Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 33 - Misi Pacar Sewaan

Chapter 33 - Misi Pacar Sewaan

"Hari ini aku ada agenda cuci darah, yah biasa aja sih rasanya," ucap Aldo.

Tidak lama dari Aldo mengatakan hal itu ada dua orang perawat yang datang untuk membantu Aldo dalam proses cuci darahnya. Setelah itu, terlihat Aldo yang masih berusaha tegar dan pura-pura kuat di hadapan kamera. Fany belum mengerti apa yang dimaksud oleh Aldo. Apakah Aldo dengaja membuat video ini hanya untuk membuat Fany suliet melupakannya?

Tidak lama dari itu, Aldo menatap layar kamera dan menjelaskan bahwa dirinya selama ini sedang emngidap kanker getah bening. Kanker itu awalnya jinak, tetapi sudah beberapa bulan ini kanker itu berubah menjadi ganas. Itu sebabnya, Aldo sempar jarang tidak mengabari Fany, ia sedang melakukan proses rawat inap dan cuci darah. Cuci darah ini dialakukan selama 3 kali sebulan.

Mendengar Aldo yang mengucapkan permintaan maaf kepada Fany, jika beberapa hari belakang itu Aldo sering menghilang, saat ini Fany sudah tahu penyebabanya. Karena Aldo menyembunyikan penyakitnya dari Fany. Setelah itu, terlihat Aldo yang maish berusaha tersenyum walaupun matanya sudah mulai berkaca-kaca karena tidak sanggup menahan semua kebenaran yang ada.

Tetapi apapun yang berkaitan dengan kebenaran harus Aldo jelaskan lewat video itu. Aldo bukanlah orang yang tega melihat orang yang dikasihinya menderita, itu sebabnya Aldo lebih baik mengungkapkan semua tentang penyakitnya lewat video dari pada harus mengungkapkan langsung di hadapan Fany.

Lantas siapa perempuan yang selama ini bersama dengan Aldo?

Setelah itu, Aldo mengucapkan banyak terima kasih karena Fany sudah bersedia menemani orang yang memiliki penyakit ganas seperti Aldo dalam beberapa waktu terakhir. Mendengar ucapan terima kasih yang Aldo tuturkan, air mata Fany secara spontan membasahi pipinya. Tidak pernah terbesit dalam pikirannya, bahwa Aldo sudah rela memberikan harga dirinya dan rela dituduh bahkan di cap sebagai seorang pecundang oleh Fany dan yang lainnya.

Video itu diakhiri dengan ucapan Aldo yang menginginkan Fany untuk tetap bahagia, entah bersama dengan Aldo ataupun orang lain. Kali ini abhkan suara isak tangis Fany sudah tidak bisa ia bending, Elen dan Ciak yang pada saat itu berada di kamar masing-masing mendengar isak tangis Fany. Dengan sgeera mereka menghampiri Fany, terlihat wajah Fany yang sudah tersendu-sendu.

"Kenapa Fan?" tanya Cika.

Elen dan Cika melihat apa yang saat itu tengah Fany putar di laptopnya. Mereka mendnegarkan kembali penjelasan yang Aldo berikan di CD itu. Setelah mereka mendengar langsung dari rekaman video itu, mereka juga ikut menyesali apa yang selama ini mereka lakukan. Hidup Aldo yang tidak ada orang lain tahu, kecuali dirinya, keluarganya dan Tuhan, saat ini sudah diketahui oleh beberapa orang asing.

"Lo pasti kuat!" ucap Elen.

Cika dan Elen merangkul dan memeluk Fany dengan erat, terlihat rasa simpati yang mereka berikan bukan main-main. Jika dipikir-pikir lagi, beberapa belakangan ini sudah banyak hal-hal menyakitkan yang sudah Aldo lalui. Mulai dari harus menutupi rasa sakitnya karena tidak ingin melihat Fany terluka, berpura-pura selingkuh bahkan kematian yang terjadi kepada Aldo ternyata bukan diakhiri oleh penyakit yang ia idap, melainkan kecelakaan yang tidak terencanakan.

Keesokan harinya.

Mau tidak mau, Fany harus tetap melanjutkan hidupnya. Dengan mata yang sembab, Fany berjalan menuju gedung tempat perempuan yang memberikan CD itu kepadanya. Terlihat perempuan itu juga melihat kepada Fany, mereka berjalan melangkah dari saling menghampiri. Fany mengajak perempuan itu ke taman kampus.

