Sontak saja Elen terdiam.
Terlihat tatapan mata Lucky yang sedikit dipenuhi dengan rasa marahnya, sepertinya Lucky mendengar apa yang baru saja digerutukan oleh Elen. Elen bingung apakah ia harus mengulangi ucapannya ketika Lucky bertanya apa yang baru saja Elen katakan atau tidak. Tetapi, tidak lama dari itu, Lucky menerima panggilan dari Neneknya yang pada saat itu sudah turun dari pesawat.
"Siap Nek, Lucky langsung kesana," ucap Lucky.
Lucky berlari sementara Elen menyusul dari belakang.
Setelah lama mencari keberadaan Nenek dan Kakeknya, Lucky menemukan mereka. Dengan segera Lucky menciumi tangan keduanya dan emmeluk satu sama lain. Ini adalah hal langka yang ditemukan oleh Elen dari sisi Lucky. Ternyata Licky adalah anak yang patuh.
Nenek Lucky melirik kepada Elen.
"Aduh, ini calonmu tha le?" tanya Nenek Lucky.
Elen hanya tersenyum sementara Lucky menjawab dengan tegas, dan embenarkan ucapan Neneknya bahwa Elen adalah calon Lucky. Dalam pikiran Elen ini adalah sebuah hal yang ternilai munafik dan ditujukan untuk membohongi Kakek dan Neneknya.
"Cantik sekali cahayu," ujar Nenek Lucky.
Terlihat sekali bahwa Nenek Lucky sangat menyukai Elen, mungkin karena pada saat itu Elen mengenakan pakaian feminism. Begitu juga dengan Kakek Lucky, beberapa kali Kakek Lucky mempertanyakan kebenaran bahwa Elen adalah pasangan Lucky. Bahkan ada beberapa guyonan yang terjadi saat perjalanan pulang. Kakek Lucky masih meragukan bahwa Elen adalah pasangan Lucky.
"Ya bener to Kek, dia calonnya, Kakek sepertinya snagat meragukan," ucap Lucky.
"Ya giman agak ragu, masa cewek secantik dia mau sama kamu, hahaha," ucap Kakek Lucky.
Semuanya tertawa.
Dalam pikiran Elen, keluarga Lucky snagat menerima kehadirannya, entah ini adalah hubungan yang terjadi karena adanya kontrak yang sudah bertanda tangan persetujuan dari keduanya atau tidak, tetapi Elen mereasa bahwa keluarga Lucky sangat ramah dan baik. Bercanda bersama dnegan keluarga dalah hal yang snagat jarang Elen rasakan, sebab Elen adalah anak perempuan pertama yang tinggal jauh dari keluarganya. Ayah dan Ibu Elen tinggal di luar kota untuk mengurus beberapa urusan bisnis. Di kota ini Elen tinggal bersama dnegan Nenek dan Kakeknya juga serta bersama dengan beberapa sanak keluarga yang tidak begitu menyukai dirinya.
Masalah dalam keluarga adalah hal yang baisa terjadi, entah karena salah paham atau memang tidak suka terhdap kehadiran dari salah satu. Sesak adalah hal biasa yang Elen rasakan saat berada di dalam keluarganya. Sebab, semua beban ia yang menanggungnya, itulah alasan kenapa Elen tumbuh menjadi anak peremluan yang keras kepala dan sedikit arogan. Semuanya terjadi karena tuntutan hidupnya dan kebiasaan yang telah ia lalui.
Dalam hal ini perlu disadari secar agamblang bahwa orang tuan serta keluarga dan lingkungan di sekitar sangat berpengaruh terhadap tumbuh dan kembamg seorang anak, apa lagi jika anka tersebut adalah anak perempuan. Mungkin semuanya bisa menilai nyamannya hidup menjadi orang lain. Karena tidak ada satu orangpun yang tahu seperti apa masalah dalam keluarga. Sekalipun mereka tahu, mereka hanya sebatas tahu tanpa memahaminya, karena mereka tidak mengelami hal tersebut.
Ini adalah realita yang ada.
Manusia pandai menilai kehidupan orang lain, tetapi jarang ada manusia yang pandai untuk menilai kehidupannya sendiri. Hal ini akan sangat banyak dijumpai oleh semua orang. Itu sebabnya, berada di antara keluarga Lucky yang baik dan humoris memebuat Elen merasakan sesuatu yang hilang setidaknya bisa ia rasakan meskipun sebentar dan dipenuhi dnegan kepura-puraan.
