Chereads / Labirin Cinta Alyssa / Chapter 4 - Rencana Sang Presdir Muda

Chapter 4 - Rencana Sang Presdir Muda

Setelah menangis cukup lama dalam pelukan Alva, rupanya Alyssa kini tertidur karena kelelahan. Alva yang melihat itu hanya mengulas senyumannya kemudian menggendong gadis itu menuju mobilnya .

"Pulang kerumah," perintah Alva kepada sopirnya.

Asisten Alva yang duduk dibangku depan pun membelalakkan matanya karena terkejut. "Gadis itu?" tanya Joshua.

"Saya akan membawanya kerumah," ucap Alva cepat.

Joshua sebagai asisten pun tak banyak bertanya kepada Alva. Mobil kemudian melaju dengan cepat kearah rumah utama keluarga Danendra sesuai dengan permintaan ayah dan ibunya tadi. Alyssa kini tertidur didalam dekapan Pria itu. Sesekali, Alva menatap wajah cantik Alyssa dan tersenyum dengan sendirinya.

***

"Ayah bagaimana ini? Apa Alyssa akan menikah dengannya? Ayahhh aku juga ingin menikah dengannya. Cepat cari cara ayah," rengek Rania pada Stevano Beatrice.

"Diamlah Rania! Kau membuatku tambah pusing!" bentak Stevano Beatrice.

Rania yang dibentak pun langsung melangkah mundur karena ini pertama kalinya ia dimarahi oleh sang Ayah. Ibu Rania pun langsung merangkul Rania dan menyuruh Rania masuk kekamarnya. Rania pun mengangguk kemudian pergi meninggalkan kedua orang tuanya itu.

"Suamiku, apa tidak ada cara lain?" tanya sang Istri.

"Diamlah! Sudah tidak ada jalan untuk Rania masuk kedalam keluarga itu. Sekarang hanya Alyssa yang bisa menyelamatkan aku kau tahu! Anakmu itu hanya bisa merengek tanpa membantu Ayahnya," racau Stevano Beatrice.

Sang Istri pun terlihat kesal setelah mendengar ucapan suaminya barusan. Ia pun pergi meninggalkan Stevano Beatrice sendirian. Stevano Beatrice kini terlihat amat sangat stres dan sedang mencari cara untuk mempertahankan kekusaannya. Dan hanya Alyssa yang bisa membantunya.

"Arghh!"

***

"Eh Al, Alyssa kenapa?" tanya Nyonya Danendra khawatir saat melihat Alva masuk kedalam rumah dengan Alyssa didalam dekapannya.

"Ketiduran," jawab Alva singkat kemudian membawa Alyssa kekamar tamu.

Dengan sangat perlahan, Alva menidurkan Alyssa diranjang. Pria itu tak ingin Alyssa terbangun dari tidur nyenyaknya. Sang Ibu yang melihat putranya bersikap lembut terhadap wanita pun tersenyum. Karena sebelumnya, Alva tidak pernah sama sekali berpacaran. Bahkan berbicara dengan wanita pun ia enggan. Maka dari itu, Saat kedua orang tua Alva melihat anaknya bersama Alyssa mereka pun turut bahagia dan berfikir bahwa hanya Alyssa yang dapat menaklukkan hati Alva.

"Aku butuh piyama untuknya Bunda," bisik Alva kepada sang Ibu.

Nyonya Danendra pun tersenyum. "Baiklah, Bunda akan menyuruh pelayan untuk membantunya berganti pakaian,"

"Tidak usah. Letakkan saja piyama disebelah ranjangnya. Jangan mengganggu nya," tukas Alva.

Sang ibu hanya mengiyakan perkataan anaknya itu kemudian pergi meninggalkan Alva yang masih berdiri disebelah ranjang Alyssa. Alva pun mulai mematikan lampu dan pergi meninggalkan kamar tamu.

"Tuan Muda. Tuan Danendra menunggumu diruang kerjanya," ucap Joshua asisten pribadi Alva.

Alva hanya mengangguk pelan kemudian langsung menuju keruang kerja Ayahnya. Dengan perlahan ia mulai mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan. Saat masuk kedalam, ia mendapati sang Ayah yang sedang tersenyum lebar kearahnya.

"Kemari nak," ucap Sang Ayah dengan sangat lembut.

Alva pun menaikkan sebelah alisnya karena heran melihat sikap Ayahnya yang begitu lembut kepadanya. "Ada apa?"

"Mari kita menentukan tanggal pernikahanmu," ucap Tuan Danendra dengan senyum sumringahnya.

Alva menghela nafas. "Aku fikir ada apa. Bisakah besok saja? Aku sudah lelah. Lagipula, Alyssa juga sudah tidur."

"Ah, Baiklah-baiklah anakku. Istirahatlah, Jangan sampai kau sakit dihari menjelang pernikahanmu."

