"Ibu, kita akan kemana sekarang?" tanya Rania dengan kesal.
"Diamlah. Ibu sedang pusing. Tua Bangka itu bahkan memblokir semua kartu ibu. Sial!" umpat Alina.
"Lalu kita akan tidur dimana Bu? Aku tidak mau hidup dijalanan lagi! Bagaimana kalau ada yang sampai melihatku!" rengek Rania sambil terus menyeret koper nya yang cukup besar itu.
"Kalau kau tidak mau diam maka kita akan benar-benar hidup dijalanan Rania!" bentak Alina.
Keduanya pun terus berjalan dengan wajah kesal dan marah. Mereka hanya menyusuri jalanan tanpa tahu kemana sebenarnya mereka akan pergi. Tanpa berpikir panjang, Ibu dan Anak itu pergi ke rumah keluarga Danendra untuk meminta maaf kepada Alyssa. Dan saat mereka sudah berada disekitar rumah keluarga Danendra, Alina melihat seorang mata-mata yang ia kirim untuk memata-matai Alyssa.
"Sttt, sstttt," panggil Alina sambil mengayunkan tangannya.
Pria berjas hitam yang menyadari bahwa itu adalah Alina pun langsung menghampirinya. "Ada apa Nyonya?"
"Pergilah. Tidak usah memata-matai Alyssa lagi." Ujar Alina.
"Baiklah. Lalu mana bayaranku yang kau janjikan itu?" tanya si Pria.
"Enak saja. Tugasmu saja belum selesai mau meminta bayaran," ketus Alina.
"Bukan aku yang tidak menyelesaikan tugasku, tapi kau yang menyuruhku untuk berhenti. Lebih baik kau serahkan atau tidak maka kau yang akan kubunuh," ujar Pria itu.
Alina menelan ludahnya dengan kasar. Sedangkan Rania, ia perlahan mundur menjauh dari kedua insan yang sedang berdebat itu.
"Baiklah baiklah. Aku akan segera mengirim uangnya kepadamu. Tapi sekarang, aku harus masuk kedalam rumah itu. Sebaiknya kau menjagaku dari luar," ujar Alina.
"Oke. Tapi kalau kau tidak menepati janjimu, kau akan habis ditanganku Nyonya," ujar Pria itu dengan sangat mengerikan.
Alina kemudian menoleh kearah Rania yang menatapnya dengan sedikit ketakutan. Alina kemudian mengangguk kepada Rania menandakan bahwa semuanya sudah aman. Kedua wanita itu kemudian mulai mendekati rumah keluarga Danendra yang super megah itu. Keduanya berdiri didepan gerbang tanpa berkata sepatah kata pun.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu," ujar satpam yang menjaga rumah keluarga Danendra.
"B-bisa saya bertemu dengan Tuan Danendra?" ujar Alina gugup.
"Apa kalian sudah memiliki janji?" tanya Satpam itu.
"Sebenarnya belum. Tapi ini sangat penting hingga kami harus bertemu dengan mereka," ucap Alina dan diangguki oleh Rania.
"Baik. Tunggu sebentar."
Satpam penjaga itu kemudian mulai masuk kedalam pos dan menghubungi seseorang. Kemudian satpam itu bertanya nama kedua wanita yang masih tetap berdiri sambil memandangi pagar yang super megah itu. Setelah beberapa saat, akhirnya keduanya dipersilahkan masuk dan bahkan dijemput oleh kendaraan pribadi karena jarak pagar menuju rumah utama cukup jauh.
"Jangan lupakan rencana kita," bisik Alina kepada Rania yang masih menatap kagum rumah Keluarga Danendra.
***
"Alyssa. Ada apa denganmu Nak?" tanya Tuan Danendra saat Alyssa terus saja menunduk saat mereka sedang makan malam.
Alyssa yang merasa terpanggil pun tersadar dari lamunannya. "Aku? aku baik-baik saja Ayah," ujar Alyssa sambil tersenyum paksa.
Tuan Danendra kemudian menoleh kearah Alva yang terus saja melahap makanannya tanpa memperdulikan sekitar. "Apa kalian berkelahi?" tanya Tuan Danendra.
Sontak Al dan Alyssa menatap satu sama lain. Alyssa yang terkejut pun langsung membuang muka dan mengambil gelas yang berisi air putih untuk ia minum. Tuan dan Nyonya Danendra yang melihat ekspresi kedua anak mereka pun tersenyum karena keduanya begitu menggemaskan ketika sedang merajuk.
"Berkelahi itu hal wajar. Dulu saat Ayah dan Bunda masih pacaran, hampir setiap hari selalu berkelahi bahkan hal kecil pun bisa kami ributkan," ujar Tuan Danendra.
