"Josh, sudah hampir 1 setengah jam Alyssa berkeliling tapi gadis itu belum kembali juga. Coba kau periksa cctv perusahaan. Aku ingin tahu, Apa yang sedang ia lakukan sebenarnya."
Joshua mengangguk kemudian langsung menatap macbook dihadapannya dengan serius. Jari-jemari Joshua bergerak dengan cepat untuk mencari keberadaan Alyssa. 5 menit kemudian, ia langsung melapor ke Alva bahwa terjadi sesuatu pada gadis itu.
"Siapa lelaki yang berani membuat gadisku menangis?"
Dengan cepat Alva langsung keluar ruangan dan bergegas menuju tempat dimana Alyssa berada. Sementara Alyssa, gadis itu malah terlelap didalam toilet akibat kelelahan menangis. Tanpa rasa malu, Alva langsung masuk kedalam toilet wanita dan membuat para pekerja wanita yang sedang berada didalam toilet terkejut.
"Alyssaa!"
Tok Tok Tok~
"Alyssa, hei!"
Alyssa yang mendengar suara Alva meneriaki namanya pun langsung terbangun dari tidur lelapnya. "Ah. Iya! Sebentar," ujar Alyssa dari dalam toilet.
Alyssa pun mengelap wajahnya yang penuh dengan air mata itu kemudian membereskan pakaiannya dan membuka pintu toilet. Ia pun keluar dan mendapati Alva yang sedang menunggunya didepan toilet wanita.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Alva begitu melihat Alyssa keluar.
"Tidak."
Alva pun langsung menarik Alyssa kedalam pelukannya dan mengundang perhatian para pekerja lain yang sedang berlalu lalang. Alyssa tak membalas pelukan Alva. Ia hanya diam dan terus memikirkan kejadian yang baru ia alami tadi. Tak sengaja, mata Alyssa menangkap sosok yang tadi ia temui. William. Pria itu sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
"Em, aku sedikit pusing. Boleh aku pulang?" ucap Alyssa.
Alva melepas pelukannya. "Tentu. Ayo, aku akan mengantarmu."
"Tidak usah. Aku bisa sendiri Al," ucap Alyssa.
"Tidak. Aku akan mengantarmu kembali. Mulai saat ini lebih baik kau tinggal bersamaku," ujar Alva.
Alyssa yang tidak bisa menolak pun hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka mulai berjalan keluar perusahaan sembari Alva menghubungi Joshua untuk segera menyiapkan mobil untuk mengantar mereka pulang.
"Apa kau tidak keberatan jika harus mengantarku? Apa pekerjaanmu sudah selesai?"
"Semuanya sudah beres Alyssa. Joshua pasti bisa menghandle semuanya."
***
"Istirahatlah. Aku akan menemuimu lagi nanti," ujar Alva kemudian meninggalkan Alyssa agar ia bisa beristirahat dengan tenang.
Alva kemudian pergi keruang baca dan langsung menghubungi Joshua. "Bagaimana? Siapa lelaki itu?"
"Dia adalah William Louise Matthew. Putra ketiga keluarga Matt, dan termasuk pewaris perusahaan keluarga mereka. Lebih tepatnya, Pria itu mantan kekasih Nona Alyssa tuan," jelas Joshua.
"Apa kau sudah menyelidiki bagaimana mereka bisa berpisah?" tanya Alva.
"Ya. William meninggalkan Nona Alyssa secara sepihak karena harus sekolah diluar negeri. Berita bahwa pasangan itu berpisah sangat viral di tempat mereka berkuliah."
"Kerja bagus Josh." ujar Alva kemudian mematikan teleponnya.
"Sepertinya bagus jika pria itu diberi pelajaran," gumam Alva kemudian tersenyum licik.
***
Hari semakin larut. Kini, Alyssa sedang berada dibalkon kamar tamu miliki keluarga Danendra. Ia menikmati bulan dan bintang yang memancarkan sinarnya untuk menghiasi langit. Gadis itu melamun, ia masih memikirkan kejadian saat ia bertemu dengan Sang mantan kekasih. Hatinya kembali terasa pedih, karena ia masih mencintai Pria itu.
Alyssa menghela nafas kasarnya. "Sudahlah Alyssa. Dia hanya masalalumu," gumamnya.
Kemudian gadis itu menoleh saat seseorang keluar dan duduk di balkon sebelah kamarnya. Ia melihat Alva juga sedang termenung dibalkon itu. Alyssa pun menyapa Alva dan mulai mendekat kearah Pria itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Alyssa.