"Baik. Aku permisi," ucap Alva kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Alva pun tersenyum tatkala mengingat perlakuan Ayahnya barusan. Pasalnya, sejak Alva tumbuh dewasa, Sang Ayah bahkan tidak pernah berkata selembut itu lagi, apalagi tersenyum kepadanya. Ayahnya hanya menunjukkan sikap tegasnya dan tak segan memarahi Alva jika ia bersalah. Sejak saat itulah hubungan mereka menjadi sedikit tegang.

Tapi hari ini, Alva kembali melihat Ayahnya yang bersikap lembut kepadanya. Hanya karena Alva menuruti perintah Ayahnya untuk segera menikah. Alva pun kini semakin bahagia karena hubungan nya dengan Ayahnya kembali membaik.

"Kosongkan semua jadwal besok. Aku harus mengatur pernikahanku dengan Alyssa," ujar Alva kepada Joshua.

"Baik Tuan," balas Joshua.

***

Matahari memancarkan sinarnya. Menembus celah-celah gorden dan membuat gadis yang sedang tertidur itu menjadi gusar. Alyssa, gadis itu terganggu dari tidur nyenyaknya karena sinar matahari yang menusuk matanya. Ia pun mulai membuka matanya secara perlahan dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Sontak Alyssa terbangun. "Hah? Aku dimana?" ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur.

Matanya membulat dan pandangannya mengitari seluruh kamar mewah bernuansa klasik itu. Ia kini mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya tadi malam hingga ia terbangun di kamar mewah ini.

Ckrek~

"Selamat pagi Nona. Ini pakaian ganti untuk anda, Tuan Danendra sudah menunggu anda untuk sarapan bersama dibawah."

Betapa terkejutnya Alyssa saat melihat seorang wanita berpakaian pelayan masuk kedalam kamarnya. Dan perkataan pelayan tadi membuat Alyssa semakin terkejut karena ia menyebut Tuan Danendra.

"Aku dirumah keluarga Danendra?" gumam Alyssa.

Tanpa berfikir panjang, gadis itu bangkit dari kasur dan segera berlari ke kamar mandi karena tak ingin Tuan Danendra menunggu lama dibawah. Ia takut akan dicap sebagai gadis pemalas oleh keluarga Danendra. Maka dari itu, Alyssa menggunakan jurus kilatnya untuk mandi dan bersiap.

Ia menggunakan pakaian yang sudah diberikan oleh pelayan tadi. Dress casual berwarna pink muda beserta flat shoes berwarna putih polos. Alyssa kemudian menyisir rambutnya dan mencepolnua keatas karena ia terlalu malas untuk mencatok rambutnya itu.

Setelah siap, Alyssa keluar kamar dan turun menuju ruang makan. Dan benar saja, Tuan Danendra beserta Istrinya dan juga Alva sudah duduk disana sambil mengobrol santai. Alyssa yang merasa sedikit canggung pun menundukkan kepalanya saat ia turun dari tangga.

"Selamat Pagi Alyssa," sapa Nyonya Danendra.

"Pagi Tuan, Pagi Nyonya," balas Alyssa dengan mengulas senyuman kecilnya.

Nyonya Danendra pun menghampiri Alyssa kemudian merangkulnya dan mengajaknya keruang makan untuk sarapan bersama. "Nah sekarang sudah lengkap. Jadi kita bisa mulai sarapan."

Alyssa tersenyum canggung. Ia kemudian menoleh kearah Alva yang duduk tepat disebelahnya. "Ada apa?" tanya Alva.

Alyssa menggeleng. "Tidak," jawabnya.

"Ayo makan. Kau membutuhkan banyak nutrisi nak," ucap tuan Danendra kepada Alyssa.

"Iya tuan. Terimakasih," balas Alyssa.

"Jangan memanggilku tuan. Panggil aku Ayah. Bukankah sebentar lagi aku akan menjadi Ayah mertuamu?" ucap Tuan Danendra.

Alyssa tersipu malu mendengar perkataan tuan Danendra. "Baik Ayah," ucap Alyssa.

"Sudahlah Ayah. Jangan mengganggunya. Biarkan dia makan dengan tenang," sahut Alva.

"Baiklah-baiklah. Aku tahu kau cemburu jika aku mengganggu gadismu kan," ujar Sang Ayah.

Suasana dimeja makan itu kini terasa semakin hangat. Sesekali Tuan Danendra menggoda Alva dan Alyssa yang membuat mereka semakin tersipu malu. Tapi tiba-tiba saat sedang asyik menikmati suasana itu, Joshua datang dan memberi kabar buruk.

"Maaf Tuan Muda. Anda harus berangkat sekarang juga," ucap Joshua.

Alva menoleh. "Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk mengosongkan jadwal hari ini?"

"Maaf tuan ini darurat. Seseorang meretas data perusahaan," ucap Joshua.

BRAAKK~

"Apa! Berani-beraninya!"