Pembicaraan terjadi.

"Sudah berapa lama Aldo menyembunyikan semua itu?" tanya Fany.

Perempuan itu menjawab dengan ucapan yang gugup, "1 Tahun terakhir."

Pembicaraan antara mereka terjadi begitu lama, bahkan dibarengi dengan isak tangis dan pelukan yang beberapa kali diberikan oleh si perempuan kepada Fany. Terlihat seperti bukan seorang musuh, ataupun orang yang sedang bersaing. Ini memang hal yang aneh, tetapi nyata.

Dari cerita yang Fany dengar, tertanya yang ia lihat tidak seperti yang terjadi. Perempuan itu hanya sepupu Aldo. Mereka masih memiliki ikatan keluarga, walaupun jauh. Perempuan itu adalah pendatang di kota ini. Itu sebabnya, orang tuanya menitipkan dirinya kepada keluarga Aldo. Saat masih menjadi seorang mahasiswa baru, Aldolah yang mengantar dan menjemputnya, tepat pada saat itulah Fany mencurigai sifat dan sikap Aldo yang belakangan berubah.

Padahal itu adalah sebuah permintaan tolong dari orang tua si perempuan untuk menemnainya, karena belum tahu pasti daerah dan lingkungan kampus. Tetapi setelah beberapa bulan ini, Aldo sudah tidak lagi mengantar dan menjemputnya karena ia sudah memiliki kekasih. Mungkin hanya beberapa kali saja, itupun ketika orang tua Aldo menyuruh Aldo untuk membawanya bermain ke rumahnya.

Jadi apa yang Fany lihat selama ini hanyalah sebuah salah paham.

Itu sebabnya, beberapa waktu lalu, Fany melihat si perempuan ini sedang diantar oleh seorang laki-laki asing. Laki-laki itu adalah real pasangan darinya. Tetapi Fany baru mengetahui semuanya setelah Aldo tiada. Bodohnya Fany tidak pernah mempertanyakan terlebih dahulu kepada Aldo.

Dan salahnya Aldo, tidak pernah ingin berkata jujur dan menceritakan semua kepadhitan dalam hidupnya kepad Fany. Andaikan saja Aldo menceritakan hal itu, mungkin saja sampai nafas terakhir Aldo, Fany tetaplah kekasihnya. Bahkan, Fany sempat berpikir akan hal itu setelah kejadian kematian Aldo dan mengetahui kebenarannya.

Di tengah malam ditemani kegelapan dan bintang-bintang, Fany berkata, "Lebih baik ditinggal dengan status masih kekasihnya, dari pada ditinggal dnegan diselimuti rasa bersalah."

"Fan? Tidur yok?" ajak Cika.

Cika merangkul pundak Fany dan menawarkan agar Fany dengan segera beristirahat, tetapi Fany malah memeluk Cika dan menangis di dalam pelukannya. Beberapa kali dalam tidurnya, Fany bermimpi Aldo sedang tersenyum menatapnya dari kejauhan. Bahkan, dalam mimpi itu, Fany dapat mendengar keinginan Aldo agar Fany terus melanjutkan kehidupannya dan jangan terus terpuruk.

"Aku juga ingin melihat kamu bahagia," ucap Aldo dalam mimpi Fany.

Beberapa bulan malam Fany dilalui dengan rasa bersalah dan gelisah.

Keesokan harinya tepat pukul 09.00, ini adalah hari pertama Elen untuk mendampingi Lucky menemui Nenek dan Kakeknya di Bandara. Ada rasa tidak nyaman ketika harus berpura-pura menjalin hubungan dengan orang yang sangat Elen benci. Tetapi, ini Elen lakukan atas dasar professional kerja.

"Ayok cepat! Mereka sudah lama menunggu!" ucap Lucky.

Lucky berlari mencari tempat Kakek dan Neneknya menunngu, sementara Elen yang pada saat itu menggunakan rok span merasa kesulitan untuk berjalan.

"Lihat Pak, saya pakai rok span, susah ini," ucap Elen.

Lucky tidak peduli, sementara Elen hampir saja jatuh karena harus berlari dengan rok yang membatasi gerak kakinya.

"Dasar laki-laki gak berguna!" teriak Elen.

"Apa katamu?" tanya Lucky.

"Deg deg deg," suara detak jantung Elen.