indra.
"Baik, Om. Daniel mengerti!" Daniel mengangguk dan mata Daniel melirik sekilas ke arah tangga yang menuju ke kamarnya dan juga kamar Alexa.
Selesai sarapan, Indra dan Daniel berangkat ke kantor bersama, namun dengan mobil yang berbeda.
Sore harinya ....
Pekerjaan Daniel berjalan dengan lancar. Setelah semua pekerjaannya selesai, Daniel bersiap untuk pulang. Namun tiba-tiba Rian menghentikan langkahnya.
"Tuan Daniel ... ada yang harus saya sampaikan kepada tuan. Paman tuan–"
Daniel memotong pembicaraan Rian. "Aku sudah tahu! Aku akan menemuinya sekarang," ucap Daniel.
Daniel berjalan keluar gedung kantornya menuju ke tempat parkir. BMW i8 warna hitam milik Daniel meluncur dengan mulus di jalanan, pria itu menuju ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang yang ia panggil 'Paman'.
45 menit kemudian ....
Daniel sudah berada di sebuah hotel bintang 5, pria itu langsung menaiki lift dan berhenti di lantai 7. Daniel berjalan keluar lift, pria itu berjalan menuju ke sebuah kamar.
Kamar nomer 307, kamar itu terletak di sudut lorong. Sampai di depan kamar yang 307, Daniel mengetuk pintu. Dan seorang pria yang berusia sekitar 40 tahunan yang membukakan pintu untuk Daniel.
"Aku datang, Paman," ucap Daniel.
Paman Daniel berjalan duduk di kursinya, pria itu menuang wine ke dalam gelas wine. Pria itu memutar-mutar gelas wine-nya dahulu sebelum menikmatinya.
"Kenapa kau lakukan itu?! Kenapa kau menyelamatkan putri Indra Prayoga? Seharusnya kau biarkan saja putri Indra tertabrak mobil dan mati! Paman rasa, kau punya alasan yang kuat dibalik itu semua, bukan?" ucap paman Daniel dengan tatapan penuh selidik.
"Apa yang sedang paman rencanakan sebenarnya?" tanya Daniel.
"Rencanaku adalah membalas dendam kepada Indra Prayoga! Aku ingin membuat Indra merasakan sakit karena kehilangan putrinya tunggalnya .... Alexa!"' jawab paman Daniel.
"Tidak!! Aku tidak mau menjadi seorang pembunuh! Aku memang dendam kepada Indra Prayoga, tapi ... tujuan utamaku bukanlah untuk membunuh!" jelas Daniel.
"Apa kau tidak mau membunuh pria yang sudah membunuh orang tuamu?" tanya paman Daniel.
"Aku hanya ingin menghancurkan Indra! Tapi aku tidak mau membunuh siapapun! Daniel harap, paman bisa mengerti!" ucap Daniel. "Target kita adalah Indra Prayoga! Bukan anak kecil yang lemah seperti Alexa," imbuhnya.
"Kau terlalu lemah, Daniel! Kau tidak akan pernah berhasil membalaskan dendam orang tuamu!" ucap paman Daniel, kesal terhadap jawaban Daniel.
"Tidak! Paman salah besar! Aku pasti berhasil membalaskan dendam ayahku! Tapi dengan caraku sendiri! Aku pasti bisa membuat Indra hancur dan menderita! Tapi aku tidak akan pernah mau membunuh siapapun!" ujar Daniel.
"Daniel pamit dulu, Daniel tidak mau membuat Indra curiga! Paman jaga diri baik-baik," ucap Daniel.
Tanpa menunggu lama, Daniel langsung meninggalkan hotel tempat pamannya tinggal. Paman Daniel terlihat marah dan kesal karena ucapan Daniel.
"Aku tidak akan tinggal diam! Aku akan menghabisi keluarga Indra Prayoga dengan tanganku sendiri!" ucap paman Daniel sambil meremas wine glass dan mematahkan gagangnya.
Pria itu terlihat sangat marah, ia lalu mengambil sebuah pisau lipat dan menancapkannya di foto Alexa.
***
"Alexa ...." panggil Erna.
"Oma .... Oma dimana?" sahut Alexa sambil mencari sosok neneknya.
"Oma di sini, Sayang," jawab Erna.
Alexa membalikkan badan, ternyata Erna sedang berdiri di belakangnya. Wajah gadis itu terlihat sangat bahagia saat melihat neneknya, Alexa melihat Erna memakai baju putih dan neneknya terlihat sangat cantik.
"Omaa!!" Alexa berjalan mendekat ke arah Erna.
Erna tidak sendirian, Alexa melihat neneknya bersama dengan seorang wanita. Wajahnya terlihat tidak asing bagi Alexa. Dia adalah ....
"Mama? Kenapa mama disini? Kenapa mama menggandeng tangan Oma?" tanya Alexa bingung.
Mama Alexa dan Erna hanya tersenyum dan tidak berbicara sepatah kata pun. Mereka terlihat bergandengan tangan lalu pergi menjauh.
"Mama mau bawa oma kemana? Omaa!! Omaaaaa! Jangan pergi tinggalin Alexa! Oma ..." teriak Alexa sambil berlari mengejar mama dan neneknya.
"Jangan bawa Oma!! Jangan bawa Oma pergi! Maa ... jangan bawa Oma pergi! Omaa!"
"Omaaa ..." Alexa terbangun dari tidurnya, napasnya terengah-engah.
Wajah Alexa terlihat pucat, air matanya menetes dan jantungnya berdebar kencang. Mungkinkah ini sebuah pertanda?.
Alexa menyingkap selimutnya, ia segera turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu. Langkah kaki Alexa terhenti, saat dua orang pengawal menghentikannya.
"Minggir! Aku mau bertemu dengan bos kalian!" ucap Alexa.
"Maaf Nona, anda tidak diperbolehkan meninggalkan kamar oleh Tuan Indra!" larang salah seorang pengawal.
"Minggir aku bilang! Jangan halangi aku!" bentak Alexa kasar.
Kedua pengawal itu berusaha menangkap tangan Alexa, namun Alexa bisa mengelak dari sergapan kedua pengawal itu. Melihat ada sedikit celah, Alexa langsung berlari turun ke lantai bawah dan mencari keberadaan papanya.
Samar-samar Alexa mendengar suara Indra yang terdengar sedang berbicara dengan seseorang di ruang kerja. Tanpa menunggu lama, gadis itu langsung berlari menuju ke ruang kerja Indra namun kedua pengawalnya berhasil mengejarnya dari belakang.
"Minggir!" ucap Alexa saat ia dihadang oleh pengawalnya.
Pengawal itu mencengkeram kuat tangan Alexa.
"Lepaskan! Aku bilang lepaskan aku!!"
To be continued.