Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 35 - Paparazi

Chapter 35 - Paparazi

Eln dan Lucky saling mentap mereka bingung harus menjawab apa atas pertanyaan yang Nenek berikan, Nenek mendengar pembicaraan mereka. Alhasil, terdapat rasa curiga dalam pikiran Nenek kepada hubungan pura-pura yang dijalani oleh Elen dan Lucky. Setelah melihat raut wajah Nenek yang kebingungan, Lycky dengan segera menghampiri Nenekanya dan merangkul Neneknya dengan senyuman kepalsuan.

"Tidak Nek, maksudnya ada teman kami yang sedang berpura-pura baik di depan kami, padahal mereka tidak menyukai kami, biasalah Nek, namanya juga manusia pasti ada saja manusia yang tidak menyukai kami," jawab Lucky.

Dari belakang Elen hanya tersenyum.

Dalam pikirannya Elen berkata, "Dasar laki-laki munafik, mudah sekali ia mencari alasannya untuk membohongi Neneknya sedniri."

"Elen," panggil Nenek Lucky.

"Iya Nek?" sahut Elen.

Setelah mengednegar namanya dipanggil oleh Nenek, Elen berjalan mengahmpiri Nenek yang pada saat itu sedang berdiri di dekap Lucky. Setelah Nenek melihat Lucky dan Elen berada di sampingnya, Nenek tersenyum.

Nenek menyatukan tangan Lucky dan Elen seraya berkata, "Kalian jangan pernah mendengarkan perkataan orang yang sengaaj ingin merusak hubungan kalian. Ingat, hubungan ini yang menjalaninya kalian. Jadi, kalian tidak perlu memperdulikan orang-orang yang tidak menyukai hubungan ini, selama kalian saling mencintai dan menyayangi."

Elen dan Lucky hanya tersenyum, padahal dalam hati mereka terdapat sumpah serapah yang dengan sengaja dipendam.

"Seandainya Nenek ini tahu, melihat wajahnyapun aku tidak sudi, apa lagi menikah dengan cucunya. Ini lagi mencintai dan menyayangi. Duh, kebohongan apa lagi yang harus aku perbuat, Tuhan?" gerutu hati Elen.

"Ayo Nek, kita lanjutin makan siangnya, kasihan Kakek sudah menunggu," ucap Lucky.

Mereka melanjutkan makan siang itu.

Sampai di penghujung siang, Elen pamit untuk pulang. Tetapi, Kakek dan Nenek Lucky menolak permintaan Elen. Elen berusaha untuk segera keluar dari rumah yang menyiksa dirinya itu. Elen sangat tidak suka kemunafikan yang terjadi di dalam rumah itu.

"Besok saya ada kuliah pagi juga Nek, kebetulan tugasny belum selesai. Jadi, saya mau menyelesaikannya sekarang," ucap Elen.

"Kamu boleh pulang, tetapi biarkan Lucky yang mengantarkan kamu ke tempatmu, Lucky," panggil Kakek.

"Iya Kek?" tanya Lucky menghampiri Kakeknya.

"Anatarkan Elen pulang," jawab Kakeknya.

Terlihat ada raut wajah penuh penolakan dari Lucky. Sebab pada kenyataannya Lucky juga sangat tidak menyukai kondisi dimana mereka harus berada di dalam satu tempat. Jadi, ketika permintaan yang mengharuskan mereka bersama, Lucky pasti merasa keberatan.

"Tidak perlu, Elen bisa pulang sendiri. Lagi pula kalau Lucky mengantarkan Elen pulang, siapa yang akan menemani Kakek dan Nenek, tidak perlu," ucap Elen menolak.

"Lucky, antarkan dia! Kamu dengar?" ucap Kakek Lucky mulai bersuara tinggi.

Karena takut Kakeknya akan marah, Lucky mengikuti perintah yang Kakeknya berikan.

"Baik Kek," ucap Lucky.

