Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 31 - Kehilangan

Chapter 31 - Kehilangan

"Gue harus gimana ini?" tanya Cika.

Elen saat itu melihat rasa khawatir dari mata Cika sebagai bukti rasa bersalah yang dipenuhi dengan kecemasan yang mendalam kepada Irgi. Hal ini adalah hal langka yang bisa dilihat dari seorang Cika. Sebab, terakhir kalinya Elen melihat raut wajah Cika pucat pasi seperti saat ini adalah ketika mantan pacar Cika ketahuan selingkuh dan menghilangkan kabar dari dirinya.

Cika hanya takut hal yang sama terulang kembali kepada orang yang berbeda walaupun dengan status yang berbeda juga. Khalayaknya, Cika tidak punya keberhakan untuk melakukan hal ini. Sebab, Cika sangat paham dan sadar betul bahwa dirinya dan Irgi tidak memiliki hubungan layaknya seorang kekasih.

"Apa mau kita ke kontrakannya langsung?" tanya Elen.

Cika menggelengkan kepalanya.

Sekali lagi, hal ini Cika tolak dikarenakan Cika tidak mau jika ada orang yang tahu bahwa rasa khawatirnya membuat dirinya melampaui batasannya. Dan Cika juga tidak mau terlihat rasa cemasnya di hadapan Irgi. Penolakan yang Cika berikan membuat Elen bingung harus memberikan saran seperti apa lagi.

Pada akhirnya, Elen langsung mengajak Cika untuk ikut dengannya ke sebuah tempat. Cika masih dipenuhi dengan pertanyaan kemana Elen akan membawa Cika pergi. Tetapi, Elen tahu semakin menjawab pertanyaan yang Cika berikan maka, akan semakin banyak yang akan ia tanyakan. Jauh lebih baik diam saja, itu menurut Elen.

"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Elen disepanjang jalan.

Elen tidak peduli.

Tidak lama kemudian, Elen menghentikan laju sepeda motornya tepat di depan sebuah bangunan yang terlihat sedikit kumuh. Ini adalah tempat yang sering ditempati oleh Irgi dan teman-temannya untuk mengerjakan skripsi. Selain itu, tempat ini adalaah sebuah basecamp yang digunakan untuk saling berdiskusi antar anggota organisasinya.

Elen menyuruh Cika untuk turun dan masuk ke dalam tempat itu, tetapi Cika bingung dan menolak ucapan yang diperintahkan oleh Elen. Sebab, Cika takut jika terjadi sesuatu tidak diinginkan saat ia masuk ke dalam bangunan tersebut. Setelah itu, Cika menarik tangan Elen untuk ikut masuk bersama dengannya.

"Tok tok tok," Cika mengetuk pintu.

Tidak ada yang membuka pintu tersebut, setelah itu Elen dengan spontan membuka pintu tersebut dan memberitahu Cika bahwa Irgi ada di dalam. Jika Cika ingin menemui Irgi dan mengetahui seperti apa kondisi Irgi saat ini, Elen mempersilahkan Cika untuk masuk ke dalam dan berbicara dengan baik kepada Irgi. Terlihat Cika yang masih bingung, Elen akhirnya beranjak pergi dan meninggalkan Cika dengan kebingungannya.

Elen memang tidak suka orang yang terlalu lama dalam mengambil keputusan, mengeluh lelah dan ingin keluar dari masalahnya tetapi tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut padahal sudah diberi jalan. Mengetahui Elen yang sudah tidak lagi mendampingi dirinya, tiba-tiba saja Irgi keluar dan melihat Cika yang berdiri di depan pintu dengan tangan yang bergemetar. Di sisi lain, Cika takut aka nada orang yang berpikir tidak-tidak tentang apa yang dilakukan olehnya bersama dengan Irgi di dalam bangunan itu.

Kondisi bangunan yang sepi dan tidak ada orang kecuali Irgi dan Cika, membuat ketegangan diantara keduanya. Saat mata Irgi melihat Cika, ia langsung mempersilahkan Cika untuk duduk. Basa basi terjadi diantara keduanya. Tetapi, Cika tidak tahu harus berkata apa selain hanya menjawab pertanyaan yang Irgi berikan.

"Kemana saja?" tanya Cika.

