"Ibu bukankah Ayah bilang aku yang akan nikah dengan Pria itu? Kenapa malah Alyssa yang mendapatkannya!" rengek Rania kepada Sang Ibu.
"Diamlah Rania. Ibu sedang menyusun rencana," ujar Alina.
"Pokoknya harus aku yang mendapatkan Pria itu! Bukan Alyssa!" ujar Rania.
"Daripada kau banyak bicara lebih baik kau membantu ibu berpikir!"
Rania pun memanyunkan bibirnya dan melempar tubuhnya keranjang. "Alyssa harus selalu dibawah. Aku tidak sudi jika ia mendapatkan sesuatu yang lebih dariku!"
"Kalau sampai Alyssa benar-benar menikah dengan putra keluarga Danendra, maka kita akan habis," ujar Alina.
"Apa maksud Ibu?" tanya Rania.
"Alyssa pasti akan mengambil Alih perusaahah Ayahmu dan membuat kita kesusahan."
"Hah? Lalu bagaimana nasib kita?"
"Maka dari itu sebaiknya kita harus mengambil alih perusahaan Ayahmu sebelum jatuh ketangan Alyssa," ujar Alina.
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Rania.
Alina tersenyum licik. "Kau lihat saja. Apa yang akan ibu lakukan," ujar Alina.
***
Hari menjelang sore. Alyssa dan Alva masih sibuk untuk memilih Dress Wedding mereka. Tapi, tidak seperti wanita pada umumnya yang selalu bersemangat untuk mempersiapkan acara pernikahannya, Alyssa kini memilih Dress dengan asal asalan. Pikiran Alyssa hanya dipenuhi oleh William seorang. Pria itu berhasil membuat Alyssa menjadi ragu dengan keputusannya untuk menikah dengan Alva.
"Apa ini bagus?" tanya Alyssa kepada Alva yang sedang duduk sambil memandangi Alyssa yang sibuk mencari Dress.
"Semua akan terlihat bagus jika dipakai olehmu. Pilihlah yang mana yang kau suka," ujar Alva.
"Aku bingung. Menurutku, semuanya bagus. Apa kau mau membantuku untuk memilih salah satu?"
Alva kemudian tersenyum dan bangkit dari duduknya. "Tentu."
Kedua pasangan itu kemudian memilih milih Dress yang cocok untuk Alyssa. Alva terlihat sangat sibuk memilih Dress. Sedangkan Alyssa, ia hanya mengikuti Alva sambil terus melamun dan memikirkan William.
"Sepertinya ini cocok denganmu," ujar Alva sambil menunjukkan sebuah Dress mewah berwarna putih.
Alyssa yang melihat pilihan Alva pun langsung tersenyum. "Sepertinya kau tahu selera para wanita ya," ujar Alyssa.
Alyssa pun kemudian meminta tolong kepada pegawai agar Dress itu dapat ia coba. Alva pun kembali duduk sembari menunggu Alyssa mencoba Dress yang ia pilihkan tadi. 10 menit kemudian, Alyssa datang kehadapan Alva. Alva tercengang begitu melihat Alyssa. Gadis itu terlihat sangat cantik. Ditambah lagi ia memakai Dress berwarna putih yang super elegan.
Dress pilihan Alva sangatlah pas ditubuh ramping Alyssa. Dress itu memiliki ekor kurang lebih 1 meter panjangnya. Ditambah berlian-berlian yang menempel menambahkan kesan mewah pada Dress itu.
"Bagaimana?" tanya Alyssa dan membuat Alva tersadar dari lamunannya.
"Y-ya. Cocok sekali. Kita akan gunakan Dress ini dihari pernikahan kita," ucap Alva gugup.
"Tentu. Aku juga sangat menyukai Dress ini," ujar Alyssa.
"Tapi aku sedikit tidak nyaman. Dress nya begitu ketat. Apa kalian punya ukuran lain?" tanya Alyssa kepada para pegawai yang ada disana.
"Maaf Nona. Dress ini hanya satu karena di desain oleh desainer ternama di Paris."
"Yah sayang sekali," ujar Alyssa.
"Siapa nama Desainernya. Saya akan meminta dia untuk membuatkan gaun yang persis seperti ini dengan ukuran Alyssa," ujar Alva.
"Maaf tuan kami tidak bisa memberi tahu," ucap Pegawai itu.
"Baiklah," ujar Alva.
Pria itu kemudian mulai mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang. Terdengar dari percakapan Alva, ia menyuruh seseorang untuk mencari desainer terkenal untuk mendesain Dress Wedding Alyssa.
"Al, tidak usah repot-repot. Dress ini bisa dibawa ke desainer dikota ini untuk disesuaikan ukuran nya dengan ukuran tubuhku," ujar Alyssa.
