Chereads / Labirin Cinta Alyssa / Chapter 7 - Pembalasan Alva

Chapter 7 - Pembalasan Alva

Alyssa mematung ditangga karena benar-benar terkejut melihat Will yang juga sedang menatap kearahnya. Alva yang tahu Alyssa terkejut langsung menghampiri Alyssa dan merangkulnya.

"Selamat pagi Sayang," sapa Alva kemudian mencium pucuk kepala Alyssa.

Alyssa pun semakin terkejut dengan tingkah Alva yang tiba-tiba begitu romantis. Gadis itu kemudian tersenyum canggung dan mulai berjalan kearah meja makan bersama Alva yang merangkulnya. Alva kemudian menarik kursi dan mempersilahkan Alyssa duduk di sebelah Nyonya Danendra.

"Pagi cantik," sapa Nyonya Danendra.

"Pagi," balas Alyssa sambil tersenyum.

"Alyssa. Ini William sepupu jauhnya Alva," ucap Tuan Danendra.

Pandangan Alyssa dan William bertemu. Alyssa mengulas senyuman canggungnya, sedangkan Will ia tak mau menatap Alyssa. Will masih tak percaya bahwa Alyssa adalah Calon istri sepupunya sendiri. Alva yang melihat ekspresi William pun merasa senang karena rencananya berhasil.

"Nak, setelah sarapan kita akan pergi untuk menentukan tanggal pernikahanmu. Apa ku sudah siap?" tanya Tuan Danendra.

"Sudah Ayah. Tapi, pagi ini aku sedikit terkejut karena berita pernikahan kami sudah tersebar," ujar Alyssa.

"Aku yang menyebarkan berita itu Alyssa. Apa kau keberatan?" sahut Alva.

"Oh? Tidak. Aku hanya sedikit terkejur karena teman-temanku tidak menyangka aku akan menikah dengan keluarga ini," ucap Alyssa.

"Seharusnya kau membicarakan nya dulu dengan Alyssa. Kau ini kebiasaan," ujar Tuan Danendra.

"Aku kan hanya ingin memberinya kejutan Ayah. Buktinya dia terkejut kan," ucap Alva dengan tawa renyah nya.

"Dasar. Awas saja kau membuat Alyssa kesusahan," ujar Tuan Danendra.

"Tidak mungkin aku membiarkan Gadisku kesusahan. Ayah tenang saja. Aku bisa menjaganya," ucap Alva.

Mendengar perkataan Alva, pipi Alyssa memerah. Gadis itu tersipu malu dengan perkataan Alva barusan. Berbeda dengan William yang semakin panas karena melihat keromantisan kedua pasangan itu. Karena tidak tahan, William kemudian izin untuk pergi ke toilet. Ditoilet, William memukul dinding dan mengusap wajahnya frustasi.

"Shit!" umpat Pria itu.

Sejujurnya, William masih sangat mencintai Alyssa. Hanya saja, ia harus meninggalkan Alyssa dulu karena ia bersekolah diluar negeri. Dan ia berpikir jika ia tetap berpacaran dengan Alyssa, itu akan membuat Alyssa semakin sakit. Jadi, ia memutuskan untuk meninggalkan Alyssa sampai sekolahnya selesai. Lalu ia akan kembali untuk melamar Gadis itu. Tapi sialnya, Alyssa malah akan menikah dengan sepupunya sendiri.

***

"Ayah, berita bahwa Alyssa akan menikah dengan keluarga Danendra sudah tersebar diseluruh negeri. Bagaimana ini ayah?" rengek Rania.

"Diamlah Rania. Kau membuatku tambah pusing!" bentak Stevano Beatrice.

"Ayah! Kau kan sudah janji untuk menikahkanku dengan nya!" jerit Rania semakin menjadi-jadi.

PLAKK~

Tanpa basa-basi Stevano Beatrice menampar pipi Rania dengan keras. Sang Ibu yang melihat pun terkejut dengan perlakuan Stevano Beatrice terhadap putrinya. Dengan cepat, Sang Ibu menarik Rania menjauh dari Sang Suami yang sudah murka.

"Sebaiknya kau beritahu anakmu untuk diam dan jangan berulah," ketus Stevano Beatrice.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau malah menampar Rania seperti ini?" ujar Istrinya.

"Diamlah Alina. Lebih baik kau didik anakmu agar sedikit berguna bagi keluarga ini. Dia sudah terlalu kumanja hingga tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang," ujar Stevano Beatrice.

***

"Apa kau ingin mengundang Ayahmu Alyssa?" tanya Alva.

Alyssa mengulas senyuman kecilnya. "Tentu saja. Bagaimana pun, dia tetap Ayah ku kan," jawab Alyssa.

