"Alexa .... Ini desain dan cetak biru milik mendiang kakekmu. Om Hendra langsung mencari dan mengantarnya ke sini setelah mendapat telepon dari kamu," ucap Hendra sambil menyerahkan gulungan desain dan cetak biru kepada Alexa.
Alexa tersenyum. "Terima kasih, Om. Maafin Alexa karena selalu merepotkan om Hendra." Gadis itu merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, kok. Justru om Hendra senang, jangan sungkan kalau kamu mau meminta bantuan sama Om," ucapnya.
Hendra dan Alexa sedang berbincang-bincang di balkon kamar Alexa. Rupanya sore tadi saat berada di kantor papanya, Alexa berinisiatif menelepon Hendra dan meminta tolong kepada lelaki itu untuk mengambilkan contoh desain bangunan milik mendiang kakeknya.
Saat itu Alexa teringat kalau di dalam ruang kerja neneknya tersimpan beberapa contoh desain peninggalan kakeknya yang bisa ia gunakan sebagai acuan untuk mendesain.
Daniel berjalan mendekat ke arah pintu kaca yang memisahkan kamar tidurnya dengan balkon, pria itu menyenderkan punggungnya di dinding dan diam-diam menguping pembicaraan Alexa dan Hendra yang terdengar jelas dari kamar Daniel.
"Apa kamu melakukan ini semua karena ingin membantu perusahaan papamu?" tanya Hendra.
Alexa terdiam sejenak lalu menunduk. "Bukan! Bukan itu alasan Alexa yang sesungguhnya!"
Hendra mengernyit mendengar jawaban dari Alexa. "Lalu ... apa alasanmu yang sebenarnya," tanya Hendra penasaran.
Alexa menghela napas panjang. "Alexa hanya ingin membantu keempat karyawan yang telah dipecat oleh papa. Mereka adalah tulang punggung keluarga, bahkan salah satu dari mereka sangat membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ayahnya yang sedang di rawat di rumah sakit karena sakit jantung. Sedangkan yang lainnya, mereka mempunyai anak dan istri yang harus dinafkahi, " jelas Alexa.
"Alexa benar-benar tidak tega, Om. Alexa tidak suka dengan sikap papa yang sewenang-wenang! Maka dari itu, Alexa memberanikan diri untuk maju dan menolong keempat karyawan itu," imbuhnya.
Hendra tersenyum lalu mengelus rambut Alexa dengan sayang. "Kamu memang anak yang baik, Lex. Om Hendra yakin, Nenekmu pasti tersenyum dan merasa sangat bangga karena memiliki cucu sepertimu." Hendra berusaha menghibur Alexa.
Alexa tersenyum dan mengangguk.
Tangan Daniel mengepal, pria itu mengatupkan rahangnya lalu berjalan duduk di meja kerjanya yang terletak di sudut kamarnya. Pria itu menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, mata Daniel terpaku pada langit-langit kamar.
Tampaknya, hati Daniel sedang bimbang setelah mendengar ucapan tulus dari Alexa yang membuat hati dan pikiran Daniel bergejolak.
"Alexa Prayoga ... gadis seperti apa kamu sebenarnya?" tanya Daniel lirih seraya menutup mata dengan lengannya.
"Semoga saja Alexa gagal! Kalau sampai Alexa berhasil menggagalkan semua rencana dan usahaku untuk menghancurkan perusahaan Indra, itu akan sangat berbahaya! Pasti Alexa akan menjadi target berikutnya," ucap Daniel.
"Daniel Ayden .... Apa yang sedang kau pikirkan?! Kenapa kau harus peduli kepada Alexa?! Ingat kepada tujuanmu untuk membalas dendam! Jangan biarkan hatimu lemah karena seorang wanita!" ucapnya mengingatkan diri sendiri.
Sementara itu di dalam ruang kerja Indra ....
Alexa dan keempat pegawai Indra tengah sibuk membuat desain untuk tender. Indra sendiri yang menyuruh mereka mengerjakan desain di rumah dengan alasan tidak ingin kecolongan lagi dan dengan begini ia bisa memantau langsung proses pengerjaan desain.
Alexa dan keempat karyawan Indra terlihat bekerja sama dengan baik. Dengan kecerdasan yang dimiliki Alexa, nyatanya ia sanggup mengerjakan desain itu dengan mudah.
Indra terlihat sangat lega, ia begitu yakin kalau putrinya bisa diandalkan. Indra dari tadi memperhatikan dari balik pintu.
Karena tidak ingin mengganggu Alexa bekerja, Indra memutuskan untuk pergi. Pria itu menutup pintu perlahan lalu ia berjalan mendekati pengawalnya.
"Jaga ruangan ini baik-baik! Suruh pelayan untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka! Jangan biarkan mereka kelaparan! Jika terjadi sesuatu, segera laporkan kepadaku!" titah Indra kepada pengawalnya.
Baik, Tuan," ucap pengawal Indra serentak.