"Tidak. Calon istri ku harus mendapatkan pelayanan terbaik," ucap Alva.
"Baiklah. Terserah kau saja," ujar Alyssa menyerah dengan keputusan Alva.
Saat mereka sedang berdebat, tiba-tiba kedua orang tua Alva datang. "Wah. Calon menantu Bunda cantik sekali," puji Nyonya Danendra saat melihat Alyssa.
Alyssa mengulas senyuman manisnya. "Terimakasih Bunda," ujar Alyssa.
"Alva memang tidak salah mencari calon istri," ujar Tuan Danendra.
Perkataan Tuan Danendra lagi-lagi membuat Ayssa tersipu malu. "Ada apa? kalian mengganggu kami saja," ujar Alva.
"Al. Gak boleh gitu. Aku malah seneng kalo ada mereka disini," ujar Alyssa.
Alyssa memang sangat bahagia saat ia tau bahwa ia disayang oleh keluarga Danendra. Pasalnya, Gadis itu sangat merindukan kehangatan didalam keluarganya. Semenjak Ibu nya wafat, dan Ayahnya menikah, Alyssa benar-benar tidak pernah merasakan kasih sayang lagi. Apalagi semenjak Rania hadir dan Ayah nya lebih menyayangi Rania dibanding dirinya sendiri yang notabenya adalah anak kandungnya.
"Apa kalian sudah menentukan tanggal pernikahan kalian?" tanya Tuan Danendra.
"Sudah," jawab Alva.
"Kapan? Ayah akan siapkan semua nya. Kalian lebih baik menghabiskan waktu liburan berdua," ujar Tuan Danendra.
"2 bulan lagi. Tepatnya hari dimana Alyssa ulang tahun Ayah," ujar Alva.
"Bagus! Kita bisa sekalian merayakan ulang tahun Alyssa."
Alyssa yang mendengar itu pun menjadi sangat bahagia. Ia bahkan merasa sangat beruntung bisa bertemu Alva dan masuk ke keluarga ini. Entah sudah berapa lama ia tak merayakan ulang tahun bersama keluarganya. Semenjak Ibu nya pergi, ia hanya merayakan ulang tahun bersama Mauren. Bahkan ia pernah merayakan nya sendiri karena Ayahnya lebih memilih untuk menghadiri acara sekolah Rania dibanding mengadakan acara untuk Alyssa.
Tanpaa sadar air mata Alyssa terjatuh. Nyonya Danendra yang melihat itu langsung mendekat dan menarik Alyssa kedalam pelukan nya. "Ada apa Alyssa? Kenapa menangis?"
"T-tidak. Aku hanya merasa sangat terharu. Kalian begitu baik padaku," ujar Alyssa.
"Itu sudah tugas kami sebagai orang tua kamu Nak," ujar Nyonya Danendra.
"Terimakasih," ucap Alyssa kemudian menghambur kedalam pelukan Nyonya Danendra.
Didalam pelukan Nyonya Danendra ia menangis tersedu-sedu. Selain ia sangat terharu dengan kebaikan keluarga ini, ia juga sangat merindukan kasih sayang seorang Ibu. Dan ia mendapatkan kasih sayang itu lagi dari Nyonya Danendra. Nyonya Danendra pun mulai menenangkan Alyssa dan mengusap lembut rambut Alyssa yang tergerai.
Alyssa kemudian melepas pelukannya dan mengusap air matanya. "Maaf. Sepertinya aku terlalu berlebihan," ucap Alyssa.
"Tidak Nak. Menangis lah kalau kamu ingin menangis. Kami akan selalu ada untukmu."
"Alyssa. Kalau nanti Alva berbuat jahat kepadamu, katakan kepada kami. Kami akan langsung turun tangan," sahut Tuan Danendra.
Alva dengan cepat menatap tajam kearah Ayahnya. "Sepertinya Ayah lebih menyayangi Alyssa daripada aku," ujar Alva.
"Benar sekali. Kalau perlu Alyssa Ayah angkat menjadi anak. Tidak usah menjadi istrimu. Ayah takut kau akan menyakiti dia," ujar Tuan Danendra.
"Cih. Yang benar saja. Gadis yang aku cintai mau kau angkat menjadi Adikku. Lalu nanti aku menikahi adikku sendiri. Maka hancurlah nama baik keluarga ini Ayah," ujar Alva.
Tuan Danendra, Nyonya Danendra, dan Alyssa pun sontak tertawa karena perkataan Alva. Suasana di toko itu menjadi semakin hangat dengan canda tawa keluarga itu. Dan tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan tatapan yang sangat tajam.
"Baik Nyonya. Akan aku lakukan."