Suara Alyssa ternyata membuat Alva sedikit terkejut. Alva kemudian tersadar dari lamunannya dan tersenyum kecil saat melihat Alyssa. "Tidak. Hanya mencari angin segar. Kau sendiri kenapa tidak tidur? Ini sudah larut."
"Aku tidak bisa tidur Al," ujar Alyssa kemudian tersenyum.
"Setidaknya pakailah sesuatu untuk menghangatkan tubuhmu," ucap Alva saat melihat Alyssa hanya menggunakan kaos lengan pendek.
"Aku sudah terbisa seperti ini," ujar Alyssa.
Suasana hening pun menyelimuti mereka. Kedua insan itu sibuk tenggelam kedalam fikirannya masing-masing sembari menatap langit yang dihiasi oleh bintang-bintang yang bersinar terang.
"Apa ada sesuatu yang mengganggu fikiranmu?" tanya Alva membuka suara.
Alyssa tertawa kecil kemudian menggeleng. "Hm. Sepertinya ada."
"Kau boleh bercerita kalau kau mau," ucap Alva.
"Baiklah. Aku bertemu mantan kekasihku tadi. Dia berkata dia merindukanku. Tapi, bukannya senang, hatiku malah semakin sakit," ucap Alyssa.
Alva kemudian menolehkan wajahnya kearah Alyssa. "Apa kau juga merindukannya?"
"Hatiku berkata bahwa aku juga merindukannya. Tetapi logika ku menyuruhku untuk melawan rasa rinduku. Mencintainya sama saja membunuh diriku sendiri," balas Alyssa.
"Aku sudah berusaha melupakannya selama 3 tahun. Aku selalu mencari cara agar aku tidak mengingatnya. Tapi ia malah kembali dengan wajah tidak bersalahnya itu," lanjut Alyssa dengan lirih.
Alva tak menggubris perkataan Alyssa. Ia hanya mengangguk sambil terus mendengarkan curhatan gadis itu. "Sudahlah. Tidak usah dibahas. Aku juga harus terbisa seperti ini," ucap Alyssa kemudian tersenyum.
Alva tersenyum. "Istirahatlah. Besok kita akan menentukan tanggal pernikahan kita."
"Baik. Selamat malam Al," ucap Alyssa.
"Malam," balas Alva.
Alyssa kemudian masuk dan mengunci pintu balkon. Alva yang melihat itu tak bereaksi apapun. Ia hanya berharap suatu saat ia dapat membahagiakan Alyssa. Entah sejak kapan ia menjadi peduli pada gadis yang baru ia kenal itu. Alva hanya tak tega saat melihat gadis itu ditampar oleh Ayah kandungnya sendiri. Harusnya, Alyssa menjadi Putri Kesayangan di keluarga itu. Tetapi, ini malah sebaliknya. Ia harus meninggalkan rumahnya sendiri hanya karena orang luar yang menerobos masuk kedalam keluarganya.
***
Keesokan harinya, Alyssa terbangun dari tidurnya. Ia meraba laci disebelahnya dan mengambil handphonenya. Betapa terkejutnya gadis itu saat melihat chat dari Mauren. Mauren berkata, Alyssa menjadi trending topik dinegara ini karena akan menikah dengan Pewaris tunggal keluarga Danendra.
Alyssa bangkit dari tidurnya kemudian membaca dengan seksama berita yang sudah tersebar. Ia pun kembali merebahkan tubuhnya kemudian berguling kekanan dan kekiri karena frustasi. Bagaimana ia bisa lupa bahwa Keluarga Danendra adalah keluarga yang sangat populer di negara ini. Dan ia berharap bahwa pernikahannya tidak akan diketahui siapapun.
"Bodohnya aku," racau Alyssa.
Ia pun segera pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri karena hari ini akan menjadi hari penentuan pernikahannya dengan Alva. Ia memakai baju yang sudah disiapkan oleh para pelayan keluarga Danendra. Hari ini, Alyssa memakai Dress selutut berwarna biru cerah. Ia kemudian mencurly rambut panjangnya kemudian memakai sedikit make up diwajahnya.
Tok Tok Tok~
Pintu kamar gadis itu diketok oleh seseorang. Alyssa pun dengan cepat langsung membuka pintu itu. "Selamat pagi Nona. Tuan Besar sudah menunggumu untuk sarapan bersama dibawah," ucap seorang pelayan.
"Aku akan segera turun," balas Alyssa kemudian menunjukkan senyuman manisnya.
Gadis itu kemudian turun dan ikut bergabung dimeja makan bersama Tuan dan Nyonya Danendra. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Pria yang duduk tepat disebelah Alva. Gadis itu kemudian menghentikan langkahnya.
"Will," gumam Alyssa