Chereads / Labirin Cinta Alyssa / Chapter 12 - Keraguan Alyssa

Chapter 12 - Keraguan Alyssa

"Al aku mohon biarkan kami tinggal disini," ujar Rania dengan isak tangisnya.

Alva yang mendengar itu tak menggubris perkataan Rania dan malah merangkul Alyssa. Hal itu membuat Rania semakin panas. Alva kemudian membawa Alyssa pergi menjauh dari mereka diikuti oleh Joshua yang selalu berada di dekat Alva.

"Aku ingin bicara denganmu," ujar Nyonya Danendra kepada suaminya.

Tuan Danendra kemudian bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah perginya Nyonya Danendra. Mereka kemudian masuk keruang kerja milik Tuan Danendra dan berdiskusi dengan hati-hati.

"Apa kau gila?" celetuk Nyonya Danendra.

"Kenapa kau malah mengizinkan mereka masuk dan tinggal disini. Itu sama saja kau membahayakan Alyssa," lanjutnya.

"Tenanglah Zora. Aku memiliki rencana tersendiri," ujar Tuan Danendra.

"Tapi tetap saja. Mereka itu manusia licik. Bagaimana kalau mereka membahayakan Alyssa tanpa kita ketahui? Dan lagi, apa kau dengar pernyataan Alva barusan. Mereka akan pindah jika kau benar-benar mengizinkan 2 wanita itu tinggal disini," kesal Nyonya Danendra.

Tuan Danendra kemudian menghela nafas kasarnya dan menjatuhkan pantatnya di sofa. "Baiklah baiklah. Aku akan menurutimu demi kebaikan Alyssa. Tapi aku akan tetap memberi mereka tempat tinggal agar aku bisa terus memantau mereka," ujar Tuan Danendra.

"Ada apa denganmu? Apa kau menyukai wanita itu?" celetuk Nyonya Danendra yang semakin kesal.

"Pertanyaan macam apa itu Zora? Apa kau tidak mempercayai suamimu ini?"

"Wanita itu bisa merebut Stevano Beatrice dan bahkan membunuh istrinya. Apa kau juga ingin itu terjadi padaku? Kalau kau memang sudah tidak menginginkan ku lagi maka aku juga akan pergi dari rumah ini," ujar Nyonya Danendra dengan amarahnya yang semakin meledak-ledak.

Tuan Danendra kemudian bangkit dari duduknya dan mulai mendekat kearah Sang Istri yang sedang menggebu-gebu. "Maaf Zora. Aku tidak bermaksud seperti itu," lirih Tuan Danendra.

"Jika kau tidak menyetujui rencanaku maka aku tidak akan melakukannya Zora," ucap Tuan Danendra pasrah.

"Bagus kalau begitu," ujar Nyonya Danendra kemudian meninggalkan ruang kerja dan Tuan Danendra yang masih frustasi itu.

***

"Alyssa aku tahu kau tak ingin satu atap dengan mereka kan? Maka aku akan memberimu tempat tinggal yang aman dan nyaman agar kau tak merasa risih dengan kehadiran mereka," ujar Alva.

"Untuk apa kau melakukan semua ini Al? Bukankah aku baru saja menolakmu?" tanya Alyssa.

Flashback

"Aku ingin hubungan kita menjadi nyata," ungkap Alva dengan penuh keseriusan.

Alyssa yang mendengar perkataan Alva menjadi berdebar. Ia tak tahu harus melakukan apa sekarang. Gadis itu kemudian memalingkan wajahnya dari tatapan Alva karena tidak tahu harus berbut apa.

"Alyssa. Kau mendengarku?" tanya Al.

"Y-ya. Tentu saja," jawab Alyssa gugup.

"Apa kau mau menerimaku?" tanya Al.

Alyssa kemudian kembali menatap mata Al yang begitu tulus kepadanya. Sedangkan ia masih ragu dengan hatinya yang masih terikat oleh William Sang Mantan kekasih. "Al. Maafkan aku. Aku belum bisa menerimamu. Aku masih ragu dengan perasaanku Al," lirih Alyssa sambil menunduk.

"Apa kau tidak yakin denganku?"

"A-aku belum sepenuhnya melupakan Will. Aku takut aku akan menyakitimu," lirih gadis itu.

Al kemudian tak menggubris perkataan Alyssa dan memilih untuk keluar kamar dan meninggalkan Alyssa yang masih tertunduk itu.

***

Tuan Danendra kembali keruang tamu kemudian duduk disofa. Ia menatap Alina dan Rania yang juga menatapnya dengan wajah penuh harapan. Tuan Danendra kemudian menyenderkan tubuhnya dan mulai berbicara.

