Terlepas dari Fany yang sedang berusaha untuk tidak memperdulikan masa lalunya dengan Aldo, beda halnya dengan Cika yang pada saat ini diselimuti dengan rasa bersalah. Apa lagi setelah mengetahui bahwa Irgi sudah beberapa hari tidak datang ke kampus. Bahkan tidak ada pesan masuk dari Irgi untuk Cika.
Beberapa hari ini Cika tidak mendengar kabar Irgi seperti apa. Bahkan Irgi yang biasanya selalu mengucapkan selamat pagi dan selamat malam kepada Cika, saat ia hendak tidur saja sudah menghilang, lenyap tidak terdnegar keberadaannya seperti apa. Sejauh ini yang Cika lakukan hanyalah menunggu dengan harap-harap cemas Irgi akan menghubunginya pasca sikap Cika yang kurang berkenan di hati Irgi.
"Apa dia sakit ya?" pikir Cika.
Pagi ini tepat pukul 08.15, sudah satu jam lamanya, Cika hanya melihat kembali chattnya bersama dengan Irgi. Bahkan beberapa kali Cika sempat melihat beberapa postingan akun sosial media Irgi seperti facebook, instagram, dan twetternya. Tetapi, tidak ada satupun yang menunjukkan keberadaan Irgi.
Sikap Cika pasca tidak ada kabar dari Irgi seperti orang yang kehilangan semangat. Bahkan di pagi harinya hanya terdiam seraya menatap layar hpnya saja. Hal ini dilihat oleh Elen yang pada saat itu tengah sarapan pagi. Elen melihat Ciak yang hanya terdiam, dengan langkah penasaran Elen melihat layar hp Cika dari belakang punggung Cika.
Terlihat Cika sedang menatapi beberapa teks sisa chatt dari Irgi.
"Hahahaha, kangen ya?" tanya Elen.
Dengan suara meledek disertai dengan tawa, Elen mempertanyakan hal tersebut kepada Cika. Setelah mendengar pertanyaan dari Elen yang dirasa sebuah ledekan, Cika menutup layar hpnya kemudian menoleh ke Elen dengan raut wajah bingung. Di sisi lain Cika tidak tahu apakah yang dirasakan olehnya saat ini adalah sebuah rindu atau hanya sebatas rasa bingung tentang keberadaan Irgi?
"Sudah ngaku saja," ledek Elen.
Setelah beberapa kali diledek oleh Elen, akhirnya Cika buka suara. Ia mengatakan apa yang tengah ia rasakan pada saat itu. Cika mengatakan hal itu dengan jujur, ia menjelaskan bahwa dirinya seperti merasa ada yang kurang dari beberapa hari terakhir ini. Sontak saja, hal ini membuat Elen tersenyum-senyum curiga. Melihat senyuman yang tersungging dari bibir Elen, membuat Cika langsung menarik kesimpulan bahwa dirinya hanya sedang bingung saja bukan sedang merindukan kehadiran Irgi.
"Fiks sih, lo itu kangen dia," ucap Elen.
"Nggak mungkin," tolak Cika.
Akhirnya, Elen memberitahu bahwa kabar dari Irgi sudah menjadi sebuah kebiasaan untuk Cika. Sehingga setelah kabar dari Irgi hilang, Cika merasa ada yang berbeda dalam hari-harinya. Sebab, ia sudah terbiasa diperlakukan speerti itu oleh Irgi. Cika memang terlihat sangat gengsi, ia tidak mampu mengiyakan rasa yang pada saat ini sedang dialaminya.
Sekali lagi, Elen memberitahu, bahwa Cika sudah merasa nyaman dnegan kabar yang selalu Irgi berikan, walaupun dalam hubungan mereka tidak terdapat kejelasan. Apakah hubungan mereka adalah hubungan sepasang kekasih atau hanya sebatas seorang teman yang menjadi support system satu sama lain.
"Tapi, mustahil ada cewek dan cowok berteman tanpa melibatkan perasaan," celetuk Elen.
Setelah mengatakan hal itu Elen pergi.
Setelah mendengar ungkapan itu dari Elen, Cika kembali berpikir bahwa yang dikatakan oleh Elen ada benarnya. Rasa ingin memiliki dan menjadikan Irgi sebagai kekasihnya tidak ada. Tetapi rasa nyaman karena terbiasa mendapatkan kabar dari Irgi, itu yang Cika rasakan. Ia kehilangan seseorang yang sudah terbiasa mengabarinya.
