Chereads / Labirin Cinta Alyssa / Chapter 1 - Pewaris tunggal

Labirin Cinta Alyssa

🇮🇩Dianaprlptrii_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 11.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pewaris tunggal

Cahaya matahari menembus jendela kamar Zee. Membuat gadis cantik berwajah blesteran itu terganggu dari tidur nyenyaknya. Ia mulai menarik selimut menutupi seluruh bagian tubuhnya karena merasa terganggu oleh cahaya matahari yang menusuk di matanya.

Kriiinggggg~

Alarm Zee berbunyi. Tanda bahwa ia harus bangun dan bersiap untuk kuliah. Gadis itu menggapai handphone nya kemudian mematikan alarm yang sangat memekakkan telinganya itu.

"Aku masih sangat mengantuk," eluhnya.

Dengan terpaksa gadis cantik itu mulai bangkit dari tempat tidur mungilnya kemudian pergi ke kamar mandi karena ia tak ingin dimarahi dosen karena terlambat masuk kelas.

15 menit kemudian, Zee mulai meninggalkan rumah kecilnya yang ia sewa. Rumahnya kecil, tapi ia sangat nyaman hidup disana. Zee mulai melangkahkan kakinya menuju kampus yang jaraknya cukup dekat dengan rumahnya. Ia sengaja memilih untuk menyewa di daerah kampusnya agar ia tak kesusahan untuk pergi kuliah.

"Hufftt. Semoga hari ini akan menjadi hari yang indah," gumamnya sambil menatap langit.

Ia terus berjalan menyusuri jalanan yang cukup ramai. Sesekali ia bersenandung kecil sambil menendang batu-batu kecil yang ia temui dijalan. Tiba-tiba saja, BRAKKKK. Zee menabrak pria kemudian terjatuh diatas pria itu.

"Ouch," rintihnya.

Zee yang tersadar bahwa ada manusia dibawahnya pun langsung berdiri karena terkejut. Gadis itu kemudian meminta maaf kepada pria itu dan langsung melarikan diri. Tapi sayangnya Zee malah dihadang oleh beberapa pria berjas hitam yang membuatnya tak bisa bergerak kemanapun.

"Kau ini tidak tahu sopan santun ya? Bukannya meminta maaf malah mencoba untuk lari," ujar Pria yang baru saja ia tabrak tadi.

Gadis itu kini mengutuk dirinya sendiri. Ia menunduk dan mulai memaki dirinya sendiri dengan nada yang super pelan.

"Hei, kau tuli ya? Tuan kami sedang berbicara denganmu!" tegur pria berjas hitam yang berdiri dihadapannya.

"M-maaf saya sedang buru-buru ke kampus," ujar Zee tanpa mau melihat pria yang ia tabrak.

Pria itu tiba-tiba menarik lengan Zee dan menarik dagu Zee agar menatap matanya.

Deg~

"Sial! Orang ini kan keturunan keluarga Danendra. Pantas saja aku langsung dihadang oleh bodyguardnya," ucap Zee dalam hati.

Pria itu menatap dalam mata Zee. "Sepertinya aku mengenalmu."

Zee langsung memundurkan langkahnya kemudian memalingkan wajahnya dan berharap agar pria itu tak mengenali dirinya. Pasalnya, mereka pernah bertemu disalah satu acara perusahaan milik orang tua mereka. Jadi wajar saja kalau pria itu tak asing terhadap Zee.

"M-maaf tuan aku harus ke kampus," ucap Zee kemudian pergi berlari meninggalkan pria tadi dan para bodyguardnya.

Pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya karena kebingungan melihat tingkah Zee yang ketakutan. Namun ia memilih untuk membiarkan gadis itu pergi karena merasa kasihan jika gadis itu sampai telat karenanya.

"Josh, apakah kau mengenal gadis itu? sepertinya aku pernah bertemu dengannya," tanya Pria itu kepada asistennya.

"Benar tuan muda. Dia adalah putri keluarga Beatrice. Kalian pernah bertemu di acara perusahaan sebelumnya," jelas Joshua sang asisten.

"Oh, pantas saja aku tak asing dengan gadis itu. Bisa kau cari alamatnya?".

"Tentu saja."

***

"Rania! Apa yang kau lakukan! Seharusnya kau bisa mengambil hati ayahmu agar ia tak jadi menjodohkan Alyssa dengan keluarga Danendra!"

Rania memutar bola matanya malas. "Sudahlah. Biarkan saja. Memangnya aku akan dapat apa jika aku yang dijodohkan dengan keluarga Danendra?"

"Gadis bodoh! Keluarga Danendra adalah keluarga terkaya di negara ini bodoh! Kalau kamu sampai bisa berjodoh dengan putra tunggal mereka maka bisa dipastikan kita akan menjadi sangat kaya raya!"

"Hah? Serius Mah? Kalau begitu ini kesempatan bagus buat aku. Dan jangan sampai Alyssa yang dijodohkan oleh keluarga Danendra!"