"Maaf. Kalian harus pergi dari sini," ujar Tuan Danendra.

Seketika tangis Alina dan Rania pecah. Mereka merangkak dan memeluk lutut Tuan Danendra dan berharap agar Pria paruh baya itu mengizinkannya untuk tinggal di rumahnya. Tapi, Tuan Danendra tetap pada pendiriannya. Ia kemudian memberi kode kepada pelayan untuk memanggil bodyguard dan membawa 2 wanita ini keluar dari rumahnya.

Kedua wanita itu terus menangis di kaki Tuan Danendra sampai Nyonya Danendra, Alyssa, dan Al yang menyaksikan ikut terkejut dengan apa yang dilakukan Alina dan Rania. Bodyguard pun datang dan langsung menyeret kedua wanita itu pergi dari rumah Keluarga Danendra.

Saat Alina dan Rania di tarik paksa oleh bodyguard, Alyssa dengan cepat memberi jari tengah kepada Rania tanpa diketahui siapapun kecuali Al. Al yang melihat itu hanya menggeleng sambil mengulas senyumnya.

"Maafkan Ayah Nak," ujar Tuan Danendra sambil mengusap rambut Alyssa.

"Tidak apa Ayah. Itu hak Ayah jika memang mengizinkan mereka untuk tinggal disini," ujar Alyssa sambil tersenyum dengan manisnya.

Nyonya Danendra kemudian memeluk Alyssa dan mengusap kepala gadis itu. "Alyssa ku ini memang sungguh mengagumkan," ucap Nyonya Danendra.

"Ayah dan Bunda sepertinya melupakan anak kandung kalian sendiri ya."

"Sepertinya ada yang cemburu ya," ejek Alyssa dan mengundang tawa Tuan dan Nyonya Danendra.

Sedangkan Al, ia tak menggubris ejekan dari Alyssa dan memilih untuk pergi kembali keruang baca. Seketika tawa Tuan dan Nyonya Danendra berhenti.

"Apa kalian sudah baikan?" tanya Tuan Danendra.

"Tentu saja Ayah. Dia tidak mungkin bisa marah dengan jangka waktu yang lama," jawab Alyssa.

"Al memang seperti itu Alyssa. Kebiasaan buruknya itu tidak dapat dihilangkan sejak ia masih kecil," sahut Nyonya Danendra.

"Tidak apa Bunda. Aku bisa mengatasi sifat pemarahnya itu," ujar Alyssa.

Tanpa mereka sadari, ternyata Al tidak benar-benar pergi keruang baca. Melainkan Pria itu menguping pembicaraan ketiga orang itu dari balik tembok. Mendengar perkataan Alyssa, Al ikut tersenyum hingga membuat Joshua Sang Asisten kebingungan.

***

"Sial! Aku sudah menjatuhkan harga diriku tapi mereka malah mengusirku!" kesal Alina.

"Pasti ini semua ulah Alyssa Bu. Kalau tidak, pasti kita akan diterima dirumah itu," sahut Rania.

"Kalian itu memang tidak tahu malu. Sudah diusir malah menangis dilutut orang lain. Cih, tidak punya harga diri!" ujar Stevano Beatrice yang tiba-tiba muncul dibelakang mereka.

"Pasti ini rencanamu dan anak busukmu itu kan!" erang Alina.

Mendengar perkataan Alina, Stevano Beatrice menjadi sangat marah kemudian menampar Alina dengan sangat keras. "Jaga mulut mu! Anakku lebih berharga dari kalian berdua!" bentak Stevano Beatrice.

"Cih. Tua Bangka sialan! Kalau bukan karena hartamu aku tidak mungkin sudi untuk menikah denganmu!" ujar Alina kemudian menarik Rania pergi menjauh dari Stevano Beatrice yang semakin menggebu-gebu.

"Bu, bukankah sebaiknya kau minta maaf pada Ayah? Kenapa ku malah memakinya," ujar Rania.

"Diamlah Rania!" bentak Alina.

Rania kemudian melepas paksa tangan Sang Ibu yang menggenggamnya dengan sangat kuat. "Sakit Bu!" erang Rania.

"Rania kalau kau terus merengek aku akan benar-benar meninggalkanku sendirian disini!"

Dari kejauhan, Stevano Beatrice terus memantau mereka. Pria itu kemudian memanggil asistennya dan membisikkan sesuatu.

"Bunuh mereka dalam 24 jam," bisiknya.