Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 29 - Terjebak Halusinasi

Chapter 29 - Terjebak Halusinasi

Kali ini bukan mimpi ataupun halusianasi.

Elen benar-benar menunjukkan jari telunjuknya kepada Lucky tanpa takut, dengan wajah dan ekspresi ganasnya, Elen terus berjalan mendekat kepada Lucky yang pada saat itu bingung kenapa Elen yang bingung dan gemetaran berubah menjadi seekor singa yang menakutkan, ibaratkan saja seperti itu.

"Hei, saya harap kamu tidak lupa ya, saya masih dosen dalam lingkungan kampus ini," ucap Lucky tiba-tiba.

Elen terhenti dan menunduk.

Tidak lama dari itu, Elenn bergegas pergi dari rungan Lucky, beberapa mahasiswa yang pada saat itu hendak menemui Lucky terbingungkan, kenapa Elen bisa masuk dnegan mudahnya ke dalam ruangan Lucky? Berbeda dengan mahasiswa yang lainnya, yang masih menunggu dan ketika dipersilahkan maka, ia boleh masuk.

Bahkan Elen tidak sengaja mendengar beberapa dari mereka membicarakan Elen dnegan Lucky, bahkan ada yang tidak sengaja bergerutu bahwa antara Elen dan Lucky sedang menjalani hubungan gelap yang tidak diketahui oleh orang lain.

Hal ini mereka karang dengan beberapa fakta yang ada, pertama terkait tersebarnya foto keberasamaan Elenn berasama dengan Lucky di luar kampus, foto itu adalah foto Elen yang tidak sengaja hendak terjatuh namun, Lucky dengan sigap menopang tubuh Elen. Setelah itu, kejadian yang saat ini mereka lihat, dengan bebas mahasiswa seperti Elen masuk dan keluar dari ruangann Lucky.

Elen tidak terima dengan tuduhan yang mereka berikan.

"Eh jaga mulut lo!" ucap Elen.

Suara Elen terdengar ke satu sisi koridor kantor dosen, semua mahasiswa yang duduk tenangpun menoleh kepada Elen. Mereka bingung dengan apa yang terjadi, sebab Elen dnegan emosinya memarahi seorang mahasiswa, sedangkan mahasiswa yang Elen marahi mengelak bahwa ia baru saja menuduh Elen yang tidak-tidak.

"Munafik lo!" teriak Elen.

Hampir saja akan terjadi pertikaian anatara Elen dnegan mahasiswi itu, akan tetapi hal ini berhasil dibubarkan oleh seorang satpam yang kebetulan tengah lewat di koridor kantor dosen tersebut.

Terlepas dari Elen dan emosinya yang saat ini belum stabil, Fany kembali menjalani hidupnya seperti biasa. Ia sedang berusaha untuk terbiasa saja ketika suatu waktu tidak sengaja bertemu dengan Aldo di jalan, baik Aldo sendiri atau dengan perempuan yang lain.

"Ayok Fany, semangat!" ucap Fany.

Fany terus menyemangati dirinya sendiri.

Tatapannya yang sayu mulai ia perbaiki, ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan dunia. Cukup beberapa orang saja yang mengetahui bahwa ia sempat dengan bodohnya hendak mengakhiri hidupnya hanya karena masalah sepele. Langkah kaki Fany yang melemah kini ia kuatkan, beberapa langkah lagi menuju kelasnya, ia melihat Aldo dari kejauhan.

Terlihat kembali, jok sepeda motor Aldo dibelakang diisi oleh perempuan yang berbeda. Dari mana Fany tahu bahwa itu bukanlah perempuan yang sama? Sebab dari postur tubuh si perempuan yang kali ini terlihat lebih tinggi dari pada perempuan sebelumnya. Dari situ, Fany mencoba untuk menerka, apakah Aldo memiliki lebih dari satu perenpuan pada saat ini?

Tetapi, pikiran Fany kembali berputar, ia tidak membenarakan dugaannya. Sebab, tidak mungkin rasanya ketika seseorang ingin memliki lebih dari satu perempuan di dalam lingkungan yang dekat. Apa lagi Aldo adalah salah satu mahasiswa famous di kampus tersebut. Ketenaran serta nama yang dimilikinya pasti akan membuatnya dikenal oleh banyak orang. Jadi, tidak mungkin ketika Aldo melakukann hal itu.