"Anak pintar. Kalau begitu cepat turun dan bujuk si tua bangka itu."

"Baik."

***

"Al, Ayah akan menjodohkanmu dengan Putri keluarga Beatrice. Apa kau bersedia?" tanya Tuan Danendra kepada putra nya.

"Tidak," jawab Al cepat.

"Beraninya kau menolak perintahku!" murka Tuan Danendra.

Al hanya tersenyum kecil. "Apa keuntunganku jika aku mau dijodohkan?"

"Semua warisan akan jatuh ketanganmu."

Mata Al membulat. Ia langsung menatap ayahnya dengan tatapan tak percaya. Pasalnya, ia mengira kalau Ayahnya sangat membencinya karena ia selalu memberontak. Tapi ternyata Ayahnya masih menyayanginya walau tak terlihat.

"Baik. Aku setuju!" jawab Al tanpa ragu.

Tuan Danendra yang mendengar jawaban Putra tunggalnya itu kemudian tersenyum lega.

***

"Zee, apa rencanamu setelah pulang nanti?" tanya Mauren.

Zee mengidikkan bahunya. "Yah, seperti yang kau tahu. Aku harus bekerja setelah ini," jawab Zee.

"Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Kalau kau diam terus bisa-bisa seluruh hartamu benar-benar akan dikuasai oleh ibu dan saudara tirimu Zee," ujar Mauren.

"Sudahlah tak perlu dibahas. Aku lebih tenang hidup seperti ini," balas Zee sambil mengulas senyuman manisnya.

Mauren yang melihat raut wajah Zee pun ikut sedih. Ia tahu bahwa Zee hanya tersenyum palsu karena tidak ingin menunjukkan kesedihannya. Mauren sebagai sahabat Zee hanya bisa mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu. Ia tak bisa banyak membantu karena Zee melarangnya.

"Ayo!" ajak Zee.

Mauren pun tersadar dari lamunannya kemudian ikut beranjak dari kursi. Kedua gadis itu kemudian pergi meninggalkan kelas dan mulai berjalan menyusuri koridor kampus.

"Hai zee," Sapa para pria yang sedang berkumpul di koridor.

Zee hanya membalas dengan senyuman kecilnya langsung menarik Mauren agar melangkah lebih cepat karena ia merasa risih jika terus menerus digoda oleh para lelaki itu.

"Emang ya primadona kampus kita ini jutek banget," ejek Mauren.

"Primadona apaan sih biasa aja kali," balas Zee.

"Iya deh bestieeeeee," ucap Mauren kemudian merangkul pundak sahabatnya itu.

Keduanya pun tertawa bersama kemudian kembali berbincang bincang sampai mereka keluar dari kampus. Mauren dan Zee pun berpisah ditengah jalan. Zee harus segera ketempat ia bekerja, sedangkan Mauren ada dijemput oleh supir pribadinya untuk pulang kerumah.

Zee pun melambaikan tangan kepada Mauren yang sudah juga melambaikan tangan kearahnya. Setelah mobil Mauren tak terlihat, Zee mulai melangkahkan kaki nya kearah halte. Kali ini, ia memilih untuk naik bus karena lokasi tempat kerja nya yang cukup jauh. Tetapi bukannya bus, malah sebuah mobil mewah berhenti tepat dihadapan gadis itu.

Deg~

Kaki Zee seketika melemas. Saat ini ia ingin sekali kabur tapi situasi sudah tidak memungkinkan. Pintu mobil terbuka. Seorang pria berbadan kekar turun dari mobil dan menghampiri Zee.

"Nona alyssa silahkan masuk. Tuan ingin berbicara dengan anda,"

Kaca mobil terbuka. Terlihat seorang pria paruh baya sedang menatap Zee dengan dingin. Zee yang tidak ingin mengambil resiko pun masuk kedalam mobil mewah itu dengan wajah datarnya. Ia sama sekali tak menoleh kearah pria yang berada disebelahnya.

"Bagaimana? Apa kamu sudah merasakan bagaimana dunia luar?" tanya pria paruh baya itu.

"Ya. Dan aku lebih nyaman dengan situasiku sekarang Ayah," jawab Zee.

"Ck. Kau masih saja seperti dulu. Tapi, ini sudah saatnya kamu kembali kerumah Alyssa."

"Tidak tertarik. Terimakasih," balas Zee dingin.

"Dengar. Aku tidak ingin ada keributan sekarang. Turuti perintahku dan pulang kerumah. Aku akan menjodohkanmu dengan keluarga Danendra," ucap Tuan Beatrice.

"Maaf Tuan. Aku tidak berminat. Jodohkan saja putri tersayangmu itu. Permisi," ketus Zee kemudian keluar dan meninggalkan mobil mewah itu.

"MAU KEMANA KAU! AKU BELUM SELESAI BICARA! ANAK KURANG AJAR!"