"Baiklah," ucap Alva.

Tanpa disadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan tatapan tajamnya sedaritadi. Siapa lagi kalau bukan William. Pria itu menjadi sangat cemburu saat melihat kebersamaan Alva dan Alyssa yang begitu dekat. Ditambah saat ini mereka akan pergi untuk menentukan tanggal pernikahan sekaligus fitting baju untuk pernikahan mereka.

"Al, sepertinya aku tidak bisa ikut dengan kalian," ujar William.

Sontak Alva dan Alyssa pun menoleh. "Kenapa? bukankah kau bilang hari ini kau tidak sibuk?"

"Iya tadinya seperti itu. Tapi tiba-tiba Sekertarisku menelfon bahwa ada rapat mendadak yang harus aku datangi. Jadi mau tidak mau aku harus pergi," ucap William.

"Ah baiklah. Kalau begitu kau harus datang ke pernikahan kami ya," ucap Alva.

"Tentu saja. Aku akan datang dan memberi kalian hadiah. Sampai jumpa," ujar Will kemudian mulai meninggalkan rumah keluarga Danendra.

Alva yang melihat Alyssa hanya menunduk pun merasa kasihan. "Ada apa?" tanya Alva.

"Tidak," jawab Alyssa sambil tersenyum.

"Kalau begitu bagaimana kita berangkat sekarang?" ujar Alva.

Alyssa mengangguk kemudian bangkit dari tempat duduknya. Mereka pun mulai keluar dari rumah dan masuk kedalam mobil untuk pergi mempersiapkan pernikahan mereka.

***

William dengan wajah lesunya kembali kerumah nya. Ia mulai masuk kedalam dengan langkah gontai dan pandangan kosongnya. Pria itu tenggelam didalam pikirannya hingga tak memperhatikan sekelilingnya.

"Will bukankah kamu akan pergi menemani Alva mengurus pernikahan?" tanya Sang Ibu.

Will tak merespon pertanyaan itu dan tetap berjalan lurus kedepan. "Will!" panggil Sang Ibu sekali lagi dengan nada sedikit tinggi.

"Ah iya bu," ucap William sambil menoleh kearah ibunya.

"Ada apa denganmu? kenapa kau terus saja melamun?"

William menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil berjalan kearah ibunya. "Tidak Bu. Aku hanya sedikit lelah."

Ibu Will memicingkan sebelah matanya. "Bukankah kau harus menemani Alva? kenapa kau malah berada disini?"

"Em ada rapat mendadak yang harus kuhadiri. Jadi aku tidak bisa menemani Al," ucap Will gugup.

"Oh begitu. Baiklah."

William pun membalikkan badan dan berjalan kearah kamarnya yang terletak dilantai 2. Sesekali ia menoleh kearah ibunya yang masih menatapnya dengan tatapan aneh. Tapi Will tak menanggapinya dan terus berjalan masuk kedalam kamarnya.

BUGHH~

"Arghhh. Sial! Aku tidak bisa terus menerus seperti ini!" jerit Will sambil meninju dinding yang berada dihadapannya.

Pria itu kemudian mengambil sebuah pigura yang terletak di laci sebelah tempat tidurnya. "Alyssa. Maafkan aku," gumamnya sambil mengusap pigura yang didalamnya terdapat foto Alyssa.

"Aku pikir kau akan tetap menungguku sampai aku kembali. Bukankah kau bilang kau akan tetap menungguku sampai aku kembali." lirih Will.

Tanpa sadar, air mata Will jatuh membasahi pipinya. Ia tak sanggup bila harus melihat Alyssa menikah dengan Pria lain. Ia masih sangat mencintai gadis itu. Tangan Will mengepal. Rahangnya mengeras karena sakit hati yang terpendam. Beberapa ide licik mulai terlintas didalam pikiran Will.

"Maafkan aku saudaraku. Sepertinya aku harus merebut gadis ku kembali ke tanganku," gumam Will sambil terus memandangi foto Alyssa.

William kemudian mencium foto Alyssa dan tertawa keras seperti orang yang hilang kendali. Pria itu kemudian melempar foto Alyssa hingga pigura itu pecah menjadi bagian-bagian kecil yang tak terlihat. Pria itu mulai hilang kendali atas dirinya sendiri. Perlahan ia mengambil pecahan pigura yang sudah tercecer dilantai kamarnya. Tanpa ragu, Will mulai menggoreskan pecahan kaca itu ke tangan sebelah kirinya hingga mengeluarkan darah.

"Alyssa kau akan kembali kedalam pelukanku," ujar Will sambil meneteskan darah nya ke foto Alyssa.