Satu kalimat yang sangat berarti menurut Irgi, terlepas pertanyaan ini hanya sebatas atau memang muncul dari hati dan pikiran Cika. Irgi senang mendengar pertanyaan itu, setidaknya pertanyaan singkat yang Cika ajukan adalah salah satu bukti bahwa Cika masih merasa membutuhkan Irgi untuk mengisi hari-harinya.

"Tidak ada, hanya sedang melanjutkan beberapa bab dan bimbingan saja," jawab Irgi.

Suasana kembali hening.

"Tahi dari mana alamat base camp ini?" tanya Irgi.

"Elen yang bawa gue kesini," jawab Cika singkat.

Cika adalah orang yang tidak akan memulai topic pembicaraan terlebih dudlu. Jadi, Irgi berinisiatif untuk memulai pembicaraan tersebut. Irgi meminta maaf jika mungkin saja tingkah laku dan sikap Irgi selama ini sudah mengusik hari-hari Cika. Mendengar permintaan maaf yang terlontar dari mulut Irgi, seakan-akan memberitahu bahwa setelah ini Irgi tidak akan mengganggu hidup Cika lagi.

Tetapi dugaan Cika salah, bukan itu yang Irgi maksud. Setelah menjelaskan semua yang saat ini Irgi rasakan, Cika akhirnya juga menceritakan bahwa ia merasa terganggu dan tidak enak hati kepada semua hal yang terjadi selama satu pekan ini. Cika memberitahu kepada Irgi, bahwa sikapnya yang acuh kepada Irgi pasti akan membuat Irgi rish.

"Itu adalah hal yang biasa, abaikan saja. Lagi pula saat ini, gue lagi sibuk sama skripsi,' jawab Irgi.

Kalimat terakhir yang Irgi ucapkan membuat Cika merasa lebih tidak nyaman lagi karena sudah menganggu waktunya saat mengerjakan skripsi. Akhirnya, Cika pamit untuk pergi, sebelum meninggalkan Irgi, Cika juga sempat memberikan semangat. Irgi membalas dengan ucapan terima kasih. Setelah itu, Cika benar-benar pergi dengan rasa kecewa yang semakin bertambah.

"Kita pulang aja yok," ajak Cika kepada Elen.

"Lah sudah selesai?" tanya Elen.

Cika hanya mengangguk. Elen paham, bahwa Cika tidak sedang baik-baik saja. Pasti ada sesuatu yang terjadi dan menganggu pikirannya saat bersama dengan Irgi. Elen berusaha untuk bertanya dan mencaritahu apa yang terjadi, tetapi Cika hanya tersenyum. Baiklah, di saat seperti ini Cika hanya ingin berdamai dengan keadaan tanpa memberitahu orang lain apa yang sedang ia rasakan.

Sementara Cika merasa bahwa ini adalah hal yang memang pantas untuk ia dapatkan. Sebab, ia juga sempat memperlakukan Irgi seperti itu, Cika merasa ini adalah sebuah balasaan, jadi mau tidak mau Cika juga harus menerimanya. Sesampainya Cika di kospun, ia tetap diam. Elen pada saat itu melihat Cika dengan bantal gulingnya sedang tiduran di sofa, sementara Fany dengan hpnya sedang scroll aplikasi yang berisi banyak video anak remaja.

Elen merasa sahabatnya sedang tidak baik-baik saja, jujur saja Elen benci pemandangan seperti ini.

"Hai grill?" sapa Elen.

Fany dan Cika menoleh dan menatap Elen yang pada saat itu menunjukkan sesuatu di tangannya. Ia memegang sebuah kartu ATM anti limited. Kartu ini adalah kartu keberuntungan mereka, sebab isinya adalah saldo pundi-pundi uang yang dengan sengaja Elen, Fany dan Cika jadikan satu. Dan untuk waktu-waktu tertentu bisa mereka gunakan untuk membeli sesuatu. Ini adalah agenda rutin yang dilakukan oleh ketiga sahabat ini.

"Shopping?" tanya Fany kegirangan.

Elen tersenyum dan mengangguk.

Elen menunjukkan tanggal di hpnya yang sudah menunjukkan tepat 19 April, setiap tanggal 19 maka mereka diperbolehkan untuk menggunakan kartu anti limited itu, dengan nominal yang sudah ditentukan agar semuanya rata dan tidak ada yang lebih besar ataupunlebih kecil.

Tiba-tiba di jalab terjadi sebuah kejadian yang mengejutkan.