"Sebentar," pikir Fany tiba-tiba.

Ia kembali berpikir apa saja bisa dilakukan oleh laki-laki yang tidak punya perasaan dan pandai memanipulasi keadaan seperti Aldo. Mengingat apa yang sudah Aldo lakukan kepadanya, Fany kembali menyimpulkan bahwa urusannya dengan Aldo saat ini sudah usai. Jadi, apapun yang berkaitan dengan Aldo tidak seharusnya ia ketahui dan cari tahu. Fany sadar, perasaannya tidak bisa dibohongi, bahwa ia masih dengan sangat memiliki perasaan itu kepada Aldo. Jauh dalam hatinya tetap nama Aldo yang ada, tetapi pada kenyataannya, ia sudah tidak ada hak untuk melakukan hal itu.

Fany membuang jauh-jauh rasa ingin tahunya terhadap hidup Aldo. Ia tidak ingin apapun yang berakaitan dengan Aldo mengganggu hidupnya untuk kesekian kalinya. Fany menghadapkan wajahnya ke depan, dan melihat jauh bahwa lorong itu menghantarkannya ke kelas. Dengan langkah kaki yang kembali Fany kuatkan, ia berjalan menuju kelasnya dan meninggalkan rasa penasaran yang terpaksa dan harus ia akhiri.

"Hai Fan? Are you okay?" tanya temannya.

Pertama kalinya Fany kembali ke kelasnya dan dapat bergabung bersama dengan teman-temannya setelah beberapa hari terkurung di dalam kamar kos akibat rasa sakit yang masih ia rasakan pasca tindakan ceroboh yang sudah ia lakukan di beberapa hari yang lalu. Ia sudah disambut baik oleh salah satu temannya, mereka memang terbilang akrab jika di dalam kampus.

Fany menyunggingkan senyum merekah di wajahnya.

Dosen mata kuliah kelas Fany masuk dan akhirnya semuanya berjalan seperti biasanya. Bahkan ketika jam mata kuliah sudah usai saja, Fany masih sempatnya datang ke perpustakaan kampus untuk meminjam sebuah buku yang ia jadikan sebagai refernsi dasar salah satu lomba terkait jurnal penelitian yang akan ia ikuti di beberapa minggu ke depan.

Awalnya hanya sebuah keisengan saja untuk mengisi waktu luang yang ada, Fany mendaftarkan dirinya ke salah satu situs online untuk lomba tersebut. Sampai akhirnya Fany memutuskan untuk benar-benar menggeluti di lomba kali ini. Hal ini sebenarnya hanya ia jadikan sebagai bahan pelampiasannya saja.

Fany tidak ingin energinya terbuang sia-sia hanya untuk menangisi laki-laki yang saat ini sudah tidak menjadi miliknya lagi. Fany juga tidak ingin jika hal ini akan menghambat tumbuh kembangnya di kampus. Seperti yang teman-temannya ketahui sebelumnya, Fany sangat gemar menulis dan mengarang beberapa cerita. Itu sebabnya, Fany ingin menyibukkan dirinya di salah satu bidang yang ia sukai.

Saat Fany hendak melakukan penandatanganan peminjaman buku, ia tidak sengaja melihat perempuan yang diboncengi oleh Aldo beberapa hari lalu, tepat sebelum kejadian bodoh itu. Perempuan yang Fany yakini bahwa ia adalah perempuan yang sama, membuat Fany sedikit bingung. Sebab, beberapa hari lalu Fany melihat perempuan itu diboncengi oleh Aldo dengan sangat mesranya. Dan pada hari ini, Fany melihat perempuan itu diboncengi oleh laki-laki yang lain.

"Mungkin saja temannya, nebeng mungkin, gak bawa sepeda motor," gerutu Fany.

Tiba-tiba saja Fany melihat dengan spontannya perempuab itu mencium pipi kanan si laki-laki yang memboncenginya dengan senyuman yang terpancar bahkan tidak ada rasa was-was. Hal ini semakin mmebuat Fany bingung. Siang ini ia melihat perempuan yang sempat bersama dengan Aldo diboncengi dan mencium laki-laki lain. Sedangkan Aldo sendiri juga demikian.

Drama percintaan seperti apa yang sedang Tuhan perlihatkan?