"Kami tidak berkelahi," ujar Alva to the point.
"Lalu? Apa yang terjadi dengan kalian?" tanya Tuan Danendra.
"Ini bukan urusan Ayah," jawab Al dengan sangat dingin.
Al kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkan meja makan kemudian langsung menuju keruang baca. "Maaf Alyssa. Al memang seperti itu jika sedang kesal," ujar Nyonya Danendra.
"Tidak apa Bunda. Aku sudah terbiasa menghadapinya," ujar Alyssa berbohong.
Saat mereka sedang sibuk mengobrol, seorang Pelayan pun datang menghampiri Tuan Danendra. "Maaf Tuan. Ada yang ingin bertemu," ujar Sang Pelayan.
"Siapa?" tanya Tuan Danendra.
"Dua orang wanita. Mereka membawa koper dan tas. Mungkin keluarga anda," ujarnya.
"Suruh mereka menunggu. Aku akan segera menemuinya," ucap Tuan Danendra lalu melanjutkan makan malamnya.
"Apa kau ada janji?" tanya Nyonya Danendra.
"Sepertinya tidak." jawab Tuan Danendra.
Tuan Danendra pun menyelesaikan makan malamnya kemudian segera pergi untuk menemui tamu tersebut. Sementara Nyonya Danendra dan Alyssa, mereka masih asyik mengobrol hingga lupa bahwa hari semakin larut. Beberapa saat kemudian, pelayan datang dan memanggil Alyssa. Alyssa ditemani Nyonya Danendra pun pergi ke ruang tamu untuk menemui Tuan Danendra yang memanggilnya.
Tapi belum sampai diruang tamu, langkah Alyssa terhenti karena melihat dua wanita yang tidak asing sedang berbincang dengan Tuan Danendra. Nyonya Danendra yang melihat Alyssa mematung ditempat pun langsung merangkul Alyssa dan bertanya.
"Mereka Ibu dan Saudara Tiriku, Bunda."
Nyonya Danendra kemudian mengerutkan dahinya dan langsung menoleh kearah dua wanita yang sedang duduk diruang tamu itu. Nyonya Danendra dan Alyssa kemudian saling bertatapan sebelum akhirnya mereka menghampiri Tuan Danendra.
"Nak. Kemarilah," ucap Tuan Danendra kepada Alyssa.
Alyssa pun mengangguk dan duduk disebelah Tuan Danendra. "Mereka mencarimu," ujar Tuan Danendra.
Alyssa kemudian menolehkan pandangannya kearah Alina dan Rania dengan tatapn tajamnya. "Ada apa?" tanya Alyssa.
"Alyssa. Maafkan kami, kami benar-benar menyesal. Ayahmu mengusir kami dari rumah dan sekarang kami tidak tahu harus tinggal dimana Nak," ujar Alina dengan air mata palsunya itu.
Alyssa yang mendengar itu kemudian menoleh kearah Tuan dan Nyonya Danendra yang memasang muka tak suka terhadap Alina dan Rania. Alina kemudian melanjutkan actingnya disusul dengan Rania yang tiba-tiba berlutut di kaki Alyssa.
"Alyssa aku mohon bantulah kami. Aku tidak ingin hidup sebagai gelandangan lagi."
Tangis Rania pun pecah. Alyssa yang melihat itu sebenarnya tak tega. Tapi keduanya sudah sangat menyakiti hatinya dan bahkan sampai membunuh Ibunya. Alyssa kemudian memegang bahu Rania dan memeluknya. "Aku sudah memaafkan kamu Rania," ucap Alyssa dengan lembut.
"Tapi maaf, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk kalian," ujar Alyssa kemudian melepas pelukannya dari Rania.
"Alyssa aku mohon bantulah kami," ujar Rania dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi.
"Sudahlah Alyssa. Kalian aku izinkan tinggal disini, dengan syarat kalian akan menjadi salah satu pelayan disini," ujar Tuan Danendra.
Seketika mata Alyssa dan Nyonya Danendra menatap kearah Tuan Danendra dengan rasa tak percaya. Tuan Danendra kemudian memberikan isyarat untuk tetap tenang. Keduanya pun hanya diam dan tak bersuara. Sampai akhirnya, Alva datang dan menolak keputusan Tuan Danendra.
"Aku tidak setuju," tolak Alva yang tiba-tiba saja muncul.
Semua mata pun mengarah kepada Alva yang mulai berjalan kearah Alyssa. "Aku dan Alyssa akan pergi jika Ayah tetap mengizinkan mereka untuk tinggal disini."