Pada saat ini yang ada hanyalah rasa bimbang disertai dengan bingung. Bahkan beberapa kali terbesit dalam pikran Cika untuk mulai mengabari Irgi terlebih dahulu. Tetapi sekali lagi, yang diutamakan perihal rindu yang dimiliki oleh Cika adalah gengsinya. Cika tidak ingin kesannya hanya dia yang memulai suatu pembicaraan terlebih dahulu.
Padahal jika dilihat dari sisi Irgi, Irgi merasa dirinya tidak dihargai oleh Cika. Beberapa kali Irgi berusaha untuk membuat Cika mengerti dengan apa yang ia lakukan. Bahkan beberapa kali juga Irgi melakukan sesuatu yang dia anggap akan membuat Cika bahagia, tetapi dari sekian banyaknya yang telah Irgi lakukan tidak satupun yang Irgi rasa Cika menyukai apa yang telah dirinya lakukan.
Bahkan ada quotes yang mengatakan, "Jika dua orang tidak saling berkabar, percayalah yang paling tidak bisa menahan rindunya adalah si laki-laki," dan hal ini benar adanya.
Beberapa kali Irgi sudah mulai menjentikkan jarinya di kolom chatt Cika, tetapi ia hapus lagi. Ia berusaha untuk tidak mengganggu Cika, padahal ingin sekali rasanya memulai percakapan diantara keduanya terlebih dulu. Sekali lagi, rasa tidak dihargai oleh Cika, membuat Irgi berpendapat dan menarik kesimpulan bahwa dirinya sedang tidak diinginkan oleh Cika.
Dalam hal ini beberapa orang punya pendapatnya sendiri. Beberapa orang akan mengatakan bahwa cinta yang tulus tidak perlu balasan. Tetapi manusia tetap akan menggunakan logikanya untuk berpikir. Semuanya juga butuh balasan. Sebab, untuk apa memperjuangkan sesuatu jika yang sedang diperjuangkan saja tidak menghargai dan tidak menerima perjuangan tersebut.
Sebenaranya Cika dan Irgi sedang merindu namun terhalang ego dan gengsi.
Cika masih diselimuti dengan rasa penasaran tentang keadaan Irgi, sementara Irgi tahu bahwa dirinya belakangan ini harus fokus dengan kelanjutan dari skripsinya. Ia akan jarang sekali datang ke kampus kecuali saat bimbingan dan pengujian terhadap hasil penelitiannya. Hal ini akan membuat dirinya sulit untuk bertemu Cika. Satu kesempatan yang baik adalah ketika jadwal mata kuliah praktikum komunikasi Cika, itu adalah waktu mereka untuk bertemu. Walaupun diselingi dengan kewajiban Irgi untuk membantu menjalankan mata kuliah tersebut.
Hari Rabu, ini adalah hari yang ditunggu oleh Cika.
Hari ini, ia tidak lupa ada jadwal praktikum komunikasi di lab. Tetapi, setelah ia sampai di lab dan menunggu lama, yang datang bukanlah Irgi, melainkan dosen pengampu dari mata kuliah tersebut. Sontak saja, rasa bimbang yang selama satu minggu ini Cika pendam menjadi rasa penasaran yang sangat menggila.
"Apa dia baik-baik saja? Atau mungkin dia lagi ada masalah? Apa jangan-jangan sakit?" Cika bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Selepas dari mata kuliah praktikum komunikasi itu, Cika langsung menghubungi Elen. Entah kenapa yang terbesit dalam pikiran Cika saat ini hanya ingin tahu keberadaan Irgi. Rasa gengsinya semakin lama, semakin meredam.
"Ayok cepat! Gue tunggu di taman kampus!" ucap Cika.
Cika yang pembawaannya adalah orang yang santai dan tidak terlalu memikirkan sesuatu yang dianggapnya tidak penting. Semenjak sikapnya yang ia rasa kurang baik kepada Irgi, membuatnya rajin intropeksi diri. Bahkan beberapa kali yang dilakukan Cika hanya menatap cermin seraya bertanya-tanya apakah ada yang salah dari dirinya?
Ini hanyalah perihal trauma dan usaha untuk meyakinkan hatinya saja.
Sebab mengembalikan kepercayaan setelah trauma bukan hal yang mudah.