Setelah memastikan keadaan telah aman, Indra berjalan ke kamarnya. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa empuk berwarna krem yang ia pesan khusus dari Perancis, pria itu menyandarkan punggung dan kepalanya sambil memijit keningnya.
Indra terlihat sedang berpikir. "Sekarang aku sudah merasa sangat yakin untuk menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalku! Meskipun Alexa seorang wanita, aku yakin kalau ia bisa menjadi seorang pemimpin yang hebat seperti diriku," gumam Indra.
Indra sudah mengambil keputusan yang benar-benar mantap dan Indra menaruh harapan yang sangat besar di pundak Alexa.
Sanggupkah Alexa mewujudkan impian dan harapan Indra Prayoga?
****
Petang hari ....
Alexa dan timnya masih terlihat sangat sibuk dan wajah mereka terlihat sangat lelah. Mereka bekerja tanpa henti karena waktu yang tersisa tidak banyak, kurang lebih 15 jam lagi.
Alexa dan yang lainnya cuma beristirahat 2 jam saja, mereka beristirahat untuk sekedar mengisi perut atau memejamkan mata yang sudah terasa sangat perih dan merah karena harus begadang.
Meski badan terasa sangat lelah, mereka tetap bersemangat dan tidak putus asa. Tidak ada kata menyerah di dalam kamus Alexa
"Alexa .... Bisa kesini sebentar? Tolong kamu cek gambar ini, apakah sudah sesuai dengan standar keamanan?" tanya Andi.
Alexa berjalan menuju ke meja Andi dan memeriksa gambar Andi.
Alexa mengangguk. "Sudah sesuai, kok! Bagus, tapi untuk jendelanya agak sedikit miring, tolong diperbaiki," jawab Alexa.
"Tapi .... Apakah kita bisa menyelesaikannya? Waktu kita hanya tersisa 15 jam lagi?" tanya Danang pesimis.
"Bisa!! Tinggal sedikit lagi! Jangan menyerah! Desain kita pasti bisa selesai tepat waktu!" Alexa memberi semangat dan tentu saja ampuh membuat timnya kembali bersemangat.
Sementara itu ....
Setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Rian, Daniel bergegas pergi ke tempat ia membuat janji dengan Rian. Daniel pikir itu adalah sesuatu yang sangat penting, karena tidak biasanya Rian tiba-tiba memintanya bertemu di luar.
Mobil Daniel terlihat sedang terparkir tepat di samping taman. Ekor mata Daniel terus melirik kaca spion, pria itu sedang menunggu kedatangan Rian.
5 menit kemudian mobil Rian datang dan berhenti tepat belakang mobil Daniel, lalu Rian berjalan mendekati mobil Daniel.
Rian langsung membuka pintu mobil Daniel dan langsung masuk ke dalam mobil.
"Rian! Apa yang terjadi?"
"Saya tadi mendapat foto ini dari anak buah tuan Roger." Rian memberikan sebuah foto yang tampak rusak karena sayatan pisau.
Daniel mengambil foto dari tangan Rian, alangkah terkejutnya Daniel saat melihat foto itu. Ia kenal dengan wajah wanita yang berada di foto itu.
"Alexa ...?! Jadi benar dugaanku, kalau Alexa yang akan menjadi target paman selanjutnya?!" ucap Daniel yakin.
Rian mengangguk. "Lalu ... Apa yang akan tuan Daniel lakukan? Kalau kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tuan Roger, maka semuanya akan menjadi rumit," ucap Rian.
"Urusanku hanya dengan Indra Prayoga! Bukan dengan seorang anak kecil yang lemah seperti Alexa! Kalaupun aku mau memanfaatkan Alexa, bukan begini caranya!" Daniel merasa sangat geram dengan perbuatan pamannya.
"Lantas, apa rencana tuan Daniel?" tanya Rian.
"Kita harus memberi peringatan kepada Indra," ucap Daniel.
"Caranya?" tanya Rian.
Daniel berpikir sejenak. "Aku punya rencana! Suruh orangmu untuk bersiap di depan rumah Indra, tepat tengah malam nanti. Aku akan memberimu aba-aba, kalau waktunya sudah tepat,"ucap Daniel.
Rian mengangguk. "Baik, Tuan! Saya mengerti!" ucapnya.
Setelah mendapat perintah dari Daniel, Rian segera turun dari mobil lalu pergi. Sedangkan Daniel kembali pulang ke rumah Indra.
Setelah sampai di rumah, Daniel segera masuk ke dalam kamarnya. Tapi sebelumnya ia sudah berpesan kepada bik Minah kalau ia ingin tidur awal karena sedang tidak enak badan dan tentu saja itu hanya sebuah alasan supaya tidak ada seorang pun yang mengganggunya.
Setelah masuk ke dalam kamar, ia segera mematikan lampu kamarnya supaya orang pikir dirinya sudah tertidur.
Pukul 00.00 ....
Daniel melirik jam di Handphone-nya lalu mengirim pesan kepada Rian setelah waktu yang ditunggu telah tiba.
"Lempar!! Sekarang!!" Daniel mengirim pesan dan memberi aba-aba.