Dengan segera Lucky dan Elen keluar dari rumah itu, Lucky terpaksa mengantarkan Elen pulang ke kostnya. Di perjalan pulang, terjadi perdebatan diantara Elen dan Lucky tentang apa yang telah terjadi di hari ini. Keduanya saling menceritakan keluhan mereka selama berpura-pura menjadi pasangan kekasih di hadapan Kakek dan Nenek.

"Gila, ini kebohongan terbesar yang saya lakukan, saya ngerasa sangat berdosa," ucap Elen.

"Tidak hanya kamu saja yang merasa seperti itu, saya juga," ujar Lucky.

Siapa sangka jiak diperjalan pulang ternyata mobil Lucky mogok. Hal ini cukup mengherankan Lucky dan Elen. Padahal, setiap pagi Lucky selalu memeriksa keamanan mobilnya, mulai dari mesin dan perangkat tambahan yang ada. Keduanya turun di pinggir jalan.

"Gimana Pak?" tanya Elen.

"Mogok, tumben banget nih mobil mogok," jawab Lucky.

Akhirnya, Lucky memanggil bengkel untuk mengirimkan salah satu karywannya dan mengambil mobil Lucky di tempat itu. Sementara Elen berniat untuk pulang menggunakan seorang ojek, tetapi Lucky tidak menerima permintaan Elen itu. Alhasil, Lucky mencari angkutan seperti taksi. Tetapi, ia tidak menemukannya.

"Sekarang lagi pada demo," celetuk seorang ojek.

Pada akhirnya, Lucky meminta agar tukan ojek itu berkenan meminjamkan sepeda motornya kepada Lucky. Agar Lucky bisa mengantarkan Elen pulang. Sempat ada keraguan dari tukan ojek itu, atkutnya motor miliknya dibawa kabur oleh Lucky.

Tetapi, semua rasa takut itu hilang setelah Lucky memberikan bayaran di muka dengan nominal yang lumayan besar, dan tidak wajar saja jika untuk hitungan kendaraan seperti sepeda motor dihargai dengan bayaran seperti itu. Akhirnya, tukang ojek itu menyetujui permintaan Lucky.

Lucky kembali ke Elen dan Elen terkejut melihat Lucky yang sudah mengendarai sebuah sepeda motor. Ada banyak pertanyana timbul, entah dari mana Lucky menemukan sepeda motor itu? Hingga kenapa tidak menyuruh tukang ojeknya saja yang mengantarkan Elen? Kenapa harus Lucky langsung yang mengantarkannya?

Karena penasaran Elen mempertanyakan langsung hal itu kepada Lucky.

"Kenapa tidak menyuruh tukang ojeknya saja untuk mengantarkan saya, Pak?" tanya Elen.

"Ingat amanah yang Kakek sampaikan," jawab Lucky.

Pada intinya, Lucky bisa saja membiarkan tukang ojek yang mengantarkan Elen, tetapi Lucky memilih agar ia bisa mengantarkan Elen pulang, sebab ia ingat dengan pesan yang diberikan oleh Kakeknya. Dalam hati ingin sekali Elen menentang jawaban yang Lucky berikan. Karena, Elen merasa ini adalah bentuk kepedulian yang Lucky berikan bukan hanya sebatas pesan atau amanah yang Kakeknya berikan.

Sesampainya di kost, Elen turun dan dengan segera turun dari motor tersebut. Tetapi Elen lupa bahwa tanah yang ia injak licin, alhasil hampir saja Elen terjatuh tetapi untuk kesekian kalinya, Lucky berhasil untuk menolong Elen. Kedua bola mata Elen terkejut dengan apa yang terjadi, sementara kedua bola mata Lucky memandangi wajah Elen yang masih terkejut dan tidak mengatakan apa-apa.

Ada jantung yang berdebar semakin kencang saat menatap bola mata Lucky yang menatap Elen dengan penuh perhatian.