"Silahkan masuk," ucap seorang pembantu di rumah Lucky.
Mereka sudah sampai dikediaman keluarga Lucky. Ayah Lucky tidak bisa menmeui orang tuanya secara langsung karena da abeberapa pertemuan antar rektor dari seluruh kampus di kota. Jadi, hanya Elen dan Lucky yang mendampingi mereka. Hal ini adalah hal yang biasa dan lumrah untuk terjadi. Sebab tuntutana Ayah Luacky sebagai seorang rektor harus bisa membagi waktunya demi kepentingan dan profesuonal kerjanya tanpa mementingkan kepentingan pribadinya.
"Jadi kapan kalian akan bertunangan?" tanya Kakek Lucky.
"Uhhhuk," Elen batuk.
Bahkan, Elen yang pada saat itu meneguk beberapa tegukan minuman tersendak.
Menurut Elen ini adalah pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan kepada mereka yang hanya sedang berpura-pura meanjalin hubungan. Sementara Licky juga ikut terkejut dengan pertenayaan yang diberikan. Lucky bingung harus menajwab apa. Karena, sebelum memutuskan untik menjadikan Elen sebagai pac sewaanya, Lucky tidak pernah berpikir bahwa Kakeknya akan mempertanyakan hal ini.
"Lah piye to le?" tanya Kakek Lucky karena melihat semuanya terdiam.
"Heemmm gini Kakek, Elen saat ini masih kuliah dan butuh waktu beberapa bulan lagi untuk menyelesaikan skripsinya, Lucky tidak mau menganggu kegiatan Elen di kuliah hanya untuk pertunangan ini. Jadi, lebih baik Lucky menunggu Elen selesai kuliahnya," jawab Lucky.
Elen menghela nafasnya, Elen merasa bahwa ini adalah jawaban paling aman yang diberikan oleh Lucky. Ternyata tidak, Kakek dan Nenek Lucky masih berusaha membujuk agar mereka mau melakukan pertunangan dalam waktu dekat ini. Saat itu semua alasan mereka berikan.
"Begini le, menurut Nenek, cukup kedua keluarga saja yang datang tidak perlu besar-besar. Lagi pula ini hanyalah pertunangan, lain halnya dengan pernikahan. Nenek rasa, hubungan kalian juga akan tetap seperti ini hanya statusnya yang berbeda. Lagi pula to le, kamu cucu laki-laki Kakek dan Nenek satu-satunya, kalau bukan pertunangan dan pernikahanmu yang kami tunggu, siapa lagi? Usia kami juga sudah sangat tua. Kami bahkan bercita-cita ingin melihat anakmu," ucap Nenek Lucky.
Apa yang Nenek Lucky ucapkan sangat membuat Elen kepikiran bahwa apa yang baru saja mereka mulai akan ketahuan dengan segera. Kareena tidak mungkin jika hubungan pura-pura antara dirinya dengan Lucky akan sampai ke jenjang pertunangan apa lagi pernikahan dan harus memberikan cucu untuk keluarga mereka. Hal ini adalah hal random yang sangat Elen benci. Sebab, Elen melakukan hubungan pacar sewaan saja sudah dipenuhi dnegan keterpaksaan apa lagi harus menjalin hubungan pertunangan dan pernikahan pura-pura?
"Maaf Tuan, makanannya sudah siap." Ucap seorang pembantu.
Akhirnya lucky mengalihkan pertanyaan Kakek dan Neneknya dengan makan siang. Semuanya ikut makan, tetapi di tengah kehangatan di meja makan, Lucky mengajak Elen untuk kebelakang karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Elen menurutinya.
"Gimana? Kenapa semuanya jadi seperti ini Pak?" tanya Elen.
Lucky dengan wajah bingung juga ikut gelisah.
"Bagaimana kalau kita ikuti saja permintaan dari Kakek dan Nenek saya?" ucap Lucky.
"Menikah dengan Bapak?" tanya Elen terkejut.
"Tunangan saja dulu," jawab Lucky.
"Nggak, lagi pula kita hanya pura-pura. Saya gak mau!" ucap Elen.
"Pura-pura apanya?" tanya Nenek Lucky tiba-tiba.