BOOM!!
Sebuah bom Molotov dilempar dari luar gerbang, bom bakar yang terbuat dari botol yang diisi bensin itu pecah dan langsung terbakar dan pelempar bom itu melempar sebuah kotak di depan gerbang lalu mereka langsung pergi dengan mengendarai motor.
Para pengawal Indra mencoba mengejar para pelaku pelempar bom sedangkan beberapa orang mencoba memadamkan api dengan alat pemadam kebakaran. Satu menit kemudian api berhasil dipadamkan namun sayangnya mereka kehilangan jejak pelempar bom Molotov.
Rumah Indra Prayoga terletak tepat di pinggir jalan raya, bukannya di dalam perumahan yang elit yang biasa dijaga ketat oleh tim security. Meski begitu, rumah Indra sangat aman karena dijaga ketat oleh anak buahnya.
Namun hari ini penjagaan di rumah Indra berhasil ditembus oleh teror bom Molotov dari orang yang tidak dikenal. Tentu Indra akan sangat murka nantinya.
Semua orang langsung keluar dari ruangan masing-masing setelah mendengar suara keributan di luar rumah. Saat Alexa hendak berjalan keluar rumah, para pengawal menghadangnya sebagai tindakan pengamanan sehingga gadis itu tidak bisa mencari tahu apa yang sedang terjadi di luar.
Indra Prayoga berjalan menuruni tangga, rupanya ia juga terganggu oleh suara keributan di luar rumahnya. "Apa yang sedang terjadi? Kenapa ribut sekali di luar?" tanyanya.
"Tuan, ada yang orang yang melempar bom Molotov dari luar! Kami sudah berusaha mengejarnya, tapi pelakunya berhasil melarikan diri," lapor pengawalnya.
Daniel keluar dari kamarnya dan memperhatikan dari ujung tangga. Ia hanya ingin memastikan kalau rencananya benar-benar berhasil.
"Siapa yang berani melakukan ini di rumahku?!" Indra mengepalkan tangannya, wajahnya memerah menahan amarah.
Beberapa pengawal Indra masuk ke dalam rumah dengan membawa sebuah kotak dan berjalan mendekat ke arah Indra.
"Kami menemukan ini di luar gerbang, Tuan," ucap seorang pengawal sambil memberikan kotak yang sudah terlebih dahulu dibuka.
Di dalam kotak tersebut terdapat sebuah foto Alexa yang sudah tersayat dan rusak, Indra terlihat sangat terkejut. Indra tahu paham betul arti dari teror yang di terimanya.
Teror ini adalah sebuah peringatan kepada Indra bahwa nyawa Alexa sedang terancam. Dan Indra terlihat sangat murka.
"Apa yang sedang terjadi? Foto apa itu?" tanya Alexa kepada Indra.
"Alexa! Masuk ke dalam! Ini adalah urusan papa! Jangan ikut campur! Ini adalah urusan papa!" perintah Indra kepada Alexa.
Alexa mendengus kesal, tapi gadis itu tidak berani membantah perintah papanya, gadis itu langsung masuk ke ruang kerja untuk melanjutkan pekerjaannya..
"Kerahkan anak buahmu untuk menyelidiki masalah ini! Tangkap pelakunya hidup-hidup! Aku ingin tahu orang yang ingin mencelakai putriku" titah Indra.
"Baik, Tuan."
Rencana Daniel berhasil! Daniel harap peringatannya ini bisa menghindarkan Alexa dari ancaman pamannya yang ingin menyakiti gadis itu. Setidaknya Daniel bisa sedikit bernapas lega sekarang.
****
Keesokan paginya ....
"SELESAI!! Yeeeeyyyy!!"
Alexa dan karyawan Indra berteriak kegirangan setelah menyelesaikan desain untuk tender tepat pada waktunya dan mereka sangat puas dengan hasil desain yang mereka buat.
"Kerja bagus! Terima kasih atas kerja kerasnya," ucap Alexa.
"Ini semua berkat dukungan dan juga bantuan nona Alexa," ucap Andi.
Alexa hanya tersenyum, gadis itu melihat Indra datang lalu masuk ke ruang kerja dan berjalan menghampiri Alexa.
"Tepat waktu! Sekarang papa bisa mengikuti acara penyeleksian desain," ucap Alexa seraya memberikan gulungan desain kepada Indra begitu pria itu memasuki ruang kerja.
Indra hanya melihat gulungan kertas desain tersebut dan tidak menerimanya.
Dan membuat dahi Alexa mengernyit, gadis itu bingung karena sikap sang Papa. "Kenapa? Apa ada yang salah dengan desainnya?"
"Cepat pergi bersiap-siap! Karena kamu yang akan mewakili perusahaan untuk presentasi desain kita nanti!" perintah Indra kepada Alexa.
"A–Alexa??? Kenapa harus Alexa yang presentasi??" ujarnya kaget.
"Karena kamu adalah calon penerus perusahaan papa!!"
Mata Alexa terbelalak kaget. "A–APA??!!"
To be continued.